Epilog

500 36 16
                                    

Lika-liku suka dan luka pada kisah ini, menyatukanku bersama jodoh terbaik yang dipilihkan oleh Allah.

Aku tidak pernah menyesal telah memilih jalan ... Back to istiqomah.

***

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

"Fi, bangun. Ayo udah masuk waktu subuh."

Wanita itu menggeliat dalam selimutnya. Sebuah usapan lembut terasa menenangkan di kepalanya.

"Filia," bisiknya lembut.

Matanya perlahan terbuka. Ia langsung menemukan sosok lelaki dengan rambut yang masih basah. Lelaki itu tersenyum. "Ambil air wudhu, yuk kita sholat jamaah. Mas imamin," tuturnya penuh sayang.

Fi tersenyum dan mengangguk. Ia bangkit dari tidurnya. Bersiap beranjak dari tempat tidurnya. Lelaki itu mundur sedikit. Memberi ruang untuk Fi melangkah.

Selepas mengambil air wudhu, Fi mengambil sajadah yang ada di atas meja. Bersama lelaki itu menggelar sajadah berwarna merah. Fi berdiri satu saff di belakang laki-laki yang kini menjadi imamnya.

Sholat subuh dua rokaat mereka lakukan berjamaah. Selanjutnya, terdengar lantunan indah surat al-fatihah yang dilanjutkan dengan bacaan surat ar-rahman. Dua rokaat di awal hari berlangsung dengan khusyuk.

Kedua insan itu sama-sama fokus dalam menghadap dan memenuhi panggilan sang pencipta. Sang Maha Cinta yang telah menyatukan mereka berdua pada ikatan yang direstui-Nya.

"Assalamualaikum warahmatullah."

Fi mengikuti.

"Assalamualaikum warahmatullah."

Lagi-lagi Fi mengikuti. Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan yang berbalut mukena. Ia agak memajukan badan, bertepatan dengan lelaki itu yang membalikkan badan.

Mereka sama-sama tersenyum. Tangan Fi terjulur, yang segera mendapat sambutan dari laki-laki itu—Gus Irkham.

Fi mengarahkan tangan Gus Irkham—yang sekarang menjadi suaminya, ke hidungnya. Menciumnya dengan penuh kesungguhan. Gus Irkham tersenyum. Lelaki itu mencium ubun-ubun Fi dengan sayang seraya melirihkan doa-doa untuk rumah tangganya. Tanpa sadar sebulir air leleh dari netranya. Merasa haru yang begitu menggebu.

Beberapa detik diisi dengan keadaan yang menghening dengan nyaman. Baru setelahnya Gus Irkham menyudahi ciumannya pada ubun-ubun kepala Fi, sedangkan Fi juga menyudahi mencium tangan suaminya.

"Kenapa nangis?" tanya Gus Irkham lembut seraya mengusap air mata istrinya.

"Fi ... terharu," ungkapnya jujur.

Gus Irkham terkekeh. Mengusap kepala istrinya gemas. "Terima kasih, ya," tuturnya.

"Untuk apa?"

"Terima kasih kamu bersedia menerima Mas, dan mau meniti arah menjemput ridho-Nya bersama Mas," lontar Gus Irkham. Sejak resmi menjadi suami istri sekitar seminggu yang lalu, ia mengganti panggilannya dari 'saya' menjadi 'mas.'

Filia juga tidak lagi memanggil Gus, melainkan 'Mas.'

"Fi juga berterima kasih. Mas Irkham bersedia menerima Fi dengan tulus apa adanya. Terima kasih, Mas Irkham mau mencintai Fi dengan ikhlas," ungkap Fi.

Jodoh, maut, rezeki. Ketiganya sudah ada yang mengatur. Sebagai manusia, kita cukup menunggu dan tetap berjuang yang terbaik.

Perjalanan Filia Sarah Athifa hingga sampai menemukan jodoh terbaik yang dikirimkan Allah, mengalami lika-liku yang penuh luka.

Dibutakan cinta yang fana, dendam, hujatan sana-sini, semuanya pernah Filia rasakan. Rasa lelah pernah ada. Ingin menyerah juga pernah terlintas dalam otaknya.

Namun, kini dia mengerti. Bahwa hidup adalah tentang perjalanan. Ia harus terus berjalan sampai Allah berkata waktunya pulang.

Sekarang ini, ia tidak sendiri. Ada suaminya—Gus Irkham yang akan menemani perjalanan Fi. Bersama-sama meniti arah menjemput ridho-Nya, dan membangun rumah di surga.

Dari semua kisah hidup yang ia lewati, Fi tidak lagi menyesali. Back to istiqomah ialah jalan yang paling indah.

Karena saat kamu kembali berjalan dengan hanya mengharap ridho Allah, percayalah kelak kamu akan menemukan akhir yang indah.

Semua kisahnya yang penuh sesal dan tangis di masa lalu, kini menemukan jodoh yang terbaik. Menemukannya pada lelaki yang kini menjadi imamnya.

Yusuf Irkham Al-Ghifari.

"Ana uhibbuka fillah, Gus-ku, Mas Irkham," gumam Fi.

Gus Irkham tersenyum. Kini mendekat, mengecup lembut kening Fi seraya berucap, "Semoga Allah mencintaimu, Dzat yang telah membuatmu mencintaiku karena-Nya. Ana uhibbuki fillah, Istriku."


-T A M A T-

Jawa Tengah, 24 Juni 2020

Jawa Tengah, 24 Juni 2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

Assalamualaikum.

Halo semuanya.

Ana uhibbuka fillah
Ana uhibbuki fillah

Artinya : aku mencintaimu karena Allah.

Untuk yang 'ka' itu ditujukan untuk laki-laki. Sedangkan yang 'ki' untuk perempuan.

Eh tapi buat pasangan yang halal ya^^

Jangan buat yang bukan mahramnya loh hehehe.

Kalau boleh tau, kalian nemu cerita ini darimana? Cerita yuk^^

Akhirnya back to istiqomah sampai pada akhir kisahnya.

Terima kasih sudah mengikuti kisah ini sampai ending. Lika-liku perjalanan kami akhirnya sampai di epilog.

Dengan ini, kami—Dyah ayu dan Ika Safira menyatakan BACK TO ISTIQOMAH resmi selesai.

Terima kasih atas dukungannya selama ini.

Semoga segala doa dan kebaikan kembali pada kalian.

Kami pamit.
Tunggu karya kami selanjutnya, ya.

Sementara, bisa stalk akun kami buat nemuin cerita yang lain.

Ikasafiras28
dyhayupsr11

Semoga kalian bisa memetik hikmah dari kisah ini ya.

Sekian, terima sayang :v

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Back to Istiqomah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang