10. Teman-teman Dareen

240 30 11
                                    

Sekecil apapun itu, bila tentang aurat harus dipertanggung jawabkan di akhirat.

***

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

Sebenarnya, Fi merutuki dirinya sendiri, kenapa harus mau mengirimkan sebuah foto itu ke Dareen. Dan dia sedikit was-was bila fotonya itu kesebar, pastilah ia dalam bahaya besar. Tapi, pada waktu yang bersamaan, seperti ada angin yang membisikinya agar dirinya tetap baik-baik saja. Toh, Dareen akan menjaga foto itu.

Semenjak insiden mengirimkan foto pada Dareen, Fi semakin jauh dengan Nadiah. Dia tak pernah bercerita apapun lagi pada wanita yang biasa ia sebut dengan sahabat. Pikirnya, Nadiah pasti tak ingin lagi ngobrol dengannya bahkan tak ingin lagi menjadi sahabatnya dengan keadaannya yang seperti ini.

"Fi?"

Suara itu berasal dari Dareen. Sedari tadi, ia mengamati Fi dengan saksama. Yang benar saja, Fi tak berkutik apapun setelah ia mendaratkan badannya untuk duduk di satu kursi di kantin.

Fi mengerjap. "I-iya? Ada apa, Reen?"

Bukannya menjawab, Dareen malah tersenyum. Fi yang peka, dia tahu dibalik senyuman Dareen yang manis menyembunyikan masalah yang tak dapat diungkapkan.

Fi memicingkan kepalanya. "Kamu kenapa? Ada masalah?" tanya Fi sambil memegang tangannya Dareen.

Dareen tetap diam. Sepertinya dia bingung harus merangkai kata-kata seperti apa.

"Cerita aja aku dengerin, kok," tambah Fi.

"Maaf-"

Sontak, Fi menjadi panik mendengar ucapan maaf dari lelaki yang menjadi pacarnya itu. "Maaf kenapa?" ucapnya sedikit dengan nada tinggi.

"Maaf, aku terlalu banyak minta sama kamu. Tapi, Fi, teman aku butuh uang banget buat bayar hutang ke temannya. Katanya, kalau nggak dibayar ancamannya harga diri."

"Lho, kok harga diri? Emang dia hutang apa? Maksudnya gimana?"

Daren diam. Nampak dari mukanya, Dareen terlihat aneh. Tak seperti biasanya, yang tenang dan tidak bercucuran air keringat di keningnya.

"Dia butuh uang, Fi, kasihan. Kamu bisa bantu 'kan?"

"Kapan?"

"Sekarang, Fi. Aku bingung, harus mintain uang ke siapa lagi kalau bukan ke kamu. Toh, di luaran sana pasti nggak ada yang mau membantu temanku."

Back to Istiqomah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang