12

991 137 14
                                    

Satu.

Dua.

Tiga.

Empat.

Semuanya tertancap sempurna dibagian tengah target.

Dia melenguh, ketika dadanya tak kunjung lega setelah menancapkan begitu banyak anak panah pada target didepannya.

Sejeong dibelakangnya, melihat dia menyalurkan emosinya dalam diam, dengan mengunyah sandwich yang dia beli di kantin sebelumnya.

"Mina.." panggil Sejeong dengan lembut.

Namun, gadis yang dipanggil itu mengacuhkannya, menutup telinganya dengan terus mengisi dirinya dengan mendengar tancapan anak panah pada bundaran target didepannya.

Tangannya merah, sampai perih.

Telapak tangannya bengkak, sampai rasanya kebas.

Sampai dia rasa telapak tangannya tidak mampu lagi merasakan apa-apa, dia menurunkan busurnya.

Nafasnya cepat, jantungnya berdegup cepat. Dia masih merasakan betapa sesak dadanya, betapa amarahnya terus memuncak setiap kali dia mengingat apa yang baru saja dia dengar.

Tidak kenal?

Ah, begitukah.

Begitukah selama ini.

"Setelah aku memberikan Ayahnya kucing"

Dia kembali mengangkat busurnya.

"Lalu aku bikinin telur goreng"

Dia menancapkan kembali anak panahnya, tepat dibagian tengah target.

"Aku batuin nyariin Cherry sampe pulang telat"

Dia tancapkan lagi anak panahnya.

"Aku temenin dia ke toko buku dan membiarkan Sejeong pulang sendirian"

Sekali lagi, tepat pada sasaran.

"Terus kemarin nawarin aku buat belajar bareng"

Poin 10 tercetak lagi.

"Apa?! Tidak kenal?!"

Tepat dibagian paling tengah target, dia tancapkan anak panah terakhirnya.

Tangannya kemudian menurunkan busurnya.

Ingin rasanya dia teriak, sekencang yang dia bisa.

Namun, dia memilih untuk tidak membuat keributan dengan menahan semuanya sampai rasanya sesak dan tubuhnya bergetar hebat.

Dia bisa merasakan matanya mulai berair dan kepalanya mulai pening.

Seiring dia menarik nafasnya, nafasnya tercekat, tubuhnya bergetar hebat. Sesekali dia melepaskan nafasnya, air matanya bergulir disisi wajahnya.

Dia kesal.

Rasanya menyakitkan mendengar lelaki itu berkata demikian.

"Ck, sudahlah"

Sejeong menggenggam tangan Mina yang begitu panas ditangannya. Mencengkram gadis itu, mencoba menguatkannya.

"Nanti kita pukul dia bersama-sama. Ok?"

Sejeong merengkuh sahabatnya, kemudian merangkulnya, "Kamu mau kemana sekarang? Festival?"

Tidak, tentu saja.

Emosinya masih meluap dan dia tidak mau mengacaukan segalanya hanya karena tidak mampu menahan emosinya saat nanti matanya melihat kehadiran Mark sebagai pembawa acara disana.

HONEY CHERRY | Mark Lee X Kang MinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang