🌈🌈🌈
Terlihat gadis yang baru turun dari angkutan umum dengan rambut ekor kudanya yang sedikit berantakan menyusuri jalanan komplek menuju rumahnya.
Sinar sang surya menyapu lembut wajahnya yang manis menghangatkan suasana hatinya yang tak pernah baik. Sesekali bersenandung meskipun suara merdunya tidak melebihi kaleng bekas ketika diseret. Meskipun demikian itu adalah salah satu hobinya.
Gadis itu adalah Bella. Bella memberhentikan langkahnya, membuka tas mencari-cari lollipop kesukaannya. Dimakannya lollipop itu sambil melanjutkan perjalanan menuju rumahnya. Rasa stroberi adalah rasa favoritnya. Banyak yang bilang Bella adalah toko permen berjalan. Setiap hari ia tak lupa membawa persediaan permen entah itu ditas maupun dibajunya.
Suasana komplek di sore hari seperti ini cukup ramai. Banyak anak kecil berlarian ditaman depan komplek. Meskipun tidak terlalu luas tapi taman itu cukup menyenangkan jika untuk bersantai. Perumahannya tidak termasuk golongan elite tapi masih termasuk golongan menengah keatas.
Sesampainya di rumah ia langsung melangkahkan kakinya menuju kamar tanpa mengucap sepatah kata pun. Rasanya hari ini sangat melelahkan. Segera ia melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Sesudah membersihkan diri ia melanjutkan membaca novel.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu mengalihkan perhatiannya.
"Non, makan malamnya sudah bibi siapkan. Mari non makan malam dulu," ujar Bik Marni pembatu rumah tangga yang sudah merawat Bella dari kecil.
"Iya bik makasih nanti Bella turun."
Bella menghembuskan nafas pelan.Seraya menuruni anak tangga pikirannya melayang pada kejadian beberapa tahun lalu. Saat semua keluarganya masih terlihat harmonis. Meja makan selalu lengkap. Diiringi dengan gelak tawa satu sama lain.
Bercerita tentang keseharian masing-masing. Saat semuanya masih saling utuh. Saling melengkapi. Saling memberi dukungan satu sama lain. Teringat dirinya yang selalu dimanja.
Mamanya yang selalu membuatkan susu stroberi kesukaannya. Semua rasa favoritnya berbau stroberi. Mamanya yang paling mengerti kesukaannya. Mamanya yang sering membuatkan pancake stroberi setiap hari libur. Ditengah papa dan saudaranya yang lebih suka rasa pedas. Berbanding terbalik dengan dirinya yang cenderung menyukai rasa manis seperti stroberi.
Bella menggelengkan kepalanya frustasi. Mengingatkan sekali lagi kepada dirinya sendiri bahwa semuanya berbeda. Semuanya tidak lagi sama. Apa yang terjadi sekarang adalah sebuah takdir. Dirinya tak bisa memungkiri apa yang terjadi saat ini setelah badai besar yang menerpa keluarganya beberapa tahun lalu. Dadanya terasa sesak.
Tidak. Ia tidak boleh lemah. Tegar. Itulah kata yang acap kali digumamkan ketika ia merasa seperti ini. Ia tidak boleh bergantung kepada orang lain selama dirinya sendiri masih kuat menopang beban ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rangga
Teen FictionRangga Aditya Mahendra. Cowok yang terkenal dengan sifat dingin, datar, angkuh, dan juga pintar seantero sekolah. Walaupun seperti itu Rangga termasuk ke dalam orang yang tak lupa dengan tanggung jawabnya, terbukti dengan ia yang menjabat sebagai ke...