Chapter 28

121 8 6
                                        

"sorry Ya, kita bener-bener gak tau" kata Nando

Arya hanya diam.

"lo tenang aja Ya, nanti biar kita coba bilang ke bang Faris" kata Radit

"gue mau balik, mungkin beberapa hari ke depan gue gak akan ke base camp" kata Arya

"tapi Ya-" ucapan Nando terpotong ketika Ardin menepuk pundaknya sambil menggelengkan kepalanya.

Arya pergi meninggalkan teman-temannya yang merasa bersalah.

"dia marah" kata Radit

"dia gak marah, dia cuma butuh sendiri biar dia tenang" kata Ardin.

------

Mood Arya benar-benar berantakan.

Dia ingin marah, teriak, menangis. Tapi semua itu tidak bisa dia lakukan.

Dia terus berjalan menyusuri jalanan yang membuat mood  nya tambah tidak karuan.

Karena jalanan itu sangat ramai sedangkan Arya butuh ketenangan.

Jalanan itu juga sering dijadikan pangkalan untuk preman-preman pasar.

Benar saja, Arya dihadang oleh beberapa preman.

Arya memang jago berantem, sayangnya saat ini dia sangat tidak ingin berkelahi.

"Kayanya anak orang kaya nih" kata seorang preman yang memperhatikan Arya dari atas sampai bawah.

"sikat aja!" kata temannya yang lain

Arya hanya menatap mereka malas. Biasanya dia paling suka berkelahi, beda dengan sekarang.

"Serahin semua barang-barang lo!!" katanya

Arya hanya diam, dia berjalan menghindari mereka. Tetapi krah bajunya malah ditarik oleh preman itu dan langsung dipukul, hingga ujung bibirnya berdarah segar.

"Mau macem-macem lo sama kita" kata yang lain

Arya menyentuh ujung bibirnya, dan dilihatnya darah merah di jari telunjuknya.

Dia sangat marah, emosinya semakin menjadi-jadi, amarahnya semakin menggila.

Dia mengepalkan tangannya, berusaha menahan dirinya agar tidak berkelahi.

"Sini maju kalo lo berani!! Lawan kita berdua!!" tantang preman itu membuat Arya semakin marah.

Akhirnya emosinya terpancing dan ia tidak bisa mengendalikannya.

Mereka berkelahi membuat jalanan itu semakin ramai.

2 lawan 1.

Beberapa menit mereka saling meninju, keadaan Arya semakin parah dan lemah.

Satu preman itu menendang perut Arya sampai terpental.

Arya meringis kesakitan memegangi perutnya.

"Berdiri lo!! Maju kalo berani!!" bentak preman itu

Arya berusaha berdiri dan mengabaikan tubuhnya yang terluka dan wajahnya yang babak belur.

"Masih punya nyali ternyata" ejeknya

Arya maju perlahan, dan satu pukulan dari preman itu membuat tubuh Arya kembali terpental.

Tiba-tiba ada teriakan seseorang yang membuat perkelahian itu terhenti.

"STOP!!!" teriaknya

Arya menatap orang itu.

Ayla? batin Arya

Sahabat jadi cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang