Dia duduk di salah satu kursi yang tersedia. Jaehyun, Taeyong, dan dia memutuskan untuk bermain ke rumah Johnny dan menenggak kopi buatan Johnny.
Mereka mengeluhkan hal yang sama; stres. Jaehyun dan Taeyong dengan wajah kusut mereka, mungkin karena masalah teror yang masih menghantui mereka, dan Mark karena masalah perasaan yang tidak dapat dia pahami secara mandiri.
Mereka duduk di koridor kafe—Johnny menyebutnya demikian—rumah Johnny. Terletak di bagian belakang rumahnya, meja bar panjang kemudian beberapa kursi berjajar didepannya. Diatas meja ada mesin kopi dan segala peralatan perang Johnny. Tempat dengan atap pendek itu langsung mengarah kearah taman belakang Johnny yang rindang, dengan pepohonan yang begitu rimbun dan berbagai tanaman hias yang ibu Johnny tanam, serta seekor anjing yang turut meramaikan suasana mereka yang terbungkus begitu gelap.
Langit sudah lebih mendung, jam tangannya telah menunjukan pukul empat.
Johnny dan Jaehyun bermain dibalik meja bar, menyiapkan kopi untuk mereka berempat. Sebenarnya, hanya karena sekedar hobi, mereka berdua memutuskan untuk ikut kelas barista selama satu bulan tahun lalu, yang menjadikan kopi mereka bisa dimasukan kedalam kategori layak minum.
"Apa yang mengganggumu?" dengan wajah tidak kalah tertekuk, Taeyong bertanya padanya, "Ah ya, bagaimana dengan Mina? Aku benar-benar penasaran dengan kalian. Apakah kalian masih belum baikan? Makanya tidak mengajaknya ke pesta Johnny?"
"Oh ya! Aku juga dengar saat pacar Mina menyapamu" tiba-tiba Jaehyun menerobos obrolan mereka, "Dia benar-benar sudah punya pacar?"
Mark mengacak rambutnya.
"Benarkah?!" Johnny dengan nada terkejutnya turut bertanya.
"Bukan, itu kakaknya" balasnya, yang kemudian entah mengapa teman-temannya langsung menghela nafas lega.
"Terus, terus, kalian sudah baikan?" tanya Taeyong dengan antusias.
"Sudah"
"Lalu..? Kenapa kamu malah disini nimbrung dengan kami?"
"Aku.. membuat kesalahan .. sepertinya" ringisnya seraya menatap Taeyong.
"Aah? Kenapa?"
Taeyong selalu menjadi sosok orang yang mampi menenangkannya. Dia bisa bicara padanya dan mengambil peran ibunya untuk membuat dia merasa tenang. Suaranya yang berat namun bisa berubah menjadi begitu lembut menelusup ditelinganya, merilekskan setiap sendinya.
"Kan.." Mark, menelan salivanya dengan kasar, "Aku.. mengatakan padanya kalau .. aku, menyukainya" ucap Mark, tanpa ingin menatap langsung mata Taeyong.
Mendengar apa yang Mark katakan. Jaehyun hampir menjatuhkan sendok ditangannya dan Johnny serta Taeyong mengangakan mulut mereka dengan lebar.
"Terus?!" mereka bertiga langsung menyambar mendekati Mark dengan tatapan mereka yang antusias.
"Terus aku .. tanya, dia gimana, gitu"
"Dia bilang...?" pancing Taeyong
"Dia menyukaiku" Mark menatap teman-temannya, mengantisipasi reaksi mereka, "Sebagai teman"
Tepat sesuai dugaannya, mereka dengan ribut terdengar kecewa.
Sama seperti dirinya, sebenarnya.
"Setelah itu, dia jadi kaku denganku. Dia menghindar, terus aku tanyain lagi.. kenapa? Aku jadi ragu, oh! Jangan-jangan dia sebenarnya tidak menyukaiku hanya sekedar seorang teman saja, fikirku. Terus, kita kan emang kemarin ada jadwal belajar bareng. Aku tanyain dong, supaya aku juga ngerti, dan aku ga salah nilai dia—"
KAMU SEDANG MEMBACA
HONEY CHERRY | Mark Lee X Kang Mina
Fanfiction[Kang Mina X Mark Lee] [COMPLETE] "As much as I wanted to tell you how I love you, I just-can't." -Kang Mina, trying to free herself from her ego and tell Mark if she loves him is such an uneasy thing to do. On the other side, Mark, he'll wait for...