7

1.1K 144 12
                                    

"Minaaa!"

Sejeong menggedor pintu bilik kamar mandi yang menyimpan Mina dibaliknya. Ia bisa mendengar tangisan dengan suars tertahan milik Mina.

Sampai akhirnya, Mina keluar dari kamar mandi.

Matanya sembab dan bengkak, wajahnya merah dan basah.

"Hei, apa yang terjadi?" Sejeong dengan panik memeluk temannya.

Mina menggelengkan kepalanya.

Gadis itu mendorong tubuh Sejeong menjauh kemudian mendekati wastafel untuk mencuci mukanya.

"Maaf tidak bisa menemanimu bermain, Sejeong"

"Eish, tidak masalah. Yang sedang ada masalah disini adalah kamu!"

"Aku tidak apa-apa" Mina mengelap wajahnya dengan tisu.

"Bagaimana aku bisa percaya kalau tidak sampai semenit lalu kamu menangis di kamar mandi"

Mina banya menghela nafasnya.

"Aku rasa aku perlu ke ruang latihan panahan. Kutemui kamu saat jam makan siang, ok?"

Sejeong merasa ia tidak bisa meninggalkan Mina sendirian, tapi ketika temannya itu tidak ingin berada didekat siapa-siapa dulu, maka itu adalah hal yang perlu Sejeong lakukan agar perasaan Mina bisa segera membaik.

"Ok, hati-hati, ya? Aku akan di kelas menunggumu"

"Terima kasih, Sejeong"

———

Ruangan itu sepi.

Tentu saja.

Siapa yang mau datang ke tempat itu jam segini dan bukan di jadwal latihan?

Mina rasa dia perlu membenahi sel-sel otaknya yang mulai tidak waras.

Dia rasa, dia tidak seharusnya merasa kesakitan seperti itu setelah menguping perbincangan Mark dan teman-temannya.

Lagipula, harusnya ia sadar bahwa itu adalah hal wajar yang mereka lakukan dan seharusnya dia tidak sok polos dan serta merta menaruh perasaan pada seseorang dari Seoul Gang.

Dia membirkan tubuhnya berbalut alat pelindung panahan, mengambil panah dan busurnya kemudian menempatkan diri untuk segera melakukan latihan.

Hanya untuk menghilangkan rasa sedih dan stresnya.

Ia salurkan rasa ingin teriak dan meninju wajah Mark dengan melakukan panahan.

Matanya menuju pada titik tengah target.

Kemudian melepaskan panah dari busurnya, mencetak poin.

8.

8.

9.

10.

10.

10.

10.

Dia tidak memerdulikan suara yang mengumumkan poinnya menggema di ruang latihan, dia hanya menyalutkan semua emosinya terbawa oleh setiap panah yang ia layangkan.

Ia bahkan tidak sadar seseorang baru saja membuka pintu ruang latihan dan termenung melihat aksinya yang tangguh.

"Kamu tidak pakai kostum latihan terlebih dahulu?"

Satu lagi panah melayang dan menancap sempurna pada poin 10 sebelum dia menoleh dan melihat seseorang berdiri disana.

Mark.

HONEY CHERRY | Mark Lee X Kang MinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang