Rinduku hanya butuh temu.
***
---
Sudah beberapa jam yang lalu Miko dan Disa pulang. Fi tak lupa membawakan buah tangan yang dibuatkan uminya yang tadinya akan mereka buat berdua, tapi tidak bisa karena Fi harus menerima kedatangan teman-temannya.
Baru saja suasana rumahnya ramai karena kehadiran Miko dan Disa. Rasa rindu pada pesantren itu hilang. Tapi, setelah Miko dan Disa pulang, rindu itu kembali membelenggu.
Kapan bisa ketemu sama anak pesantren lagi? batin Fi dengan tatapannya yang kosong.
Fi masih duduk di ruang tamu sejak tadi. Memegangi ponsel dan membaca wattpad melanjutkan cerita yang ia baca kemarin. Sebagai pengganti rasa penatnya karena rumah sepi.
Isma masih sibuk dengan pekerjaannya. Menerima pesanan online.
Sesekali ia memandangi Fi yang tak berkutik sekalipun di tempatnya.
"Mi, Fi bosen di rumah," ujar Fi meletakkan ponselnya di meja.
"Mau ke mall? Atau ke butik beli jilbab?" tanya Isma dengan senyumnya yang merekah.
"Umiii, baju Fi, kan banyak. Jilbabnya juga ada kok. Nggak perlu ke sana, Umi." Fi memanyunkan bibirnya.
Isma yang tengah berdiri di dekat barang-barang pesanan itu mendekati Fi dan duduk di sampingnya.
"Fi mau apa, dong?" tanyanya.
"Fi nggak mau apa-apa, Umi. Fi cuma bosen."
Isma diam mendengar penuturan Fi demikian. Ia tampak berpikir untuk menghilangkan bosen anak semata wayangnya.
Namun, tidak sampai ketika suara ketukan pintu masuk ke dalam indera pendengaran.
"Umi yang buka atau kamu?" tanya Isma sambil mendaratkan tangannya ke pundak Fi.
Fi tersenyum. Tangannya memegang tangannya Isma lalu menurunkannya pelan. "Fi aja, Umi."
Isma tersenyum dan mengangguk.
Setelah Fi beranjak, ia kembali lagi fokus pada ponselnya. Yang benar saja, hari ini pesannya sangat banyak.
Fi berdiri mematung ketika matanya dihadapkan dua orang di depan sana. Jantungnya berdebar ketika dua orang itu mengucapkan salam hampir bersamaan.
Mau apa mereka? batin Fi lalu mengulum bibirnya ke dalam. Sebentar, ia menoleh ke belakang. Melihat uminya yang sedang fokus dengan ponsel di genggamannya.
Fi membelalak ketika uminya melihatnya.
Harus bilang apa aku? batin Fi lagi.
"Siapa, Nak?" tanya Isma mencari siapa yang datang ke rumahnya sore ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to Istiqomah [END]
Spiritual"Ketika kamu merasakan kesulitan untuk istiqomah, ingatlah kelak kamu akan menemukan sebuah akhir yang indah." --- Lahir dari keluarga kaya memang menyenangkan. Sejak kecil bergelimang kemewahan. Selalu diselimuti kemanjaan. Apa yang diinginkan ting...