9. Sesuatu

257 31 20
                                    

Terlalu terlena tentang asmara, tanpa sadar justru membuatmu jatuh ke lubang yang sudah kamu siapkan tanpa sengaja.

***

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

Sejak insiden meluapkan emosi di hari itu, antara Filia dan Nadiah ada yang berbeda. Di antara keduanya, seolah terbentang sekat tak kasat mata yang membatasi. Mereka memang masih duduk semeja, hanya saja interaksi keduanya tak terlalu sering seperti dulu.

Jika tidak terkait pelajaran, baik Fi maupun Nadiah seolah enggan untuk bersuara terlebih dahulu. Pun sekarang, Nadiah tidak mengajak Fi ke kantin seperti dulu.

Bagaimana mau mengajak? Setiap bel istirahat berbunyi, Fi justru sudah lebih dulu melenggang pergi menemui Dareen di depan kelas. Jika biasanya mereka akan sholat duha bersama pada istirahat pertama, kini Nadiah sendirian. Fi lebih memilih ke kantin bersama Dareen.

Nadiah sudah pernah mengingatkan. Menegur sahabatnya itu. Namun, Fi seolah sudah dibutakan dan ditulikan oleh asmara yang sedang hinggap di hatinya.

Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Itulah yang Fi lakukan. Hingga lama-lama, Nadiah merasakan bosan sendiri. Memang seharusnya ia tidak boleh bosan mengingatkan seseorang tentang kebaikan. Namun, Nadiah hanya manusia biasa. Ia punya batas kesabarannya. Walau diam-diam, Nadiah tetap mendoakan Filia supaya sahabatnya itu bisa kembali seperti yang dulu.

Fi sendiri seolah tidak lagi peduli. Gadis itu seolah sudah enggan untuk mengakrabkan diri lagi dengan sahabatnya. Ia sudah ada di zona nyamannya bersama Sang Kekasih hingga detik ini. Siapa lagi kalau bukan Dareen Faurizal? Cowok manis yang sukses memikat hati seorang Filia yang terkenal batu untuk lelaki.

Dareen seolah bisa membuktikan bahwa itu salah. Nyatanya, Filia bisa luluh dengan perjuangannya selama ini. Dan Dareen bangga bisa menjadi cowok pertama yang menjadi kekasih hati Filia Sarah Athifa.

"Kamu kenapa lihatin aku kayak gitu?"

Dareen mengerjap mendengar suara Filia. Selanjutnya, ia terkekeh sambil menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. "Kamu cantik," jawabnya begitu saja.

Filia yang tengah memainkan sedotan di minumannya sontak tertawa. Kekasihnya ini memang tidak pernah disangka kelakuannya. "Iya, emang cantik. Siapa dulu? Filia."

Dareen mengangkat kedua alisnya. "Dih? Jadi sombong," ucapnya masih dengan tawa.

"Lagian, kamu ada-ada aja, sih. Tiap hari kan juga lihat? Tumben ngelihatinnya gitu banget," kata Fi.

"Aku seneng aja. Sebelum ini, aku cuma bisa mandang kamu tuh diem-diem. Mana dari jauh lagi. Tapi, sekarang kamu tepat di depan mata aku Fi. Aku nggak perlu pandang diam-diam lagi. Aku bisa senyum bebas tiap kali natap kamu secara langsung gini. Singkatnya, aku bersyukur sekarang bisa jadiin kamu sebagai pacar aku."

Back to Istiqomah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang