Mina sudah bicara dengan Ibunya bahwa dia kini dapat tutor gratis untuk membantunya belajar.
Mulai hari itu, pukul enam sore sebelum langit terlalu gelap dia mengayuh sepedahnya sejauh beberapa blok untuk sampai ke rumah Mark.
Mark menyarankan untuk belajar dirumahnya karena selain rumahnya sedang sepi dan dia malas tinggal sendirian, bosan katanya, hal lainnya karena koleksi buku Mark jauh lebih lengkap darinya.
Mina tengah duduk di kursi belajar Mark. Meja belajar lelaki itu ternyata tidak seluas dan sebesar yang dia kira.
Tentu saja, dia hanya belajar sendirian.
Tapi tetap saja, Mina fikir ruang belajar Mark akan besar, dengan meja super besar, buku berjejer dimana-mana—kalau yang ini memang iya. Intinya, Mina takjub sekaligus bingung karena ruangan itu tidak seperti ekspektasinya.
"Belajar apa kita hari ini?"
"Mulai dari apa yang paling kamu suka"
Mina terdiam, dia berfikir, kemudian menghela nafasnya, "Gaada"
"Oh! Coba kamu kerjakan ini"
Mark menyodorkan selembar kertas untuknya. Terdapat dua puluh soal disana. Mina meraihnya, kemudian meneliti soal-soal itu. Terdiri dari lima mata pelajaran, Matematika, Biologi, Fisika, Kimia, dan Bahasa Inggris.
Dia mengernyit, "Soal apa ini?"
"Soal latihanku. Aku punya banyak, itu hasil soal-soal ujian sejak kelas satu sampai sekarang"
Mina menganga.
Memangnya ada orang serajin dia?
Dia tahu Mark adalah anak yang rajin, tapi tidak pernah terbayangkan kalau lelaki itu serajin yang kini tengah dia lihat.
"Kalau kamu bingung, akan kujelaskan"
"Uh—" Mina menggaruk kepalanya, "Kalau aku bingung semua?"
"Kerjakan dulu sebisamu"
Lelaki itu kemudian merebahkan dirinya di sofa besar yang berada di ruangan itu.
Ruang belajar dengan kamar Mark terpisah oleh tembok tipis, dimana ruang belajar itu dipenuhi oleh hal-hal yang mampu membuatnya tetap fokus seperti poster tabel periodik, satu papan besar berisi catatannya, rak-rak buku yang menyimpan ratusan bukunya, dan satu space untuk dia istirahat, sofa.
Mina berdeham, membenahi tempat duduknya, sebelum kemudian menyisir soal yang ada di depannya.
"Akan kubuatkan kamu minum, jadi jangan tegang" Mark terkekeh, lelaki itu menepuk bahunya yang kaku sebelum keluar dari ruangan.
Meninggalkan dia sendirian.
Mina menyandarkan dirinya. Dia baru baca soal yang Mark berikan dan dia rasa ini jauh lebih susah dari yang gurunya berikan.
"Soal apa ini?" gerutunya, frustasi.
———
Setidaknya, dia bisa menyeduh teh dengan baik walaupun tangannya tidak andal kalau masalah goreng menggoreng makanan.
Dia meraih satu teh favoritnya, kemudian menyelupkannya dalam teko berisi air panas. Ibunya selalu memberikannya segelas teh hangat kalau dia sedang belajar begitu keras, sampai kadang mengeluh kepalanya pening, dan teh itu selalu berhasil membuat dia lebih tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
HONEY CHERRY | Mark Lee X Kang Mina
Fiksi Penggemar[Kang Mina X Mark Lee] [COMPLETE] "As much as I wanted to tell you how I love you, I just-can't." -Kang Mina, trying to free herself from her ego and tell Mark if she loves him is such an uneasy thing to do. On the other side, Mark, he'll wait for...