Part 23 || ❄Rangga❄

169 8 0
                                    

🌈🌈🌈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌈🌈🌈

Kini malam telah tiba. Sepulang dari cafe tadi, Rangga dengan segera membersihkan badannya yang sudah terasa sangat lengket. Tak butuh waktu yang lama, Rangga pun telah selesai dan melenggang menuju ruang makan dimana keluarganya berada.

Rangga menarik kursi di samping Vito, lalu mengambil makanan yang sudah disediakan oleh mamanya.

"Gimana tadi Ga di sekolah?" tanya Bagas Mahendra.

"Ya gitu biasa aja," jawab Rangga singkat tanpa menatap ke arah Papanya.

"Cuma Rangga aja nih yang ditanya, aku nggak?" tanya Ervito dengan nada yang agak sinis.

"Iya kamu juga, gimana? Masih buat ulah di sekolah?"

Vito berdecak kesal. "Bisa nggak sih Pa tanyain Vito selain itu, disini Vito tuh ngerasa kaya papa selalu bedain Vito sama Rangga tau nggak!"

"Papa tahu nggak, rasanya dibanding-bandingin sama orang lain tuh nggak enak Pa. Pikirin perasaan Vito juga dong Pa, nggak enak kalo diginiin," ungkap Ervito pada Papanya. Rangga hanya diam mendengarkan saja.

"Udah udah Vito nggak baik ngomong kaya gitu sama orangtua!" tegur Diana.

Ervito hanya berdehem membalasnya, ia melanjutkan makannya tak mau memperpanjang masalah. Sedangkan Bagas ingin membalas perkataan anaknya, namun Diana sudah memperingatinya untuk tidak meneruskan.

Lalu Diana menatap putranya yang satunya. "Rangga, Mama perhatiin kok kamu kaya lagi mikirin sesuatu gitu sih?" tanyanya.

"Pacarnya selingkuh kali," celetuk Vito sambil melanjutkan makannya.

Rangga menatap sinis pada Vito. "Apaan sih kak, gue nggak punya pacar kali."

Vito hanya mengedikkan bahunya acuh.

"Ngaco kamu, Vit," tegur Diana, lalu beralih pada Rangga. "Ada masalah ya di sekolah?" tanya Diana.

"Nggak ada Ma, nggak penting juga."

Setelah itu semuanya hening, yang terdengar hanyalah denting sendok dan piring yang beradu.

"Oh iya Ga, kamu masih sama Keisya kan. Jagain dia terus ya, kasihan dia. Ayahnya khawatir sama dia kalo ada apa-apa," ujar Bagas membuka suara.

"Pa bisa nggak sih Rangga nggak usah jagain Keisya terus dia udah besar kali Pa, masa harus diawasi sama Rangga terus. Rangga juga punya urusan sendiri, nggak selamanya ada buat dia." Rangga mengeluarkan segala unek-uneknya pada Papanya yang selama ini ia pendam. Ia tak peduli lagi yang akan terjadi ke depannya.

RanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang