Kamu itu baik. Jadi, aku sayang sama kamu. Semoga kita bisa bersatu hingga akhirat nanti.
***
---
Seperti apa yang Indira ucapkan kemarin dan sudah berjanji untuk mengajak Fi bertemu dengan Lyana dihari yang akan datang. Hari ini, setelah jam bel istirahat berbunyi, mereka pun berjalan menuju taman belakang. Tapi, masih dalam lingkup pondok.
Taman itu sangatlah luas. Banyak pepohonan yang tumbuh memutari taman tersebut. Menghijaukan dan menyejukkan pandangan. Dan beberapa kursi yang disediakan untuk para santri menikmati indahnya taman, melepas penat, atau yang lainnya.
Di taman, bisa dilihat masjid yang tak terlalu megah yang berdiri kokoh diperbatasan antara santri laki-laki dan perempuan. Dan di masjid itu juga, para santri bisa terkumpul. Tapi, dalam agenda tertentu saja. Pun, dengan batas yang sudah ditentukan.
Di taman pula, santri wati dapat melihat bangunan pondok pesantren milik santri laki-laki. Walaupun terlihat kecil dari jarak yang cukup jauh. Sebenarnya, bangunan tersebut sangat besar dan megah bila harus merasakan langsung di lingkungannya.
Fi tak mengerti mengapa Indira buru-buru memintanya untuk ke taman. Biasanya, kalau jam istirahat seperti ini, mereka hanya main di koridor atau menghafalkan pelajaran sebelumnya.
"Ra, ada apa, sih?" Fi melepaskan tangannya dari genggaman Indira ketika sudah ada di taman.
"Sini bentar, Fi. Ada yang mau aku tunjukkin." Indira tetap jalan ke depan dan menghampiri sebuah pohon besar dengan dua bangku panjang.
Fi mengikuti kemana pandangan Indira itu tertuju. Ternyata, matanya tertuju pada wanita cantik pemilik mata belok di depan sana. Dia sudah tersenyum ketika Indira melambaikan tangannya. Lalu, dia membalas dengan melambaikan tangannya juga.
"Siapa, sih?" tanya Fi menyipitkan matanya.
"Nanti juga tahu sendiri." Indira kembali memegang tangan Fi dan segera bergegas mendekati wanita itu.
"Assalamualaikum, Ukhti," salam Indira kepada wanita tersebut sambil menyodorkan tangannya lembut.
Wanita itu menjawab dengan keanggunannya. Terlihat dari cara berpakaian hingga suara yang keluar, dia sangat penyayang dan sangat ramah. Tak lupa, dia juga mempersilakan mereka untuk duduk di sebelahnya.
"Makasih," ucap Indira.
Wanita itu mengangguk dan tersenyum. Lalu, pandangannya tertuju pada Fi, membuat gadis manis bermata cokelat terang itu malu.
"Oh ya, Lyana. Ini, Fi. Teman sekamar yang aku ceritakan waktu itu. Dan, Fi. Ini Lyana, adik dari Gus Irkham yang waktu itu mergokin kamu mau kabur dari pondok," ucap Indira sambil terkekeh.
Fi menundukkan pandangannya malu. Kenapa Indira blak-blakan seperti itu?
"Oh, iya iya. Salam kenal, ya, Fi. Saya Lyana Nur Hikmah. Kamu bisa panggil saya, Lyana, Ana, atau sayang juga boleh." Wanita cantik bermata belok alias Lyana ini mulai memperkenalkan dirinya kepada Fi dengan menjulurkan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to Istiqomah [END]
Spiritual"Ketika kamu merasakan kesulitan untuk istiqomah, ingatlah kelak kamu akan menemukan sebuah akhir yang indah." --- Lahir dari keluarga kaya memang menyenangkan. Sejak kecil bergelimang kemewahan. Selalu diselimuti kemanjaan. Apa yang diinginkan ting...