11. Kesebar

266 34 14
                                    

Terlambat. Waktu tidak bisa diputar. Nasi sudah menjadi bubur. Segala penyesalan hanya akan sia-sia.

***

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

Hari ini Filia tidak tenang. Ucapan teman-teman Dareen terngiang di pikiran Fi. Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa teman-teman Dareen bisa mengenalnya? Mengapa harus dirinya yang dimintai uang?

Selama Fi bersekolah di sana, ia tidak pernah berurusan dengan Miko, Irul, atau siapapun teman-teman Dareen. Gadis itu ada pada zona nyamannya bersama Nadiah. Tetapi, akhir-akhir ini kehidupannya berubah. Fi terlalu jauh berjalan dari zona nyamannya.

Dan itu terjadi semenjak mengenal Dareen. Semenjak menjalin kisah dengan cowok tampan itu.

Fi mengembuskan napas pelan. Menyandarkan punggungnya ke kapala ranjang, lalu memeluk guling. Ia melirik sekilas ponsel yang ada di sebelahnya. Masih belum ada notifikasi.

Tadi, Dareen tidak mengantarnya pulang. Pun sampai sekarang tidak memberinya pesan. Sebenarnya, lelaki itu kemana? Dareen kenapa? Kenapa dia berubah? Padahal, Fi sudah terlalu dalam menjatuhkan hati kepada cowok itu. Mempercayainya, dan memberikan apapun yang cowok itu mau asalkan dia tidak pergi.

Tetapi, sekali lagi, kenapa Dareen berubah ketika Fi sudah teramat cinta pada cowok itu?

Fi jadi bertanya-tanya, apakah cowok lain di luaran sana juga begitu? Awalnya benar-benar mengejar dan berjuang. Lalu, begitu dapat sifatnya malah berubah? Hanya Dareen, atau laki-laki lain juga begitu?

Fi kira setelah berpacaran dengan Dareen, hidupnya akan lebih bahagia. Ada yang memberinya es krim tiap hari, membuatnya tersenyum, mengajaknya jalan-jalan, saling berkirim pesan. Ya, awalnya memang begitu. Tapi, lama-lama semua itu pudar seiring waktu.

Sebuah notifikasi membuat Fi segera mengambil ponselnya yang tergeletak. Jelas saja Fi begitu tergesa mengambilnya. Notifikasi itu bernada dering beda. Sengaja dibedakan. Ya, dari Dareen.

Namun, senyum Fi luntur begitu saja saat membaca pesannya.

Dareen : Fi, boleh pinjam uang lagi? Ini yang terakhir, Fi. Biar mereka gak ganggu kita lagi.

Dareen selalu membuatnya bingung. Apa yang sebenarnya sedang disembunyikan? Mengapa harus bawa-bawa Fi pada urusannya dengan teman-temannya?

Fi : Memangnya ada apa? Memangnya kenapa? Kenapa aku harus terus ngasih uang lagi? Kenapa kita harus diganggu? Kamu selalu bilang gitu tapi nggak pernah jelasin maksud kamu sebenarnya.

Malam itu, Fi tidak lagi bisa menahan semua yang bergejolak dalam dirinya. Gadis itu mengungkapkan semua yang mengganggu pikirannya.

Dareen : Tolong, Fi. Aku nggak mau ada kejadian yang nggak diinginin. Aku minta tolong baik-baik. Tolong jangan buat aku meledak lagi.

Back to Istiqomah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang