Syukuran

457 26 2
                                    

بسم الله الرحمان الرحيم

   Jam 8 acara syukuran dimulai. Nafilah terlihat anggun menggunakan gamis kebaya berwarna abu-abu muda dengan brokat berwarna dusty pink.

  Sementara Ahmad menggunakan jas abu-abu muda. Gadis itu tertegun melihat gurunya itu. ' cuma perasaanku apa beneran ya? Ustadz Ahmad jadi tambah ganteng'  puji Nafilah dalam hati.

   Acara syukuran di mulai dengan pembacaan ayat suci. Dilanjutkan sambutan dari Abi dan juga Abah.

   Acara syukuran di selenggarakan di halaman belakang rumah Nafilah yang rindang. Tikar- tikar sudah diisi oleh para tetangga. Makanan- makanan ringan dibagikan, anak-anak berlarian dengan riang.

  " Memasuki acara selanjutnya, yaitu pemasangan cincin dan juga pemotretan kepada pengantin perempuan silahkan masuk" pandu MC.

     Nafilah pun berdiri diiringi ummi dan umma. Ahmad terpaku menatap gadis itu. Mata mereka saling menatap, tapi keduanya langsung salin memalingkan wajah.

   Setelah Nafilah berdiri di samping Ahmad. Umma memberikan kotak hitam kecil kepada Ahmad. Ahmad mengambil cincin dari dalam kotak itu.

    " Silahkan pengantin pria memasangkan cincin" kata MC mempersilahkan. " Berikan tanganmu" pinta Ahmad.

  Nafilah masih menundukkan wajahnya. Jantungnya berdebar tak karuan. Ia tak pernah berada sedekat ini dengan laki-laki selain abinya.

    Gadis berjilbab dusty pink itu menjulurkan tangannya sedikit gemetar. Ahmad tersenyum kecil ,menambah kadar ketampanan dirinya sayangnya Nafilah tak melihat karena terus menunduk.

    " Nggak usah takut saya nggak bakal nyuruh kamu wudhu seperti dulu lagi" celetuk Ahmad ringan. Nafilah hanya mendengus kesal mengingat kejadian itu.

    Dengan lembut Ahmad memasangkan cincin di jari manis tangan istrinya. Kemudian Nafilah di minta menyalami suaminya.

    Nafilah mengangkat  tangannya. Gemetar. ' aduh! Gimana ini?! Gemetarnya keliatan banget! Malu benget!' rutuk Nafilah. Gadis itu menurunkan tangannya.

    Ia kembali mencoba. Mengangkat tangannya. Lalu menurunkannya lagi.
' ah! Nggak kuat!' seru Nafilah dalam hati.

   Sreeet! Tiba - tiba saja gadis mungil itu sudah berada dalam pelukan Ahmad. Nafilah nampak terkejut. " Allahumma jannabnas syaithona wa jannibis syaithona ma rozaqna" doa Ahmad mengalun lembut di ubun-ubun Nafilah.

   Nafilah mengamini dalam hati. Genangan air mulai berkumpul di pelupuk matanya. Ia sadar sekarang ia sudah menjadi istri laki- laki yang tengah memeluknya.

  Deg!deg!deg! Debaran jantungnya bak sedang berlari marathon. ' ya allaaaah maluuuuuu ustadz! Udaaaah!!!!' rengek hati kecilnya.

  Ahmad melepaskan pelukannya. Kemudian mereka berfoto.

***

   Setelah puas berfoto hingga kaki Nafilah pegal. Ia duduk bersama para tetangga-tetangganya. Sementara di kanan kirinya ia diapit ummi dan umma.

   " Naf.... gimana malam pertamanya?" Tanya Bu Athiya, tetangga sebelah rumah. Blussssh! Wajah Nafilah langsung memerah mendengar kalimat ambigu itu.

Bersamamu Hingga Akhir Nanti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang