1. FOLLOW SEBELUM BACA
2. KALO GASUKA, GAUSAH LANJUT BACA, APALAGI SAMPE REPORT, KARENA AKU PUN GAPERNAH MAKSA BACA
3. DILARANG KERAS PLAGIATOR
Ganas Reval Galungga. Sikapnya sama seperti namanya. Cowok yang tak suka diatur dan butuh kebebasan. Hing...
Berjumpa lagi dengan dey wkwk ga nyangka udah part 15 aja hehe.
Absen dulu yuk, kalian baca jam berapa?
Pilih salah satu gaya kalian baca Ganas. Salto Duduk Rebahan Terbang
Happy reading
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[Nathan Ganendra]
***
[15. Kecemburuan Aletta] Kamu seperti bayangan, semakin ku kejar, semakin jauh. —Nathan Ganendra.
Ganas menyalakan motornya untuk menuju rumah Zian. Awalnya ia berniat untuk pergi sendiri. Namun, Ganas ingat, mereka itu bertujuh, dan seharusnya Ganas memberi tahu semuanya ketika salah satunya ada masalah. Setelah cowok itu menceritakan perihal Zian yang akhir-akhir ini berubah, Ganas dan kawan-kawannya pun memutuskan untuk pergi ke rumah Zian bersama. Dan kini, personilnya bertambah, Iren dan Mauren. Ganas memboncengi Iren, atas permintaan cewek itu. Tak ada yang tau jika sejak tadi, ada cewek yang memperhatikan interaksi antara Ganas dan Iren —Aletta.
"Ganas," teriak Aletta.
"Kenapa, Ta?," tanya Ganas, sedangkan Aletta malah terdiam sambil menatap Iren yang juga menatap dirinya.
"Kamu mau kemana?," tanya Aletta lembut dengan senyuman diakhir kalimatnya. "Kerumah Zian."
"Oh. Aku boleh ikut?"
"Maaf, Ta, ini urusan gue sama Dreagel. Lo balik aja ya, nanti kalo urusannya udah kelar, gue mampir ke rumah lo."
Aletta memandang nanar kearah motor Ganas yang mulai menjauh. Nyatanya, kedudukan sahabat memang lebih tinggi. Aletta tau itu. Tapi, dia juga perempuan yang punya hati, yang cemburu ketika melihat pacarnya boncengan dengan perempuan lain, meski statusnya —sahabat. Aletta mengirimi pesan pada abangnya agar tak perlu menjemputnya di sekolah, karena ia mau pulang jalan kaki. Saat ditengah-tengah perjalanan, Aletta mendengar suara motor yang perlahan mendekat ke arahnya. Dan saat dia menoleh, ternyata ada sebuah motor hitam mengkilap, entah milik siapa, Aletta tak tau.
"Hai."
"Elo! Lo kan yang waktu itu megang tangan gue sampe merah, pas pemilihan ketua basket!"
"Gue waktu itu kelepasan karena lagi emosi. Sorry ya. Gue minta maaf. Btw, nama gue Dryhan. Lo Aletta kan?"
"Iya," jawab Aletta dengan nada ketus.
"Gimana kalo sebagai permintaan maaf, gue anterin lo balik."
"Ngga perlu," sentak Aletta.
Awalnya Aletta ingin melanjutkan jalannya, namun saat mengingat ucapan Ganas tempo lalu, ia jadi takut. Masih ingatkan ucapan Ganas, soal preman yang biasanya berkeliaran di daerah ini. Aletta pun berbalik menatap Dryhan yang sudah duduk diatas motornya. Dengan gerak cepat, Aletta langsung memegang lengan Dryhan.