Happy Reading...
❄❄❄
Di sebuah kediaman dari keluarga Mahendra, terdapat seorang laki-laki yang sedang berada di kamarnya. Dia tengah belajar untuk materi besok yang akan dipelajari di sekolah.
Namun, pikirannya tidak bisa fokus karena memikirkan apa yang terjadi tadi sore saat bersama Bella.
Flashback on
"Makasih kak," ucap Bella.
"Kalo gue nggak suka hujan boleh nggak?" Alih-alih menanggapi rasa terima kasih Bella ia malah kembali membahas tentang hujan. Setengah kesal karena ucapan terima kasihnya tidak dibalas Bella tetap menjawabnya, "Kenapa?"
"Karena hujan bisa bikin lo sakit."
Bella mematung ditempat.
Rangga yang melihat Bella seperti itu baru saja tersadar. Dia merutuki dirinya sendiri mengapa bisa berbicara seperti itu kepada Bella.
Dia berdehem untuk mengurangi rasa canggungnya. "Hmm, gue balik duluan ya," pamit Rangga lalu memakai helmnya kembali dan melajukan motornya.
Flashback off
Rangga menghembuskan napasnya kesal. "Gue kenapa jadi mikirin Bella terus sih! Lagian gue tadi kok bisa gitu loh ngomong kek gitu ke Bella, kalo dia mikir yang macem-macem gimana coba," umpat Rangga pada dirinya sendiri.
Dia pun bingung mengapa dirinya bisa sampai berbicara seperti itu pada Bella, padahal sebelumnya saja ia sangat kesal dengan gadis itu.
"Argh... Bodo amatlah," ucap Rangga seraya mengacak rambutnya kasar.
***
Keesokan harinya Rangga sudah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Namun, sebelumnya ia sarapan terlebih dahulu seperti biasanya.
"Pagi Ma, Pa," sapa Rangga pada kedua orang tuanya saat sudah sampai di meja makan, lalu dia duduk di samping Vito.
"Pagi nak, sarapan dulu sini. Mau Mama ambilin?" tanya Diana pada Rangga.
Vito yang mendengar itu hanya berdecih. "Kalo sama Rangga aja dimanja-manjain terus, beda sama Vito yang cuma bisa dimaki-maki doang," sindir Ervito pada Diana.
"Vito," tegur Bagas Mahendra.
Sedangkan Ervito hanya memutar bola matanya malas. "Vito dah kenyang mau berangkat dulu." Ervito lalu beranjak dari kursinya meninggalkan orang tuanya yang merasa geram melihat anaknya bertingkah seperti itu.
"Dasar si Vito itu, kenapa dia gak bisa kayak kamu sih Ga. Gak pernah cari masalah gitu," ucap Bagas Mahendra.
"Udahlah pa, sabar aja kalo ngadepin Vito."
"Kalau gitu Rangga juga mau berangkat dulu aja Ma, Pa," sahut Rangga lalu berdiri.
"Loh, kamu kan belum sarapan Ga?"
"Gak papa, nanti bisa makan di kantin sekolah," jawab Rangga dengan wajah yang datar.
Mamanya menghela napas pelan. "Ya udah kalau gitu hati-hati ya berangkatnya."
"Iya, Assalamualaikum," pamit Rangga sambil mencium punggung tangan kedua orang tuanya.
"Waalaikumsalam."
Dengan segera Rangga menaiki motornya dan melajukan motornya ke sekolah. Tak butuh waktu lama akhirnya dia sampai juga di sekolahnya. Ia segera memarkirkan motornya di tempat biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rangga
Teen FictionRangga Aditya Mahendra. Cowok yang terkenal dengan sifat dingin, datar, angkuh, dan juga pintar seantero sekolah. Walaupun seperti itu Rangga termasuk ke dalam orang yang tak lupa dengan tanggung jawabnya, terbukti dengan ia yang menjabat sebagai ke...