Yehet aku double up!!
Seneng gak? Silahkan dinikmati :*πππ
Happy Reading~ ^^
....Mata Renjun terbuka perlahan lalu mencoba membiasakan cahaya yang mulai masuk ke netranya, menelisik seluruh ruangan serba putih itu dengan perlahan, sakit dikepalanya masih terasa sedikit.
"Renjun, kamu bisa mendengar suara saya?" Matanya menangkap sosok tinggi nan tampan yang dia kenal diambang pintu.
"Iya Pak bisa." Dia mencoba untuk bangkit tapi keburu ditahan oleh Jeno.
Laki-laki tinggi itu mendekat, "Jangan banyak bergerak, kamu tidur saja nanti pusing." Renjun menurut dan tidak banyak bergerak.
"Lihat jari saya--" Renjun melihat jari Jeno yang panjang.
"Ini berapa?"
"Tiga."
"Kalau ini?" Jeno mengacungkan kelima jarinya.
"Lima." Renjun masih menatap jari-jari panjang Jeno.
Jeno mendesah lega, kemudian dirinya duduk di bangku yang ada di samping kasur. Mata Renjun mengerjap saat tangan hangat Jeno mengelus pucuk kepalanya dengan lembut.
"Saya pegal pak, mau duduk." Pinta Renjun pelan.
"Kamu tidur saja biar kasurnya yang saya naikkan, nanti pusing kalau banyak bergerak." Setelahnya Renjun merasakan kasurnya meninggi membuat dirinya seperti duduk.
Renjun diam, dia tidak tahu harus berbuat apa, rasanya canggung banget karena tahu dirinya siuman ditemani Bapak Jeno.
"Tunggu dokter dulu ya." Lagi, tangan Jeno mengelus helaian rambut coklat Renjun. Pipi Renjun memanas.
Tidak berselang lama pintu kamar rawat terbuka, munculah sosok dokter yang amat Renjun kenal.
"Tenang saja, dia udah baik-baik saja kok. Nanti kalo pusing minum obatnya ya Renjun, oh iya menurut pemeriksaan kamu punya maag kan? jangan lupa makan dan banyak minum air putih hangat ya." Jelas Jaehyun sambil melemparkan senyum tampan ke Renjun.
Dan Renjun hanya bisa mengangguk kecil menjawabnya, "Yasudah saya pamit dulu ya." Sebelum keluar Jaehyun sempat menepuk pundak Jeno dan melemparkan senyum geli.
"Tadi Jae-maksud saya dokter tadi bilang kepala kamu yang kena bola basket gapapa, terus ada sedikit lecet ditangan waktu kamu jatuh pingsan." Renjun memeriksa tangannya yang memang sedikit perih.
Dan benar saja ada sedikit lecet disana.
"Dokter juga bilang dahi kamu memar sedikit karena sempat terbentur kursi penonton kayaknya tadi." Jeno menyibakkan poni Renjun.
"Eoh?" Dirinya terkejut sewaktu tangan nya-- lebih tepatnya lukanya di usap lembut oleh Jeno.
"Lain kali hati-hati, jangan terlalu depan menonton pertandingan ya." Sorot mata Jeno menyiratkan kalau laki-laki itu sangat khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen Rese! || JenRen || NoRen
Short StoryCase Closed✓✓ Gimana jadinya kalo hari-hari dan hati Jeno sekarang jadi jungkir balik, karena kehadiran Renjun?? Dan gimana caranya Renjun menghadapi sosok Dosen Rese yang selalu membuatnya naik pitam setiap kali berurusan dengan nya?? *Feel free t...