Semua tentangmu, aku hanya ingin berterima kasih pada Penciptamu karena telah menghadirkanmu dalam hidupku.
***
---
Sejak menerima surat peringatan itu, Fi merasa hidupnya yang sudah baik-baik saja agak bergoncang. Walau Fi berusaha menepis segala buruk sangka yang ada di pikirannya, surat peringatan itu benar-benar mengganggunya.
Tidak ada yang tahu tentang kejadian masa lalunya, kecuali Indira yang sengaja ia ceritakan. Selain itu, Fi yakin tidak ada lagi.
Atau ... justru Fi tidak tahu bahwa diam-diam ada yang tahu?
Sudahlah. Memikirkan surat peringatan itu justru membuat kepalanya semakin pening. Toh dua minggu perjalan setelah adanya surat itu, hidupnya tetap baik-baik saja.
Ia tetap mengikuti agenda dengan baik. Semakin berbaur bersama orang-orang di pondok dengan apik, dan tidak banyak mengeluh meski dihadapkan dengan situasi yang pelik.
Di pondok pesantren ini, Fi mengalami proses pendewasaan diri. Fi jadi mengerti, bahwa bahagia tidak selalu soal materi. Hal yang sederhana, justru lebih membawa bahagia pada diri.
Kini, Fi tidak lagi menyesali atau merutuki keputusan kedua orang tuanya yang mengirimnya kesini. Ia justru menikmati.
Benar, pondok pesantren itu menyenangkan asalkan kita dapat menerima dengan hati yang lapang.
Apapun keadaannya, manusia tetap harus menanamkan pikiran bahwa ia bisa menghadapi semuanya. Tentu saja dengan bantuan Sang Pencipta. Karena tanpa izin-Nya, semua akan sia-sia.
Dengan seulas senyum Fi memandangi situasi di area pondok pesantren. Di sore hari mereka semua dengan riang membersihkan lingkungan. Beberapa juga ada yang duduk memperhatikan sambil menyemangati.
Terasa sekali detak kehidupan yang menyenangkan di tempat ini.
"Malah diem-diem disini ya kamu." Fi mengangkat kedua alisnya terkejut ketika mendapati suara yang terdengar dekat di sampingnya.
Fi menengok. Ada Disa yang menghampirinya. Fi meringis. "Tadi aku udah nyapu kok."
"Iya, tapi kurang bersih. Tau nggak? Katanya, kalau nyapunya nggak bersih, suaminya brewokan loh," ujar Disa dengan nada yang dibuat seolah menakut-nakuti.
Fi tertawa geli. Ada-ada saja kelakuan teman di sampingnya ini.
"Tapi mah kalau brewoknya tetep ganteng, ya nggak papa ya, Fi, hehehe."
Tawa Fi semakin lepas. Disa memang tipe orang yang cenderung ceplas-ceplos.
"Haduh, lama di pondok aku jadi kangen stalk cogan. Apalagi, cogan wattpad. Ini pasti banyak cerita di perpus wattpadku yang update, nih. Jadi kangen baca wattpad," curhat Disa pada Fi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to Istiqomah [END]
Spiritual"Ketika kamu merasakan kesulitan untuk istiqomah, ingatlah kelak kamu akan menemukan sebuah akhir yang indah." --- Lahir dari keluarga kaya memang menyenangkan. Sejak kecil bergelimang kemewahan. Selalu diselimuti kemanjaan. Apa yang diinginkan ting...