[All these roller coasters situation will end soon, i promise whehejjejehhehe.]
Dentuman pintu lokernya yang dia tutup dengan kencang kembali terdengar memulai harinya. Buku-buku bertumpuk dipelukannya untuk memulai pelajaran pertama.
Dia sebenarnya tidak ingin masuk. Suasana hatinya sedang tidak baik sama sekali, bahkan rasanya akan sangat sulit baginya untuk menyerap omongan gurunya pagi ini.
Sejeong bahkan tidak berani mengganggu sahabatnya ketika gadis itu tengah melipat wajahnya sampai jadi sepuluh—melihat Mina benar-benar sedang tidak baik-baik saja—dan bukan saat yang tepat untuk menanyakan apa yang sedang terjadi pada gadis itu.
Mina terlihat tidak bernyawa. Dia hanya duduk ditempatnya, sering kali tatapannya kosong dan dia tidak mendengarkan apapun selain suara dikepalanya walaupun matanya menuju kearah papan. Dengan tangannya menopang dagu, dan sebelah tangannya memegang pulpen yang dia ketuk-ketukan perlahan pada lembar bukunya. Menunggu mata pelajaran berganti secepatnya karena rasanya dia hanya ingin pulang, mengubur dirinya dalam selimut, dan tidur sepulas yang ia bisa.
Dia melakukan hal yang persis sama ketika di mata pelajaran kedua. Membuat Sejeong kian khawatir dengan sahabatnya yang sebelumnya tidak pernah bersikap seperti itu. Sesedih-sedihnya, Mina, dia hanya akan menyandarkan tubuhnya pada Sejeong, bersikap malas, dengan mulutnya yang tetap bergerak. Tidak seperti sekarang; dia seperti mayat hidup.
Sampai akhirnya mereka ke kantin untuk makan siang. Mina bilang, dia tidak selera makan siang, maka hanya Sejeong yang mengantri sementara gadis itu duduk dengan tatapan kosong di kursi yang biasa dia dan Sejeong tempati. Disebelah tangannya dia menggenggam susu kotak dingin yang dia ambil dari lemari dingin kantin, menarik sedotan yang menempel disana lalu langsung mencoblos bagian lubang yang telah disediakan tetap dengan tatapan lurus ke ujung tembok kantin.
"Kamu benar-benar tidak lapar?" dia bahkan tidak sadar Sejeong kini sedang duduk didepannya. Dia menggelengkankan kepalanya.
Dia tidak merasakan apa-apa, lebih tepatnya.
"Kamu mau.. cerita?"
Mina hanya tersenyum tipis, "Makanlah dulu. Selamat makan" ucap Mina, menanggapi seseorang untuk pertama kali dalam hari ini.
Dia menggelengkan kepalanya, mencoba bangkit dari dirinya yang mulai kehilangan tiap jengkal nyawanya. Dia tidak bisa fokus dan terus membayangkan apa yang membuat Mark saat itu merespon demikian setelah mengakhiri ciuman mereka.
"Kurasa, aku perlu ke toilet dulu"
"Ok, kutunggu disini?"
"Hm-m, sebentar saja" Mina berdiri dan melangkahkan kakinya ke toilet yang berada di bagian terpisah dengan kantin. Mengharuskan dia keluar dari kantin, belok ke kiri, jalan beberapa langkah, dan barulah sampai di toilet perempuan. Dia menastikan tanda yang tertera, karena toilet perempuan dan laki-laki berada berjajar di sisi bangunan yang sama.
Dia rasa dia perlu membangunkan dirinya, mencuci mukanya untuk menyegarkan fikirannya.
Rambut bagian depannya ikut basah, ketika dia membasuh wajahnya dan melihat refleksi dirinya yang menyedihkan didepan kaca.
Mungkin, dia sangat butuh Sejeong kali ini. Dia mulai tenggelam dalam egonya dan tidak mampu bertindak dengan objektif, membuat dia kian tersakiti oleh dirinya sendiri. Dia bisa merasakan kepalanya pening akibat kurang tidur semalam. Dia hanya tidur dua jam, itupun dengan tidak nyenyak sama sekali.
Dia terus memikirkan semua detail yang terjadi malam itu.
Jemarinya perlahan menyentuh bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HONEY CHERRY | Mark Lee X Kang Mina
Fanfiction[Kang Mina X Mark Lee] [COMPLETE] "As much as I wanted to tell you how I love you, I just-can't." -Kang Mina, trying to free herself from her ego and tell Mark if she loves him is such an uneasy thing to do. On the other side, Mark, he'll wait for...