*Sakit (arab)
Bismillah
"Ini bubur buat siapa ma?" tanya Nafilah ketika hendak membantu memasak sarapan.
"Buat Sahla, tadi pagi tahu-tahu demam" Umma sibuk memasukkan bubur yang sudah masak ke dalam mangkok.
"Fatma!"
"Iya ma?" tanya Fatma mendekat karena Umma memanggilnya.
"Nih anterin ke Sahla sekalian di suapin, suruh Faza siap-siap sekolah" Perintah Umma tanpa mengehentikan gerakan tangannya yang sudah berpindah ke panci sayur.
Fatma mengangguk dan segera menerima mangkk bubur dari tangan Umma.
"Naf bisa bantu potongin itu?" pinta Umma menunjuk bahan makanan di atas meja tanpa mengalihkan atensinya pada sayur di panci.
"Bisa ma" Nafilah melakukan perintah Umma dengan semangat.
"Umma pamit" suara tersebut mengalihkan perhatian Nafilah. Gadis itu melihat Azka sudah rapi menggunakan seragam putih abu-abunya.
Umma membalikkan badan. "Nggak sarapan?"
"Bisa di sekolah, pagi ini ada ulangan" kata Azka sambil mencium tangan Umma.
"Faza?"
"Dianter kak Fatma nanti"
"Hati-hati di jalannya" Nasihat Umma sambil mengusap rambut Azka. Azka mengangguk, mukanya datar tanpa senyum setipispun.
"Nggak pamit sama kakak iparmu?" pertanyaan Umma membuat langkah kaki Azka berhenti. Remaja laki-laki itu melirik Nafilah sinis. Sementara Nafilah hanya mengangkat Alisnya, bingung.
"Nggak" jawabnya dingin, lalu kembali melangkah. Umma hanya geleng-geleng melihat sifat dingin Azka yang semakin menjadi-jadi.
Waktu hamil dia kayaknya Umma beneran ngidam es batu deh.
***
Setelah membereskan bekas sarapan. Nafilah memilih duduk di ruang keluarga dan bermain game di handphonenya.
Rumah berangsur-angsur sepi. Abah berangkat kerja. Fatma kuliah sekalian mengantar Faza.
Nafilah bosan. Ia sudah menelpon Ummi. Dan beliau sedang sibuk membuat Nafilah menghubungi kembali.
Gadis itu sebenarnya ingin menghubungi Ahmad. Tapi....setelah dipikir-pikir kembali itu bukan gagasan yang baik.
Akhirnya Nafilah memilih naik ke lantai 2, kamar Sahla.
Cklek! krieeet! perlahan Nafilah membuka pintu berwarna putih itu.
Lalu terhamparlah sebuah kamar luas dengan dua tempat tidur yang masing-masing mencerminkan siapa pemiliknya.
Ya Sahla sekamar dengan Faza.
Gadis berjilbab peach itu duduk di pinggir kasur Sahla. Nafilah mengelus pipi chubby gadis kecil itu dengan lembut.
"Allahummasyfii...Sahla, Allahummasyfii Sahla, Allahummasyfii Sahla, Allahumma rabbannas adzhibil ba'sa isyfiha wa anta syafii laa syifa a illa syifauka wa la syifaan illa yughodiru saqomaa... syafakillah Sahla*" Dengan lirih gadis itu mengalunkan do'a untuk adik kecilnya itu.
Entah kenapa walau mereka baru saling mengenal tapi Nafilah sudah jatuh sayang dengan Sahla. Mungkin faktor Nafilah yang anak tunggal, membuat dia serasa memiliki adik kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersamamu Hingga Akhir Nanti
RomansaCinta itu ibarat samudra luas yang penuh misteri dan ujian. Sementara hati kita adalah kapal yang sedang mengarungi samudera untuk mencari tempat singgah. Entah itu hanya sekedar pelabuhan atau pulau. Karena itu aku berharap kapalku sudah tepat saat...