chapter 24

1K 52 12
                                    

Happy Reading



2 hari kemudian

"Aleeeee, aaaa, ituuu", Aqira yang teriak karna ada kecoa di dapur, dan Aqira juga sudah duduk di atas meja makan.

"Apa si By?", tanya Ale.

"Ituu di kaki kamu", tunjuk Aqira ke kecoa yang berada di kaki Ale.

"Anjeeeeeeng, bgst, mamaaaaa takut...", Ale yang ikut naik ke atas meja makan.

"Ngomongnya", ujar Aqira.

"Iya maap", ujar Ale.

Kecoa itu akhirnya pergi keluar ke taman belakang,di situ aku dan Ale pun lega, kami tutun dari atas meja makan lalu tertawa ngakak sampai perut kita sakit dibuatnya, oh yaa aku lupa aku ingin membeli micin dam garam karna Ale tidak bisa makan tanpa micin.

Dengan santainya aku memakai daster dan sendal jepit, rambut di cepol udah kaya mak-mak anak 3, Ale terus mengikutiku sampai aku keluar pagar, kira ku dia tidak ikut, ternyata dia mengikutiku.

"Rumah belum di kunci, kunci dulu sana", ujarku.

"Hehe", ujar Ale lalu mengunci pintu dan menggembok pagar.

Kami berjalan sambil bergandengan tangan di sepanjang koplek yang sepi, lama kita berjalan sampailah kita di warung, niatku hanya membeli garam dan micin akhirnya di tambah dengan Ale yang ikut membeli beberapa jajanan.

"Satu renteng aja semua", ujarku bercanda tapi Ale serius dia mengambil semuanya.

"Yah ibu itu gapapa dagangannya abis?", tanyaku panik.

"Gak papa neng, nanti kan ibu belanja lagi", ujar ibu itu dan aku pun lega.

Setelah membayar semuanya kami pun berjalan kembali ke arah rumah kami, Ale nampak senang seperti anak kecil yang habis dibelikan jajan oleh mamahnya, aku hanya tertawa melihatnya.

Namun di pertengahan perjalanan aku melihat seorang anak kecil berumur 4 tahun sedang termenung duduk di pinggir jalan, aku kira itu anak jalanan tapi dia membawa tas di gendongannya, padahal saat aku berangkat tadi dia belum ada di sini.

"Hey nak, kamu ngapain di sini?", tanyaku.

"Mama, ninggalin aku di sini, terus mama pergi", ujar anak itu polos.

"Ale..., ini kasian banget kita laporin polisi ya", ujarku.

"Kalo ortunya gak ketemu kita adopsi ya", ujar Ale senang.

"Iya boleh", aku menyetujui Ale karna anak ini benar-benar lucu dan masih sangat polos.

Kami membawa anak itu ke rumah, saat sampai rumah dia masih terlihat bingung, dia duduk termenung di sofa, aku membuatkannya susu coklat Rayy adikku yang tertinggal di sini. Ale nampak sedang menghibur anak itu tapi anak itu hanya tersenyum.

"Ini buat kamu ayo diminum", ujarku lalu memberinya segelas susu coklat.

"Makasih tante", ujar dia tersenyum.

"Sayang aku ke kantor polisi dulu ya", ujar Ale lalu mencium keningku.

"Yaudah deh kamu hati-hati", ujarku.

1 jam aku menunggu Ale akhirnya dia kembali dan membawa berkas-berkas dia menaruhnya di meja, Ale nampak sangat senang, aku saja sampai bingung.

"Kenapa si kamu senang banget?", tanyaku.

"Kita dapet surat buat adopsi dia", ujar Ale.

"Serius?", tanyaku.

"Iya", ujar Ale senang.

"Aku langsung menghampiri Ale dan memeluknya sampai anak itu bingung kenapa kita bahagia sekali, aku kembali duduk di samping anak itu lalu mencium pipinya.

"Mulai sekarang kamu manghil kita Bunda dan Ayah oke", ujarku.

Anak itu mengangguk lalu dia memelukku, Ale juga ikut memeluk kami, oiya aku sampai lupa bahwa aku belum mengetahui nama anak ini.

"Oiya nama kamu siapa?", tanyaku.

"Darendra", ujar dia.

"Darendra aja?", tanya Ale lalu dia mengangguk.

"Yaudah sekarang nama kamu, Darendra Ilham Abraham", ujar Ale.

"Iya Ayah", ujar dia lalu wajah Ale nampak sangat senang karna Daren memanggilnya Ayah.

Aku memberitahu kabar ini ke mama dan papa, mereka jùga senang dengan kebaikan yang aku buat bersama Ale, mama dan papa bahkan gemas dengan Daren yang sangat chubby itu, setelah berganti pakian aku dan Ale mengajak Daren ke mall untuk membelanjakan dia mainan dan pakaian, Daren sangat senang karna kami ajak jalan-jalan.

"Daren mau ini?", tanya Ale menunjukan Daren sebuah mobil mini yang bisa dikendarai menggunakan remot.

"Berapa?", tanya Daren polos.

"Gausah mikir harganya sayang, kamu mau gak?, itu ada warna biru, merah, kuning mau yang mana?", tanya Ale.

"Yang biru aja", ujar Daren.

"Okee", ujar Ale dan dia langsung berkomunikasi dengan mas-masnya itu, bahkan Ale juga membelikan Daren sepeda.

Rasanya aku ingin menjadi anak kecil lagi sepertinya seru, bisa beli mainan, beli semuanya yang aku mau, ahh senangnya, semua barang keperluan Dare sudah dibeli kami kembali ke rumah dan langsung merapikan kamar Daren bersama-sama.

"Taraaa ini kamar kamu Daren", ujarku.

"Wah bagus banget makasih Ayah, makasih Bunda", ujar Daren.

"Sama-sama Daren", ujarku dan Ale bersamaan dan langsung memeluk Daren gemas.

Jangan lupa vote and komen
Maaf bila ada yang typo soalnya aku belum smpet ngebenerin lagi ngurusin skolah...
Terima kasih
☺️

MY BROTHER IS BOYFRIEND (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang