Part 3

54 17 14
                                    

Tunggu,VAREL?




Happy reading

Memori indah seakan terputar kembali di benak Raya, bagaimana tidak?

Varel adalah orang yang membuat nya lupa akan jam,menit,dan detik. Setiap saat ia selalu memikirkan nya. Tiada hari tanpa pertemuan,tiada hari tanpa rayuan,tiada hari tanpa bermanja-manja.

Bahkan Raya digadang gadang akan dilamar oleh Varel.

Huh,sial nya semua itu hanya akting belaka. Ditambah Varel mendadak hilang dari Raya,semua akun sosmed milik Varel pun telah hilang, begitu juga dengan nomornya yang mendadak tak bisa dihubungi.

Sebulan sudah Raya bersabar dengan hubungan mereka yang semakin tidak jelas,namun sama saja Varel tak muncul lagi di kehidupannya .

Tentu saja hal itu membuat Raya sangat frustasi sehingga ia memilih untuk menyibukkan dirinya sampai kondisinya yang sekarang ini.

Di sisi lain Kharan tengah berada di ruang kantor barunya. Perlahan orang disekitarnya nyaman akan keberadaannya.

Sambil berlamun kearah luar jendela yang cukup besar,tiba tiba Kharan kepikiran tentang Raya ,saat di toko roti itu.

"Ya ampun kenapa aku mendadak ingat padanya?" Kharan membuyarkan lamunan nya sendiri lalu fokus kembali dengan berkas dihadapannya.

"Ih mau permen"

Setelah kembali fokus,disaat saat itulah ia malah menginginkan permen. Sifat kebungsuan nya memang tak hilang sama sekali.

Kharan memang suka dengan yang berbau manis sedari kecil,pantas saja orangnya pun manis sihiy.

Baginya permen bisa menghilangkan rasa bosan. Tak hanya itu,dimana pun ia selalu membawa permen, walaupun itu hanya sebiji dua biji,pasti ia menyiapkan nya.

Kharan pun mencoba merogoh saku celana sebelah kanan,namun ia tidak mendapatkan nya. Kemudian ia mencoba merogoh saku sebelah kiri,sampai sampai saku tersebut ingin robek,namun nihil hasilnya.

Setelah berusaha mencari disemua saku baik itu di celana maupun di jaz nya,Kharan pun mulai panik. Demi apa,hanya karena permen ia jadi panik??.

"Hah? Dimana permenku? Dimana dia?"

"Aishh jinjaa!"

Krekk

Seorang Karyawan menghampiri Kharan akibat suaranya itu.

"Apa yang terjadi? Mengapa anda berteriak?" Ucap karyawan itu didepan pintu

Dengan segera Kharan mengubah ekspresi nya dan menunjukkan bahwa tidak terjadi apa apa.

"Tidak ada,cuman kelelahan aja,nih banyak kan"

Kharan mengelak dengan menunjukkan berkas berkasnya yang memang sedang menumpuk.
Karyawan itu pun percaya

"Ehmm aku akan keluar sebentar,tolong jaga ruanganku ya Dara" ucap Kharan.

Ya karyawan tersebut adalah Dara,teman satu kost nya Raya dan Aca. Dara hanya bisa mengangguk lalu tersenyum pada atasannya itu.

"Apa aku sedang bermimpi?"
Ucap Dara setelah Kharan meninggalkan ruang tersebut

"Atau memang kebetulan? Diantara semua orang di kantor ini,hanya akulah yang bisa masuk ke ruangannya tanpa izin"

Dara tak habis pikir,karena memang ruangan Kharan hanya boleh dimasuki orang tertentu,karena Kharan tidak suka yang tak berkepentingan masuk ke ruangannya hanya untuk basa basi.

Sementara itu Kharan berhenti di sebuah swalayan,memang seleranya itu sederhana. Ia pantas menerima jabatan yang diberi oleh ayahnya.

Kharan pun mulai mencari permen yang sesuai dengan seleranya. Saat ingin berjalan ke arah barisan para permen,ada seorang wanita yang membuatnya memutar arah.

Dan ternyata itu Raya, bagaimana mereka bisa satu tempat lagi?

"Bukankah itu orang yang sama saat di tempat roti?"

Kharan kembali ke barisan permen namun jaraknya agak jauh dengan Raya. Sekali dua kali ia melirik Raya. Yang dilirik pun merasa dilirik, akhirnya lirikan keduanya pun bertemu.

Yang satu dengan cepat membuat pandangan nya,yang satunya lagi masih terus menatap lawannya,untuk memastikan kalau itu memang Raya.

Karena untuk kali ini Raya yang memakai topi,hingga membuat wajah cantiknya tertutup.

Raya dengan cepat mengambil permennya karena ia sadar kalau yang meliriknya itu Kharan. Hanya saja tangannya tak bisa menggapai permen itu.

Seperti adegan adegan romansa gitu,Kharan pun mendekati Raya lalu mengambilkan permen untuknya.

"Yang ini?"

Raya mengangguk lalu mengambilnya dari tangan Kharan.

Terlihat perbedaan tangan mereka dimana Kharan hampir bisa menggenggam penuh bungkus permen itu, sedangkan Raya perlu menggunakan dua telapak tangannya agar bisa menggenggam nya.

Dan ternyata Kharan jauh lebih tinggi dibanding yang Raya pikirkan. Sebut saja Raya hanya sebahu dari Kharan. Udah cocok untuk sandaran sih heheh.

"Kita ketemu lagi ya" ucap kharan

Kharan tersenyum menatap Raya,yang ditatap pun semakin tak bisa berbuat apa apa dihadapan pria tinggi itu.

"Kenapa diam saja?"

Tanya Kharan lagi sambil membuka topi Raya,karena baginya topi itu sangat mengganggu

"Hey...tidak sopan"

Raya merenggut kembali topi yang ada di tangan Kharan.

"Maafkan aku soal itu,tapi kamu orang yang sama saat di toko roti itu kan?"

Kharan berusaha mengingatkan Raya pada sosok dirinya,karena ia mengira raut wajah kebingungan itu menunjukkan kalau Raya tidak ingat pada dirinya.

Padahal kenyataannya Raya tidak mengerti apa yang diucapkan Kharan . Secara kan dia berbicara bahasa Inggris,sedangkan Raya bisa dibilang standar. Dan hal itu telah membuat KHARAN salah paham.

"Lain kali pakai bahasa Indonesia,karena sekarang kamu ada di Indonesia" seolah-olah Raya bisa memahami apa yang dipikirkan Kharan.

"I'm so sorry... No,ma-af"

"Hmm,sebaiknya kau kursus bahasa Indonesia,jika seperti ini terus,kamu akan kesulitan berkomunikasi dengan lingkungan sekitar"

Raya mengatakan itu dengan bantuan google translate tentunya.

Keajaiban bagi Kharan,karena selama ini ia selalu memerintahkan karyawan nya,dan sekarang ia mendapat imbas nya.

Raya pergi begitu saja dengan permennya, sedangkan Kharan masih mencari beberapa Chiki Chiki untuknya,sambil memikirkan apa yang dikatakan Raya ada betulnya juga.

Dan saat itulah tekadnya untuk belajar bahasa Indonesia menggeretak.







KHARAN

🌟🌟🌟
💬💬💬
😊😊😊

_Aricen04_

KHARANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang