5. Pacaran?

339 37 26
                                    

Yang semula kekeuh menjadi luluh. Apakah ini zat dari hasil sebuah rasa?

***

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

Hati manusia memang mudah terbolak-balik. Hari ini, bisa saja kita merasakan kesal yang teramat sangat. Tapi, bisa saja esok kita merasakan bahagia tidak ketulungan. Oleh karena itu, kita diminta untuk tidak berlebihan. Cukup jalani saja sewajarnya.

Layaknya garam.

Fi tidak tahu ada apa dengan dirinya. Kemarin-kemarin, ia membatasi diri dengan yang namanya laki-laki. Apalagi Dareen. Tapi, semenjak insiden Dareen menolong mengantarkannya dan Sang Umi, entah kenapa membuat hati Fi sedikit bergetar.

Selama ini, Fi bersikap dingin pada Dareen. Fi menganggap Dareen itu buruk. Meski begitu, saat Fi kesusahan kemarin, Dareen dengan ringan tangan menawarkan bantuan. Bahkan pada Isma yang belum pernah laki-laki itu kenal sebelumnya.

Jadi ... Dareen itu sebenarnya anak baik, ya?

Fi menghela napas. Entah kenapa, tiba-tiba wajah Dareen terbayang begitu saja. Kulit pemuda itu putih bersih. Ia memiliki hidung mancung dan tubuh yang tinggi atletis. Dengar-dengar, Dareen itu juga mantan kapten basket. Banyak yang menyebut Dareen baik, pintar, kalem, dan yang baik-baik.

Selama ini, Fi selalu meragukan itu. Namun, kejadian kemarin mengubah pemikirannya. Dareen memang anak yang baik.

Fi mengerjap begitu menyadari ia sudah memikirkan laki-laki yang bukan mahramnya.

Tiba-tiba, ia teringat wejangan Nadiah yang selalu diulang berkali-kali. Gadis manis itu selalu mewanti-wanti Fi supaya tidak salah jalan. Agar tidak terjerumus dalam lingkaran pacaran. Supaya Fi tidak mudah terbuai dengan sikap dan ucapan manis dari seorang laki-laki, yang bisa saja hanya main-main.

Kali ini, Fi mendadak ragu. Ia seperti ... penasaran.

Memangnya bagaimana, sih, rasanya pacaran?

Selain mengamati teman-temannya yang galau karena Sang Pacar, tak jarang Fi melihat teman-temannya senyum-senyum sendiri. Iseng, Fi pernah bertanya kepada salah satu siswi ketika kelas sebelas dulu.

Hari itu, Fi melihat temannya tersenyum sendiri sembari melihat ponsel. Fi bertanya, apa yang membuat siswi itu bersikap demikian. Katanya, sang pacar mengajaknya jalan berdua. Pergi ke time zone dan menikmati permainan di sana, lalu akan dilanjut dengan menraktir es krim.

Sesederhana itu, tapi bisa membuat teman Fi tersenyum sepanjang hari.

Memangnya, cinta pada lawan jenis semenyenangkan itu, ya?

Lagi-lagi Fi menghela napas. Ia memilih menyandarkan tubuhnya ke kepala ranjang. Gadis itu mengambil ponsel yang ada di nakas sebelah ranjang. Jemarinya bergerak membuka aplikasi perpesanan yang bernama whatssapp.

Back to Istiqomah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang