Renjun berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang hampir tidak pernah sepi ini. Pasien semakin meningkat dan dokter pun sulit mendapatkan waktu istirahat
Ia membuka pintu dengan nomor 105 diatasnya. Begitu pintu terbuka, sang pasien yang didalam ternyata sudah sadar
"Halo, Kun-ge. Kau sudah sadar?" tanya Renjun sambil menghampiri Kun
"Renjun? Kau disini?"
"Iya, aku disini untuk menjagamu. Taeyong hyung yang menyuruhku."
"Ah, terima kasih."
"Karena kau sudah sadar, bolehkah aku bertanya sesuatu?" ucap Renjun sambil menaikkan bangsal Kun agar menjadi duduk dan lebih mudah untuk mengobrol
"Ya, silahkan."
"Kenapa kau bisa kecelakaan? Maksudku, apa yang kau lakukan diluar dorm tengah malam?"
"Ah, itu. Sebenarnya aku baru pulang dari studio. Kecelakaan itu karena ada seorang pengemudi yang mabuk kurasa, aku juga tidak melihat lihat ketika menyebrang dan terjadilah kecelakaan itu."
"Kau tahu, itu sampai masuk berita. Untungnya wajahmu tidak terlihat, bisa bisa para penggemar khawatir."
"Ah, itu bagian buruknya."
"Uhm, ge. Dimana bagian yang sakit?"
"Hah? Tidak ada, kenapa tiba tiba bertanya seperti itu hehe."
"Aku melihat lebam ditangan kirimu, kupikir itu sakit."
"Ah, iya, ini lumayan sakit. Natu itu benar benar keras ketika tanganku membenturnya."
"Semua batu itu keras, ge. Aneh aneh saja."
Kun tertawa, ia baru menyadari keanehannya sekarang
"Kau tahu, aneh rasanya tidak tinggal bersama kalian lagi. Aku hanya sendirian di apartemen dan itu menjengkelkan."
"Kau kan bisa mengunjungi kami jika bosan."
"Iya aku tahu, tapi rasanya agak aneh. Awkward."
"Kenapa harus canggung? Kita semua teman kan? Kau harus tahu betapa rindunya kami semua denganmu."
"Iyaa, aku tahu itu."
"Lalu kenapa kau menolak kembali pada kami?"
Renjun membelalakan matanya sambil menatap Kun, tidak menyangka pertanyaan itu akan keluar dari mulutnya
"Kau tidak kasihan pada kami? Mark sampai datang ke apartemen mu waktu itu demi membujukmu, Taeyong hyung juga terus membujukmu, kau tidak menyayangi kami?"
"Bukan begitu. Aku menyayangi kalian, tapi aku ingin menunjukkannya dengan cara yang berbeda."
"Apa maksudmu? Kami tidak peduli dengan cara apapun itu, setidaknya hargai perjuangan kami."
"Tetap tidak bisa, ge. Aku punya hal yang tidak bisa kalian ketahui dan ini juga tentang kalian semua."
"Renjun." lirih Kun sambil meraih tangan Renjun, "katakan kenapa kau menolak?"
"Tidak, ge, aku—"
"Katakan."
Mendengar suara Kun yang berubah mengintimidasinya, Renjun agak takut
"A– aku.. sebenarnya, aku tidak ingin meninggalkan rumah sakit ini. Aku melihat kalian terus bergantian masuk kesini dan terbaring lemah. Ya, aku memang bodoh soal ilmu kedokteran tapi setidaknya aku bisa menjaga kalian setiap hari. Jika aku kembali bersama kalian, aku tidak akan diperbolehkan menjenguk seperti ini. Aku menjaga kalian dengan cara yang berbeda, bukannya aku membenci kalian." jelas Renjun sambil terisak
Tepat saat itu juga, pintu kamar Kun terbuka dan memperlihatkan Taeyong yang baru sampai dengan nafas terengah engah
"Aku harus pergi, ada pasien lain yang menungguku." ucap Renjun sambil bangkit dan keluar dari kamar
Taeyong hanya memperhatikan kepergian Renjun hingga jauh lalu menutup pintu kamar Kun lagi
"Kau mendengarnya?" tanya Kun
"Jm, aku dengar." jawab Taeyong sambil duduk disamping bangsal Kun
"Sekarang kita benar benar harus memutuskan kontak dengannya. Dia sudah memilih jalannya sendiri, walau masih berhubungan dengan kita."
"Dia sudah bisa mengambil keputusan sendiri. Mari buat NCT tanpa mengaitkan Renjun sama sekali, dia mungkin risih dengan itu."
—
KAMU SEDANG MEMBACA
[ii] Petrichor✔
Fanfiction[nct 127, nct dream, wayv] book 2 sequel from Dreamies Petrichor (n.) Suatu kata benda yang berarti bau tanah yang menenangkan setelah hujan. Maksudnya, bau tanah selepas turun air hujan dapat menenangkan jiwa dan fikiran. Pengertian tersebut dapat...