"Kita memang berlawanan arah tapi kita saling tarik-menarik seperti kutub utara dan kutub selatan."
~Rangga~
❄❄❄
Ketika Rangga memasuki ruangan ayahnya, ia disuguhi pemandangan ayahnya yang sedang mengobrol dengan klien atau rekan kerjanya. Tapi dari gestur tubuh orang itu Rangga seperti pernah mengenalnya.
Rangga memang tak mengetuk pintu terlebih dahulu karena waktu ia berpapasan dengan sekretaris ayahnya, dirinya langsung disuruh masuk saja. Sepertinya tidak ada sesuatu yang penting hingga dirinya saja langsung disuruh masuk, kalau memang begitu mengapa ia harus datang.
Dua orang pria dewasa tersebut belum juga menyadari kehadirannya. Tak ambil pusing dengan percakapan keduanya Rangga memilih memainkan ponselnya.
"Rangga ternyata kamu sudah datang." Suara sang ayah menginterupsi Rangga.
Saat sosok pria dewasa tadi juga ikut menoleh ke arah Rangga.
Seketika tubuh Rangga terdiam kaku. Rangga tak menyangka jika rekan kerja ayahnya adalah ayah dari sosok itu. Berarti? Rangga menggelengkan kepalanya frustasi. Berarti Rangga tidak salah melihat orang yang berada di ruang kepala sekolah tadi.
"Hai Rangga lama kita tidak bertemu," sapa Ridwan.
Rangga langsung kembali ke dunia nyata. "Iya om."
Dirinya hanya menjawab seadanya. Rasanya masih tidak menyangka kembali bertemu dengan orang yang tidak pernah bertemu dengannya beberapa tahun ini.
Ayahnya dan Om Ridwan menghampi Rangga. Mereka menjadi sama-sama duduk di sofa ruang kerja ayahnya dengan posisi Rangga dan Bagas Mahendra. Sedangkan Ridwan duduk di sofa single.
"Oh iya jadi papa suruh kamu ke sini karena Om Ridwan ingin ketemu sama kamu," ujar Bagas.
"Benar Rangga. Selain om ada urusan dengan papa kamu, om juga ingin ketemu sama kamu. Om dan keluarga memutuskan kembali ke Indonesia," ucap Ridwan.
"Om mau minta tolong sama kamu, tolong jagain putri semata wayang om. Ya seperti kalian dulu. Om tau kamu bisa diandalkan Rangga," lanjut Ridwan.
Ini yang tidak Rangga harapkan. Susah payah Rangga melupakan sosok itu, tapi sekarang ia kembali dipertemukan lagi. Meskipun ia sendiri tidak bisa menampik bahwa sebenarnya ia juga merindukan sosok itu.
"Iya om," jawab Rangga.
"Sebagai lelaki sejati kamu harus bisa menjaga amanah dengan baik Rangga," tambah Bagas.
Rangga hanya bisa menghela napas panjang. "Ya sudah kalo begitu aku pamit dulu," pamitnya pada Bagas sembari berdiri lalu berjabat tangan.
Kemudian Ridwan beralih pada Rangga. "Om pamit dulu Rangga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rangga
Roman pour AdolescentsRangga Aditya Mahendra. Cowok yang terkenal dengan sifat dingin, datar, angkuh, dan juga pintar seantero sekolah. Walaupun seperti itu Rangga termasuk ke dalam orang yang tak lupa dengan tanggung jawabnya, terbukti dengan ia yang menjabat sebagai ke...