Malam tidak terlalu dingin walau musim dingin belum sepenuhnya berganti. Kulitnya bisa merasakan angin sejuk menyapa, namun dia yakini semakin lama kulitnya terpapar angin, kemungkinan dia akan merasakan dinginnya malam sampai menggigil.
Jalanan kota Seoul masih padat, deru kendaraan mengaung dari segala arah. Dengan tertib menyusuri jalan raya.
Pepohonan diluar mencetak bayangan, tersorot lampu jalan. Masih pukul tujuh, malam belum terlalu larut, sehingga masih banyak lampu-lampu dari berbagai bangunan, layar iklan sebesar halaman rumahnya, lampu mobil di jalanan, sebagai penyokong sumber cahaya.
Mereka sampai di salah satu kafe. Entah kenapa lelaki itu berakhir mengajaknya kesana. Kafe itu terlihat tidak terlalu ramai dan dia bersyukur akan hal itu. Setidaknya, dia bisa terhindar dari teriakan sekelompok orang karena mereka terlalu seru berbicara satu sama lain.
Tangan Mark membukakan pintu kafe, mempersilakan dia masuk lebih dulu dengan sebelah tangan lainnya yang menggenggam erat sarung tangan kulit berwarna hitamnya.
Mereka mengambil tempat duduk di salah satu sisi pojok kafe, di luar ruangan. Tempat itu dipayungi dedaunan pohon yang begitu rimbun, dengan langsung diatapi langit malam. Mereka bisa melihat bintang dengan jelas, serta bulan yang menyombongkan sinarnya.
Mark duduk diseberang mejanya. Lelaki itu masih sibuk membenahi jaketnya yang kemudian dia lepas dan sampirkan ditangan kursi. Menampilkan kaos polos hitam dibaliknya, dengan lengan pendek yang sedikit memperlihatkan ujung lebam lelaki itu.
"Badanmu sudah tidak apa-apa?"
Dengan menu ditangannya, Mark menganggukkan kepalanya. Matanya kemudian beralih menuju Mina, lawan bicaranya, "Berkatmu jadi tidak apa-apa"
"Ck, seharusnya kamu istirahat dulu hari ini"
"Aku bosan. Makanya mengajakmu kemari"
Mina hanya terkekeh, "Kamu tidak kedinginan? Pakai jaketmu" ucap gadis itu, tanpa menilik kearah Mark. Pandangannya sepenuhnya mengarah ke buku menu yang kini tengah berada ditangannya. Jemarinya membuka lembar demi lembar buku menu perlahan, memastikan matanya telah membaca semua tulisan yang tercetak disana.
Mark tidak menjawab ucapannya. Setelah dia menurunkan buku menu dari pandangannya, dia melihat lelaki itu menggantungkan jaketnya di bahunya, tidak memakainya sepenuhnya.
Bahkan hal sekecil itu mampu membuatnya senang. Bagaimana Mark mendengarkannya dan mengiyakan tanpa mengajaknya berdebat, membuat jantungnya berdebar.
Lelaki itu mengerikan. Hanya dengan sedikit tingkahnya, dia mampu membuatnya menggila didalam sana.
Si pelayan datang, berdiri di sisi mereka, menerima pesanan mereka, kemudian menghilang memasuki salah satu ruangan.
Meninggalkan Mina dan Mark sendiri, lagi.
"Jadi? Ada apa kamu mengajakku kesini?" Mina menyandarkan tubuhnya, "Whoa, tempatnya bagus" ucapnya dengan matanya yang liat melirik ke segala arah.
"Sudah kubilang, kan? Aku bosan"
Lelaki itu memajukan tubuhnya, dengan kedua tangan dia senderkan pada tangan kursi.
Mina mengertnyit mendengar respon Mark.
"Jadi aku ingin mengajak temanku untuk pergi" lanjut Mark, membungkan mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HONEY CHERRY | Mark Lee X Kang Mina
Fanfiction[Kang Mina X Mark Lee] [COMPLETE] "As much as I wanted to tell you how I love you, I just-can't." -Kang Mina, trying to free herself from her ego and tell Mark if she loves him is such an uneasy thing to do. On the other side, Mark, he'll wait for...