NOTE : BACA SETIAP PARAGRAF YA, JANGAN ADA YANG DI SKIP. AKU UDAH LUANGIN BUAT NGETIK LHO SAY.
Yukk absen kota kalian 🙋
Spam komen satu tokoh yang paling kalian suka
Kalian baca GANAS jam berapa?
Last question sebelum kalian baca, seandainya GANAS open group chat, kalian mau join ngga? Mau di wa atau line? Keuntungannya bisa deket sama RP GANAS dan saling save nomer
Happy reading ♥♥
***
[9. Friendzone?]
Ngga ada orang yang benar-benar baik. Semua hanya memberikan kesan awal yang manis. —Dryhan ZevanderGanas mencari Iren di setiap lorong sekolah, namun ia sama sekali tak bisa menemukan cewek itu. Bahkan, Iren juga tidak ada di dalam kelasnya. Entah kemana menghilangnya Iren, namun yang jelas, sekarang Ganas menjadi sedikit khawatir, takut terjadi sesuatu pada cewek itu. Seketika ada satu tempat yang terlintas di benak Ganas, dan belum sempat ia kunjungi. Perpustakaan. Iren adalah tipe cewek yang selalu mengalihkan setiap masalah dengan membaca buku. Makanya, ayahnya sampai membuat perpustakaan mini di rumahnya, dan Iren bisa berada didalam sana seharian, jika memang ia sedang banyak masalah. Benar kan dugaan Ganas. Baru saja ia berdiri di pintu perpustakaan, dia sudah melihat Iren yang sedang duduk manis sambil membolak-balik buku yang ia baca. Saking asyik dengan bukunya, Iren tak sadar jika Ganas sudah duduk di sampingnya.
"Ekhem." Ganas sengaja berdeham untuk mengalihkan perhatian Iren. Usahanya berhasil karena sekarang cewek itu sudah menoleh untuk menatap Ganas.
"Lo ngapain?," tanya Iren sambil menutup buku yang ia genggam.
"Lagi ada masalah?" Alih-alih menjawab pertanyaan Iren, Ganas malah balik melontarkan pertanyaan. Sedangkan Iren hanya memberikan jawaban dengan menganggukkan kepalanya.
"Gue cuma bingung aja sama perasaan gue."
"Kenapa?"
"Gue bingung, Nas. Gue itu lagi suka sama seseorang, tapi gue lebih nyaman sama orang lain. Terus gue harus gimana? Seandainya gue lebih milih orang yang bikin gue nyaman, gue mau nanya satu hal sama lo. Lo cinta ngga sama gue? Perasaan lo ke gue gimana?"
"Gue cin-"
"Woy, Nas! Kan gue suruh ke aula. Seleksi ketua basket mau dimulai, lo malah mojok berduaan," teriak Raidan yang membuat Ganas berdecak kesal.
"Nanti kita obrolin lagi." Setelah mengucapkan itu, Ganas langsung melangkahkan kakinya menuju aula, meninggalkan Iren sendirian di perpustakaan. Iren hanya mampu menghela nafasnya kasar. Dari dulu, Nanasnya tak pernah berubah— "Selalu aja ngegantung kalo lagi serius," ucap Iren sambil menutup buku bacaannya, lalu berlari untuk mengejar Ganas.
Iren berdiri diluar aula, sambil mengintip lewat jendela. Banyak anak-anak lain yang ingin menyaksikan bagaimana riuhnya pemilihan ketua basket. Dimulai dari kandidat pertama, sampai kandidat terakhir, mereka semua punya jumlah suporter nya masing-masing. Berhubung persaingan di SMA Titan sangatlah ketat, maka tak sedikit dari mereka yang sengaja mengeluarkan koceknya untuk menarik anak-anak SMA Titan agar berpihak padanya. Namun, satu hal yang Iren yakini, jika Ganas tak akan melakukan itu, padahal ia mampu melakukannya —jika ia ingin.
Sudah pasti, suporter paling depan adalah para sahabat-sahabat seperjuangan Ganas. Bahkan, dengan percaya dirinya, Diksa membawa sebuah bola basket mainan yang berukuran kecil, dan terukir nama Ganas Reval Galungga disana. Kalau saja, nama Ganas tidak di daftarkan oleh teman laknatnya, mungkin sekarang Ganas melanjutkan perbincangannya dengan Iren. Eh. Ngomong-ngomong soal Iren, Ganas tersenyum saat melihat cewek itu yang berusaha mengintip dari jendela aula. Ganas melihat pergerakan mulut Iren yang berkata —semangat brow, gue tau lo bisa.
***
"Ta, sini Ta. Ganas udah maju!?," teriak Citra dengan gaya hebohnya. "Hah? Mana, mana?," tanya Aletta sambil berusaha untuk berjinjit karena jendela aula terlalu tinggi untuk tubuhnya yang pendek.
"Ta, gue ngga salah liat? Dia senyum sama lo?," sentak Kinta.
Aletta berusaha memfokuskan mata Ganas, untuk memastikan satu hal. Jangankan senyum, menatap Aletta saja —Ganas sudah enggan. Namun, seketika Aletta sadar jika Ganas bukan tersenyum padanya, melainkan pada sosok cewek di sampingnya. Cewek dengan bandana biru itu menoleh kearah Aletta dan memberikan tatapan sinis pada Aletta.
"Semangat sayang, kamu pasti bisa." teriak cewek di sebelah Aletta yang sontak langsung membuat Aletta membelalakkan matanya. Apa tadi dia bilang —sayang. Berarti, Ganas sudah punya pacar? Astaga Ta, lo jangan sampe jadi pelakor. Oke, yang jomblo masih banyak, mending lo mundur alon-alon —Aletta membatin sambil masih memperhatikan cewek di sampingnya. Dari fisik saja, cewek itu hampir keliatan sempurna. Tinggi semampai, dengan rambut yang tak terlalu panjang, dan kulit yang tidak terlalu putih, namun siapa saja yang melihatnya tidak akan merasa bosan, bahkan Aletta pun tak bosan memperhatikan cewek itu.
Dengan langkah pelan, Aletta benar-benar berjalan mundur hingga menabrak seorang cowok —bruk. "Eh, sory, sory," ucap Aletta sambil menoleh ke belakang.
"Lo lagi, lo lagi. Udah punya kaki berapa tahun? Jalan aja masih suka nabrak."
"Gue udah minta maaf ya, lo ngga usah nyolot!," sentak Aletta. Namun, sedetik kemudian, cowok di hadapannya langsung mencekal tangan Aletta hingga membuat Aletta meringis kesakitan. Dan tanpa di duga-duga, seseorang berusaha melepaskan tangan itu.
"Lo bilang gue banci, karna ngga berani ngelawan balik. Tapi, lo lebih banci, karna beraninya sama cewek," ucap cowok itu yang ternyata adalah —Ganas.
Ganas menarik pelan tangan Aletta. Cowok itu akan membawa Aletta ke UKS untuk diobati. Lengannya memerah. Ganas menyuruh Aletta untuk duduk di ranjang. Cowok itu mengambil es batu untuk mengompres lengan Aletta. Bahkan, kain yang Ganas gunakan adalah bandana yang terikat di lengannya. Disela-sela kegiatan Ganas, Aletta hanya mampu meringis, menahan sakit.
"Nas, lo udah punya pacar?," tanya Aletta tiba-tiba.
"Kenapa?,"
"Ada beberapa orang yang ngaku-ngaku pacar lo, bahkan terang-terangan teriak sayang," ucap Aletta dengan ekspresi yang berubah cemberut. "Ga."
"Jadi, lo ngga punya pacar?," tanya Aletta sekali lagi untuk memastikan jika pendengarannya tidak salah. "Mereka cuma ngaku-ngaku. Pembicaraan selesai."
"Jadiin gue pacar lo aja. Biar ngga ada yang ngaku-ngaku lagi."
"Jadii lo pacar, bisa bikin gue mati berdiri." Setelah mengucapkan itu, Ganas langsung melangkahkan kakinya keluar UKS, pergi meninggalkan Aletta sendirian. Aletta tersenyum senang, setidaknya, cowok itu tak seburuk yang ia pikir. Masih ada sisi perduli di hati seorang Ganas.
Awalnya Aletta ingin kembali menyusul Ganas. Namun, ketika ia mendengar teriakan heboh dari temannya, Aletta pun mengurungkan niatnya. Selalu saja seperti ini, tak pernah berubah —heboh. Setiap kali Aletta berurusan dengan para cogan SMA Titan, teman-temannya langsung heboh sendiri.
"Gimana princess, rasanya di tolong sama pangeran berbandana putih? Enak ngga? Anjir lah, gue iri parah," oceh Freya.
"Ganas ngga macem-macem sama lo kan, Ta?," tanya Odel.
"Haduh Ta, udah fix, kayaknya nih ya, si Ganas tuh demen sama lo," ucap Kinara.
"Hubungan lo udah sejauh mana? Sampe si Ganas mau nolongin manusia ceroboh kayak lo? Terus itu, bandananya di jadiin kain buat bungkus es batu, gila," cerocos Kinta dengan muka menyelidiknya, karena dia memang paling kepo.
"Aduhhhhh, gue pusing. Bisa ngga, nanya nya di pending dulu? Gue masih mau menikmati sisa-sisa es batu yang mencair, sama basahnya bandana putih."
***
Akhirnya setelah beberapa hari absen update karena sick, aku bisa up lagi gais. Kalian mau GANAS tamat di part berapa?
Spam komen next!!!!! ♥
Semangatin dey, biar bisa cepet update.
Satu kalimat untuk Iren?
kalian tim GANASIREN atau GANASLETTA?

KAMU SEDANG MEMBACA
Ganas
Novela Juvenil1. FOLLOW SEBELUM BACA 2. KALO GASUKA, GAUSAH LANJUT BACA, APALAGI SAMPE REPORT, KARENA AKU PUN GAPERNAH MAKSA BACA 3. DILARANG KERAS PLAGIATOR Ganas Reval Galungga. Sikapnya sama seperti namanya. Cowok yang tak suka diatur dan butuh kebebasan. Hing...