"Kau dimana?"
"Aku masih di kampus, ada apa?"
"Cepatlah ke rumah sakit sekarang. Temanmu ada disini."
"Benarkah?! Haha okey, aku kesana."
Renjun membereskan buku bukunya ke dalam tas lalu pergi dari kampus menuju rumah sakit
Sesampainya disana, Renjun bertanya dimana dokter Han pada salah satu perawat lalu segera pergi setelah mendapat jawaban
"Cepat sekali kau sampai?"
"Dimana dia?"
"Hey, tenang lah dulu. Dia disini ingin mendonorkan darahnya untuk rumah sakit. Mungkin kau ingin melakukannya?"
"Aku?"
"Iya, aku tahu kau sudah mempelajari tentang donor darah."
"Bagaimana kalau aku salah?"
"Aku juga tahu Renjun tidak pernah salah. Masuklah, aku akan mengambilkan alatnya dan memantau dari luar." ucap dokter Han sambil mendorong tubuh Renjun masuk ke salah satu kamar
"Hai, dokter muda." sapa orang itu diakhiri kekehan kecilnya
"T– Taeyong hyung?"
"Kenapa kau kaget seperti itu? Apa karena kita jarang bertemu? Hehe."
"Kau yang ingin mendonor darah?"
"Iya, kenapa? Aku dengar rumah sakit sedang butuh beberapa kantung darah, jadi aku ingin menyumbang sedikit."
"Tapi—"
"Aku juga yang meminta dokter Han agar kau datang dan melakukannya. Sebenarnya ini agak memalukan, seperti melihat adikku yang lebih hebat dari kakaknya."
"Renjun, ini peralatannya. Kau bisa melakukannya. Aku akan memantau dari luar, oke?" potong dokter Han yang membawa beberapa peralatan rumah sakit
"Aku yakin kau tidak akan tega menyakitiku jadi berhati hati lah."
Renjun menghela nafas pelan lalu meletakkan tasnya di samping meja nakas dan menggulung lengan sweaternya
"Karena kau percaya padaku, akan kulakukan. Katakan saja jika sakit."
Taeyong mengangguk sambil tersenyum. Renjun mulai bergelut dengan beberapa peralatannya sementara Taeyong menahan sakit ketika sebuah jarum suntik menusuk lipatan lengannya
"Aku masih tidak percaya, seseorang yang dulunya trauma dengan segala hal yang berkaitan dengan rumah sakit sekarang malah menjadi bagian kecil dari rumah sakit." ucap Taeyong memecah keheningan
"Aku juga masih tidak menyangka. Hyung, apa ini sakit?" tanya Renjun
"Hm, sakit."
"Tolong tahan sebentar ya, sekitar 2 atau 3 jam sampai kantung infusnya terisi penuh, aku akan mencabut selangnya."
"Terima kasih, Renjun. Kau bekerja keras."
"Ah, ini bukan apa apa. Kalian lebih banyak bekerja keras."
"Aku akan mengatakan pada yang lain untuk pergi ke dokter Renjun saja."
"Hey, jangan seperti itu, hyung."
"Omong omong, Haechan sedang sakit di dorm. Dia hanya demam biasa, Taeil hyung yang mengurusnya."
"Katakan pada Taeil hyung, jika Haechan sulit disuruh minum obat, masukkan obat itu didalam pisang seperti yang kulakukan padanya sebelumnya."
Taeyong meraih lengan Renjun dengan tangan kanannya yang bebas
"Walaupun terpisah, kau masih peduli dengan kami."
Renjun meletakkan tangannya diatas punggung tangan Taeyong dan mengelusnya
"Aku berguna sekarang. Jangan segan menghubungiku lagi. Sejujurnya beberapa bulan ini aku kesepian karena tidak ada kalian. Lambat laun aku mulai terbiasa, aku punya banyak teman di kampus. Banyak yang mengenalku sebagai Renjun NCT tapi aku menjelaskan pada mereka dan mereka paham. Agak aneh tapi aku membiasakan diri."
"Kami juga agak aneh karena tidak menghubungimu sama sekali. Mungkin biasanya Jaemin atau Doyoung akan meneleponmu, tapi kami berjanji tidak akan mengusik hidupmu lagi."
"Kenapa? Aku tidak keberatan kalian meneleponku."
"Hanya takut mengganggu waktu belajarmu."
"Aku bisa belajar dimana saja dan kapan saja, tapi tidak bisa menolak telepon kalian. Coba saja nanti, dengan senang hati aku akan mengobrol banyak dengan kalian."
"Ah, adikku sudah besar ternyata."
"Dan hyungku menjadi bayi lagi."
"Hey." tegur Taeyong dan Renjun tertawa mendengarnya, Taeyong pun ikut tertawa kecil
—
KAMU SEDANG MEMBACA
[ii] Petrichor✔
Fanfic[nct 127, nct dream, wayv] book 2 sequel from Dreamies Petrichor (n.) Suatu kata benda yang berarti bau tanah yang menenangkan setelah hujan. Maksudnya, bau tanah selepas turun air hujan dapat menenangkan jiwa dan fikiran. Pengertian tersebut dapat...