Hello guuyyss i'm back....akhirnyaa :)
Happy reading
•
•
•
•
•Drtt
Drtt'Hallo'. Aqira.
'............'.
'Gak mba gamungkin'. Aqira.
'..........'.
Lututku lemas dan aku langsung terduduk di lantai karna tidak percaya mendengar kabar ini, Zara yang melihatku menangis langsung memelukku.
"Zar anterin aku izin ke guru buat pulang", ujarku
Saat sudah izin ke guru Aku melihat Ale yang menghampirinya memasang wajah panik dan mata berkaca-kaca, Aku langsung memeluk Ale.
"Alee mama", ujarku.
"Iya aku tau Qir, kita ke sana sekarang ya", ujar Ale.
lalu aku, Ale, aunty Berli, dan Syan sudah sampai di rumah sakit, aunty Berli langsung memeluk om Varo sedangkan aku memeluk tante Maya.
"Mama sama papa gimana tan?", tanyaku ke tante maya.
"Mama dan papa sedang diurus oleh dokter doain aja semoga mereka gak kenapa-napa", ujar tante Maya.
Aku mengangguk.
Aku langsung duduk di bangku Ale berada di sampingku dia memegang pundakku mencoba untuk menenangkanku tapi tidak bisa air mataku terus keluar.
Dokter keluar dari ruangan membuat semua orang yang tadinya terduduk langsung berdiri.
"Gimana dok?", tanya Ale.
"Maaf pak Iqbaal dan bu Vanesha mengalami koma", ujar sang dokter.
Aku yang mendengar itu langsung menangis Ale langsung memeluk ku dia sepertinya juga menangis.
"Boleh saya masuk?", tanyaku.
"Silahkan", ujar dokter.
Aku membuka pintu dilihatku mama dan papa yang sangat aku sayangi tengah terbaring lemah dan wajah pucatnya entah kapan mereka akan sadar, aku mendekati Mama memegang tanganya yang pucat lalu lagi-lagi air mataku turun.
"Maah Aqira sayang mamah, mamah jangan pergi mah", ujarku.
"Mama, papa bangun aku mohon, mama sama papa gak sayang Aqira lagi, maaaa, paaa", ujarku.
"Aqira udahlah kita hanya bisa nunggu sampe mereka sadar, gausah kayak gitu kasian kamunya", ujar Ale yang ikut masuk.
"Tapi Ale aku gak mau mama papa terus kayak gini", ujarku.
"Udah ya kita keluar", ujar Ale.
Belum sampai di ambang pintu tiba-tiba papa teriak memanggil nama Ale.
"Paaaa", ujarku dan langsung menghampiri papa.
Lalu papa terlihat mencoba membangunkan mama yang belum sadar, papa memberontak dan akhirnya dia diberi suntikan penenang, beberapa jam kemudian papa dipindahkan ke ruang inap papa terlihat termenung memikirkan mama aku sangat sedih melihat itu dan akhirnya aku keluar dan pergi ke taman rumah sakit.
Aku duduk di kursi taman aku melihat sekeliling taman yang sudah gelap karna ini sudah jam tujuh malam, aku juga masih memakai seragam sekolahku, Ale yang baru datang langsung duduk di sampingku.
"Ihh nangis", ujar Ale dengan mata berkaca-kacanya dan suara ingin menangisnya.
"Kamu juga", ujar ku lalu meneteskan air mataku.
"Bawel dong", ujar dia tertawa dan air matanya menetes juga.
Aku menggeleng .
Kita berdua saling betatapan aku lihat Ale yang mulai menangis refleks aku langsung memeluknya."Aku sayang banget sama mereka walaupun bukan ibu dan ayah kandungku", ujar Ale yang menangis di bahuku.
"Iya Ale aku tau", ujarku mengelus punggungnya.
Kami menangis bersama dan hanyut dalam pelukan yang bagiku ini sangat nyaman.
"Kak", ujar Syan yang tiba-tiba datang.
"Apa syan?", tanya Ale.
"Tante udah sadar", ujar Syan.
"Serius?", tanyaku.
"Ya seriuslah ngapain gw ke sini kalo gak di suruh kasih tau lu", ujar Syan kepadaku. Baru aku ingin berjalan tiba-tiba Raihan menelponku .
'Hallo'. Aqira.
'Maaf ya gw gabisa terusin hubungan ini'. Raihan.
'Owh yaudah gapapa kok gw malah seneng', Aqira.
'Kok kamu malah seneng si'. Raihan.
'Iyalah gw seneng akhirnya gw putus sama cowok fakboi kaya loh'.
Aku langsung menutup teleponku dan menyusul Ale dan syan yang sudah jauh di depan.
-0-0-0-
Yeaaaa
Aqira dan Raihan putus....Vote yaa
Makasiih guuys :)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BROTHER IS BOYFRIEND (Complete)
Teen FictionAwalnya aku hanya anggap dia sebagai kakakku tidak lebih, tapi lama kelamaan rasa sayang itu berubah menjadi cinta, tapi apakah kita bisa bersatu?