6. Fi Berubah

286 33 11
                                    

Kenapa kamu tega-teganya bohongiku. Padahal akulah sahabatmu sejak dulu. Apa sudah tak ada kata percaya di hatimu?

***

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

Satu kata dengan makna yang akan mengubah segalanya, kini masuk ke dalam telinga Fi dan terperangkap di puing-puing otaknya. Membuat badan Fi gemetar. Jantungnya pun berdegup kencang. Dan napasnya juga tidak beraturan.

Harus jawab apa aku? batinnya bingung.

Pikiran Fi melayang pada suatu insiden kala itu. Karena sikap Dareen yang baik dan bersenang hati untuk mengantarkannya pulang setelah dari mall membuat hati Fi berubah. Tadinya angkuh untuk mengenal lelaki, apalagi Dareen, sekarang luluh dengan perbuatannya. Akhir-akhir ini juga, Dareen memperlakukan Fi seolah dirinya adalah seorang putri. Selalu saja hatinya dibuat senang oleh kehadiran Dareen. Permasalahan di rumah pun seakan disulap oleh si lelaki itu. Tapi, di sisi lain. Ia selalu ingat akan ucapan Nadiah yang mewanti-wanti dirinya agar tak terjerumus kepada lubang yang salah. Tak pernah alfa tentang hukum dan akibat pacaran di telinganya Fi.

Fi mengerjap ketika Dareen memanggil namanya.

"Gimana, Fi. Mau jadi pendamping Dareen? Pacarnya Dareen."

Lagi-lagi, Fi melamun. Pikirannya di bawa kepada ulah Dareen akhir-akhir ini. Selalu saja baik dan penuh perhatian. Nggak aneh-aneh. Lagi pula, dia juga sudah besar. Sudah bisa jaga diri. Toh, ini juga hidup-hidupnya. Nadiah hanya sekadar sahabat yang selama ini ia kenal. Dan dia juga nggak berhak buat ngatur-ngatur hidupnya Fi. Nggak salah juga 'kan kalau mencoba? Mencoba bagaimana rasanya pacaran.

"Fi, gimana?" desak Dareen.

Fi mengerjap lagi. Ucapan maaf keluar dari mulutnya. Lalu iapun mengatakan pada Dareen jika dia mau menjadi pacaranya. Asalkan dengan satu syarat.

Pacarannya diam-diam agar Si Nadiah tidak mengetahui hubungan mereka.

"Untuk merayakan hari jadian kita, aku beliin es krim seharga lebih daripada es krim biasanya yang hanya dua ribu. Mau rasa apa?"

Dareen berdiri. Tangannya menggandeng Fi membuat Fi ikut berdiri. Sikap Fi, masih saja ingin atau tidak. Ingin merasakan bahagianya pacaran atau tidak ingin membuat sahabatnya kecewa.

Sekali lagi, dalam hatinya berkata, Fi, ini hidupmu. Jika Nadiah tak suka kamu pacaran buat apa? Bukannya sahabat harus menerima apa adanya?

Fi melepaskan tangan Dareen. Dengan alasan, agar nantinya teman-teman yang kenal dengannya tidak mengadukan kepada Nadiah, sahabatnya.

"Sama seperti biasa, rasa strawberry."

Back to Istiqomah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang