Part 10 || ❄Rangga❄

249 15 1
                                    

Happy Reading...

Cintaku bagaikan fisika


❄❄❄

"Kak bu Elsa itu nyuruh kak Rangga buat ngajarin gue bukan ceramahin," ucap Bella dia sudah bosan berurusan dengan kakak kelasnya ini.

"Hmm, oke."

Karena Bella malas dia selalu berdiri di samping rak buku dekat tempat Rangga duduk.

"Ngapain masih diri? Ga capek berdiri mulu?" tanya Rangga sedikit malas.

"Emangnya kita kesini ngapain kak?" tanya Bella balik tanpa ekspresi.

"Huft... Kita kesini itu mau buat dede bayi," kesal Rangga yang melihat adek kelasnya ini begonya luar binasa.

Tidak hanya itu Bella pun merasa kaget dengan yang diucapkan Rangga barusan. "Lo tu kalo bego jangan dipelihara ya Bella, kita kesini itu buat belajar sayang, otak tu dipake," hembus Rangga yang malas berhadapan dengan adek kelasnya ini.

"Ooo... Terus kenapa di sini? Kita ga bakal dapat inspirasi kalo belajar di sini, ke cafe kek, taman, atau dimana lah," tutur Bella.

"Lo maunya dimana?"

"Gimana kalo di cafe aja udah lama soalnya gue ga ke cafe, tapi nanti kakak harus traktir gue. Oke deal, oke ga terima penolakan," pinta Bella dan segera keluar meninggalkan perpustakan tercinta sekolah mereka.

Sekolahan mereka sudah sangat sepi, dan sepertinya tidak ada siswa yang latihan hari ini.

Bella terus berjalan sampai menuju ke parkiran sekolah mereka dan sembari memakan lolipop kesukaannya.

Setelah Rangga sampai di parkiran mereka berdua pun bergegas untuk pergi ke cafe yang telah diberitahukan oleh Bella.

Sesampainya di cafe mereka masuk beriringan.

"Di sana aja kak, lebih nyaman kalo di dekat kaca, terus ga terlalu kelihatan," unjuk Bella kepada Rangga yang sudah deluan pergi kemeja yang dituju gadis tersebut.

Setelah duduk mereka pun memesan makanan dan minuman, ayolah di sini mereka seperti sepasang kekasih remaja yang dingin.

"Langsung aja sekarang kita mulai belajar, belajar fisika aja kali ya," kata Rangga kepada Bella.

"Terserah lo aja," jawab Bella seadanya, jujur dia sangat malas untuk belajar karena Bella bukan lah anak yang bodoh, cuma karena ada hambatan aja makanya dia harus begini. Toh mau Bella pintar pun tidak akan ada yang peduli.

"Dari sini ya hukum newton..." Rangga menjelaskan dengan sangat sabar dan berperasaan. Sedangkan Bella dia malah melihatin Rangga.

"Ganteng juga lo Rangga, tapi sayang lo dingin dan sok sokan," batin Bella.

Rangga terus saja menjelaskan dan lain halnya dengan Bella dia malah bukan memerhatikan Rangga tetap menulis sesuatu yang tidak tidak.
Memerhatikan itu Rangga langsung merebut apa yang sedang ditulis oleh Bella.

Cintaku bagaikan fisika

Archimedes dan newton tak akan mengerti

Medan magnet yang berinduksi di antara kita

Tidak sebanding dengan momen cintaku

Pertama kali bayangmu jatuh tepat di fokus hatiku

Nyata, tegak, diperbesar dengan kekuatan lensa maksimum

Bagai tetesan minyak milikan jatuh di ruang hampa

Cintaku lebih besar dari bilangan avogardo

Walau jarak kita bagai matahari dan pluto saat aphelium

Amplitudo gelombang hati mumu berinterfensi dengan hatiku

Seindah gerak harmonik sempurna tanpa gaya pemulih

Bagai kopel gaya dengan kecepatan angular yang tak terbatas

Energi mekanik cinta ku tak teebendung oleh friksi

Energi potensial cinta ku tak terpengaruh oleh tetapan gaya

Bahkam hukum kekekalan tak dapat membandingin hukum kekekalan cinta di antara kita

Lihat hukum cinta kita

Momen cintaku tegak lurus dengan momen cintamu

Menjadikan cinta kita sebagai titik ekuilibirum yang sempurna

Dengan inersia tak terhingga

Takkan tergoyahkan oleh implus dan momentum gaya

Inilah resultan moment cinta kita.

"Bjir, lo tu sebenarnya pintar atau bego sih?" tanya Rangga yang pastinya kaget dengan sajak yang dibuat oleh Bella.

"Gue itu sebenarnya nggak bodoh, cuma gue malas aja. Toh buat apa gue pintar gadak gunanya gitu," jawab Bella memelas.

"Oke ini luar biasa. Trus mau lo kemanain sajak ini?" tanya Rangga sambil mengakat kertas berisi sajak Bella tadi.

"Dibuang, tapi kalo lo mau boleh buat lo kok gue ikhlas siapa tau buat kenang-kenangan," ujar Bella.

"Thanks. Gimana, lo ngertikan sama apa yang gue ajarkan barusan?" tanya Rangga yang merasa takut bahwa dia gagal mengajari Bella.

"Hadeh, gue udah ngerti. Gue bilang sekali lagi ya Kakak Rangga, gue itu bukan bodoh kak cuma malas aja," tutur Bella memelas sambil memutar bola matanya.

"Oke, untuk hari ini cukup segini dulu, kapan lo bisa lagi untuk belajarnya?" tanya Rangga.

"Mmm. Gimana kalo besok lusa aja!"

"Baiklah, gue usahain."

Mereka kembali terdiam dalam hening, hanyut dalam pikirannya masing-masing.

Bella sedang memikirkan bagaimana kalau dia berubah, ahk tapi sudahlah toh gadak gunanya dia berubah.

"Bell, lo udah punya pacar?" tanya Rangga dan dia merutuki dalam hati pertanyaan yang baru diucapkannya.

"Gue belum pernah pacaran, gue mau masih bebas dengan dunia gue tanpa ada yang ganggu satu orang pun," tutur Bella dan terus menatap keluar cafe. Dan Rangga hanya ber oh-ria.

"Balek yok!" ajak Bella, karena dia sudah bosan di tempat ini dan sudah hampir 3 jam mereka di cafe ini.

"Beresin dulu bukunya ogeb, lo mau ninggalin semua buku buku ini?" tutue Rangga yang sambil memberekan buku-buku tersebut begitu pun Bella.

Tak sengaja di buku yang terakhir tangan Bella dan Rangga bertemu di atas buku tersebut, mereka saling menatap dan merasakan hal yang aneh.

❄❄❄

Writing By DwiBerutu

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan juga komentarnya ya...

Salam dari Literasi Pelangi Squad🌈

RanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang