30. Maaf dan Pengakuan Disa

235 30 1
                                    

Memaafkanmu seperti pelajaran bagiku bagaiman caranya untuk ikhlas dan terus sabar dalam menjalani kehidupan.

***

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

Disa belum beranjak ke masjid yang diminta Safi untuk dibersihkan. Gadis itu justru bergeming di taman dengan tatapan kosong. Sebenarnya, pikirannya berkelana.

Apa yang ia lakukan sudah berlebihan? Ia hanya ingin membela saudaranya. Miko Ardiyanto yang hatinya sempat dipatahkan sebegitu hancurnya oleh santriwati baru yang bernama Filia.

Ia tidak terima. Memangnya, Fi siapa sampai membuat Miko hancur sebegitu hancurnya dua tahun lalu.

Dan lagi, soal Gus Irkham. Semenjak mengetahui masa lalu Fi dari Miko di hari ulang tahun mereka berdua, Disa merasa jika Fi sangat tidak pantas untuk Gus Irkham. Bagaimana bisa? Sosok sempurna seperti Gus Irkham disandingkan dengan Filia yang berantakan.

Sedangkan dirinya yang berusaha selalu menjadi yang terbaik justru tidak pernah terlihat oleh Gus Irkham.

Disa kalut. Dirinya dikuasai dendam dan amarah.

Tangannya mengepal kuat di atas kedua pahanya. Ia berteriak sekencang-kencangnya. Memekik tak peduli telinganya akan pekak.

Yang terpenting hatinya akan lega.

Namun berkali-kali ia memekik, tetap sama saja. Tidak ada kelegaan apapun. Hanya rasa sesak yang semakin memberontak.

Tanpa sadar air matanya ikut luruh. Menangisi semua yang sudah terjadi. Setitik penyesalan mulai mengisi. Tapi ia enggan mengakui.

"Penyakit hati memang sulit kalau udah menguasai diri. Sebenarnya kita nggak boleh kalah sama penyakit hati. Karena kan, ini diri kita sendiri. Jadi yang boleh mengendalikan ya kita sendiri," celetuk sebuah suara yang terdengar tenang di telinga Disa.

Disa menoleh. Gadis cantik dengan jilbab berwarna abu-abu itu tengah tersenyum menatapnya. Gadis itu mendekat. Merangkul bahu Disa dan mengusapnya.

"Kamu kenapa kesini? Enggak nemuin Fi?" tanya Disa datar.

"Nanti. Sekarang aku nemuin kamu dulu. Kamu naksir kakakku, ya?" tembak Lyana langsung.

Tubuh Disa kaku. Apakah kini di hadapan Lyana, ia harus mengaku?

"Jujur aja sama aku mah," sambung Lyana.

Disa mengangguk kaku. Sedangkan Lyana justru tertawa. "Kakakku emang bikin ribet karena ganteng. Mewakili kakakku aku minta maaf, ya. Sebenarnya aku dimimta tolong menyampaikan ini. Katanya, jangan berharap sama dia. Jangan buta cuma karena dia. Kamu berhak dapet yang lebih baik dari dia. Em ... maaf, aku harus menyampaikan ini. Katanya ... maaf enggak bisa balas perasaan kamu."

Back to Istiqomah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang