12. Bantu Aku, Nad

262 31 2
                                    

Semua terjadi begitu cepatnya tanpa adanya rencana. Tertipu oleh cinta sementara yang menyengsarakan selamanya.

***

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

Sudah lama, Fi sendirian di bangkunya tanpa sosok yang ia nantikan. Wajahnya sudah tenggelam di antara kedua tangannya yang dilipat di atas meja setelah ia duduk di bangkunya sambil mendengarkan lagu dari earphone yang ia gunakan. Beberapa anak di kelas, masih saja membicarakannya secara diam-diam tanpa diketahui oleh guru yang sedang mengajar di depan.

Sebening air lolos keluar dari netranya ketika ia menatap bangku di sebelahnya lagi. Dengan penuh harap agar sahabatnya itu masuk walaupun terlambat. Toh, ini masih jam kedua pelajaran yang hampir saja berpindah kejam ketiga.

Nita yang sedari tadi mencuri-curi pandangan untuk melihat Fi, hatinya tergerak untuk mendekatinya sekadar untuk membuatnya lebih tenang. Pikirnya, Fi kesepian tanpa kehadiran Nadiah di sampingnya.

Sesaat kemudian, guru yang sedang mengajar itu pun memberikan pertanyaan kepada anak didiknya bagian mana yang belum mereka paham. Pandangan guru itu pun kini fokus pada Fi yang sedang menunduk itu.

Secepatnya, Nita menyenggol lengan Fi hingga membuat Fi terkejut dan memfokuskan pandangannya ke depan. Tapi, malah didapatinya seorang guru yang sedang memperhatikannya.

"Kamu kenapa? Kok sembab gitu matanya?"

Pertanyaan dari guru itu berhasil membuat semua murid yang tengah mencatat pelajarannya kini melihat ke arah Fi yang duduk di bangku paling belakang. Sedangkan Fi hanya menggeleng lemas sebagai respon ucapan guru itu.

Nita menelan salivanya susah payah. Dia tahu bagaimana keadaannya Fi sekarang. Kecewa, penyesalan, bahkan amarah pasti berkecamuk di dalam pikirannya.

"Sakit, Bu. Tadi saya sudah bilang sama Fi, tapi dianya kekeuh buat di kelas aja. Mungkin, sedari tadi dia nangis buat nahan rasa sakitnya," sanggah Nita sembari mengelus pundak Fi pelan.

"Tak apa," bisik Nita.

Fi hanya menoleh dengan tatapan sayu. Senyum tipis pun terukir di wajahnya.

"Yasudah, Nita, tolong antar Fi ke UKS, ya. Kasihan. Em ... atau Fi mau pulang aja? Biar istirahat di rumah?" tanya guru itu.

Untuk respon guru itu, Fi hanya mengangguk dan tersenyum. Sejenak, Nita langsung membawakan tas biru langit itu dan mengantarnya untuk ke depan sekolah.

Karena kelasnya mendapatkan jatah di bagian belakang, jadi mereka keluar harus melewati kantin sekolah. Di sana cuma ada beberapa anak saja yang sedang santai. Paling, malas atau cabut pada jam pelajaran guru yang mengajar.

Walaupun hanya beberapa anak saja, sukses membuat Fi semakin tak enak. Karena, pandangan mereka begitu tajam menatap kedua gadis itu. Beberapa diantaranya berbisik-bisik.

Back to Istiqomah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang