chapter 2

1.4K 52 5
                                    

Sekarang aku dan Ale sedang di rumah karna papa, om Varo dan Aunty Berli, sedang ke London untuk mencari mama. Aku duduk di ruang tamu sambil termenung memikirkan gimana keadaan mama di sana, apakah dia baik-baik saja.

Ale tiba-tiba duduk di sampingku.

"Ehh bengong aja", ujar Ale.

"Aku laper, tapi bibi udah pulang", ujarku.

"Cari makanannya yuk aku laper juga", ujar Ale.

"Ayoo", aku langsung bersemangat, aku mengambil hoodie di lemari dan memakainya.

Aku dan Ale berjalan menyusuri dinginnya malam dan kompleks yang lumayan sepi, iyalah kompleks elit kalo malem udah sepi eehh aku gak sombong tau emang beneran hahaha.

"Pakk ijin keluar ya kalo bibi nyariim bilang lagi jajan", ujarku pada security yang bernama pak Yanto dia suami pembantuku, dia satpam di sini jadi kalau ada orang yang mau keluar atau masuk komplek harus izin pada dia.

"Mau makan apa?", tanya Ale.

"Mcd", ujarku.

"Aaahh jangan yang lain", ujar Ale.

"Pizza", ujarku.

"Au ah Qir, makanannya gituan semua", ujar Ale.

"Lah terus maunya apa?", tanyaku.

"Aaa iya kamu pasti belum pernah makan di angkringan", ujar Ale.

"Apa itu ?", tanyaku.

"Liat aja nanti".

Aku di bawa ke sebuah ruko bukan ruko, kedai bukan kedai juga, di pinggir jalan sedikit, ada konser musiknya pula, tapi tempat nya hanya sebuah gerobak dan tempat duduk lesehan dengan karpet di tukang 10 ribu tiga yang harganya 34.000 kena kaki sedikit langsung sobek gambarnya, aku diambilkan piring sama Ale, lalu dia mengajakku untuk memilih makanan.

"Usus ayam?", tanyaku.

"Iya enak banget tau", ujar Ale.

Akhirnya aku mengambil satu tusuk usus ayam, dua tusuk sosis, dua tusuk telur puyuh, dan satu tusuk bakso.

"Mau susu jahe?", tanya Ale.

Aku menggeleng.

"Enak tau beneran cobain", ujar Ale.

"Aku jeruk hangat aja", ujarku.

Lalu terlihat abang-abangnya menghitung makanan yang kami ambil.

"35 ribu mas", ujar abang-abang itu.

"Anjirr murah banget", ujarku dalam hati.

Lalu Ale mengajakku duduk di karpet lesehan banyak orang juga yang datang ke sana.

"Nihh", Ale memberikanku nasi yang dibungkus daun pisang.

"Nasi kucing", ujar Ale.

"Ihh gamau ah masa kita makan nasi kucing", ujarku jijiq.

Ale tertawa.

"Emang nama makanannya kaya gitu sayaaang", ujar Ale yang membuatku tambah jijiq.

Lalu aku membuka bungkusan itu di dalamnya hanya ada nasi dan sambal terasi, aku mencoba makan.

"Enak bgt", ujarku.

"Hahaha dibilangin", ujar Ale yang terus makan.

Lama kelamaan aku jadi suka bahkan aku nambah nasi kucing itu, ternyata Ale ini walaupun orang kaya tapi tetap sederhana seperti papah. Aah aku jadi inget mereka, bagaimana keadaan mereka apakah mama sudah ketemu.

"Heh malah bengong udah makan", ujar Ale

Aku mengangguk.

Brummm

"Woaaahh, anginnya dingin banget", teriaku di jalanan yang sepi.

Ale terus saja mengegas motornya kencang.

Lalu Ale tiba-tiba mengerem yang membuat aku langsung memeluknya karna takut jatuh.

"Peluk terus sampe rumah", ujar Ale lalu mengegas kembali motornya.

Sampailah kita di rumah.

"Lain kali mau ngerem bilang dulu", ujarku sambil menoyor Ale yang usianya beda 4 tahun dariku, memang tidak sopan tapi karna orangnya nyebelin yasudah.

"Iya iya ampun", ujar Ale.

"Ehh kalian yaampun udah jam satu malem loh ini kemana aja?", tanya nenek, ibunya mamah.

"Jalan-jalan", ujar Ale.

"Udah-udah kalian tidur sana", ujar nenek.

"Siaap", ujarku dan Ale bersamaan.

Besok paginya.

Aku bersiap-siap pergi ke sekolah, tapi hpku lowbat jadi tidak bisa pesan ojek online, aku lihat Ale sedang merapikan dasinya karna dia akan mengantikan om Varo sementara di perusahaan papah.

"Aleee, anterinn ke sekolah", ujarku.

"Haahh sekolah, masih jaman", ujar Ale.

"Iya la--".

"Iya aku anterin", ujar Ale.

Aku dan Ale berangkat menggunakan mobil papa, saat sampai di depan sekolah aku turun, tapi tanganku dicekal oleh Ale.

"Apaaa?", tanyaku bingung.

"Bawa duit gak?", tanya Ale.

Lalu aku melihat sakuku.

"Wahh iya gak ada". Ujarku.

"Nihh", Ale memberikan uang 50.000 kepadaku.

"Makasyihh", ujarku.

Saat memasuki gerbang tiba-tiba ada kak Raihan dia menatap bingung kepadaku.

"Siapa cowo tadi?", tanya Dia.

"Eee kakak aku", ujarku.

"Owhh, ayo masuk aku nungguin kamu", ujar Raihan.

"Tumben", ujarku dalam hati.

Aku berjalan di sekitar lorong bersama kak Raihan banyak orang yang melihat ke arah kami, aku berjalan seperti biasa dan sepertinya aku jalan terlalu cepat meninggalkan kak Raihan di belakang, aku masuk ke kelas ternyata ada Zara dan Angga yang sedang pacaran.

"Ouuyy, pacaran bae", ujarku.

"Emangnya kenapa?, gabole", ujar Zara.

"Boleh aja si", ujarku.

Kami semua pun memulai pelajaran jam pertama.

Bel istirahat.

Aku duduk sendirian di kelas karna Zara sedang ke ruang guru mengumpulkan tugas.

"Hai Aqira", ujar kak Raihan.

"Ehh hai", ujarku.

"Aqira aku mau ngomong sama kamu", ujar kak Raihan.

"Apaa?",tanyaku.

"Kamu mau gak jadi pacar aku", ujar Kak Raihan.

Degg

"Iya mau kak", ujarku dengan semangat.

"Makasih ya", ujar kak Raihan.

Rasanya aku ingin sekali terbang ke langit karna kak Raihan menembakku,aaa aku senang sekali.

~●~~●~

Jangan lupa di vote ya guuyss :)

Makasih:v

MY BROTHER IS BOYFRIEND (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang