20

1K 116 3
                                    

"Jadi?"

"Hm?"

Sejeong meletakkan alat makannya, kemudian menatap Mina yang sedari tadi tenggelam dalam fikirannya. Gadis itu terlihat tersenyum sendiri, kemudian melamun, begitu terus sampai akhirnya dia menegurnya.

"Kamu kemana?"

Lawan bicaranya, Mina, mengunyah kimchi didalam mulutnya sebelum menjawab pertanyaan gadis berambut coklat didepannya.

Mata Sejeong menatapnya lurus, menyiratkan betapa dia ingin tahu apa yang telah dia lakukan sampai harus bolos dua mata pelajaran pertama.

"Aku jenguk Mark"

Sejeong menampilkan wajah terkejutnya, "Oh— ngomong-ngomong, apakah dia baik-baik saja?"

"Tubuhnya lebam" Mina menghela nafasnya. Kepalanya menampilkan kembali ingatan tentang luka Mark yang tercetak ditubuh lelaki itu. Dia meringis, "Memang apa yang terjadi semalam?"

"Teror" balas Sejeong singkat namun cukup membuat bulu kuduknya merinding. Kata itu cukup mengirimkan rasa takut padanya, "Haechan dan Yuta masuk rumah sakit, entah dengan yang lainnya. Yang pasti hari ini tidak ada satupun dari anggota 127Gang yang masuk sekolah" jelas Sejeong.

Tubuh Mina bergetar mendengarnya, "Untung saja kamu tidak apa-apa"

Sejeong mengangguk, "Lebih karena sasaran terornya hanya untuk 127Gang, sepertinya" ucap gadis itu seraya menyuapi makanannya, "Kamu tahu? Aku kan sempat salah masuk ruangan waktu mau ke toilet, malah masuk ke gudang. Disana banyak senjata, kukira untuk pukul maling, namun sepertinya itu adalah markas si pelaku teror"

"Begitukah?"

"Baju jubah hitam, topeng, gunshots, pemukul baseball, bahkan kalau tidak aku melihat tongkat golf, uh mengerikan"

Benarkah demikian?

Jika luka yang tadi dia obati karena pukulan atas senjata-senjata yang Sejeong sebutkan, dia benar-benar akan mencari pelakunya dan memukuli mereka dengan tangannya sendiri. Rasanya, tumbuh rasa protektif dalam dirinya ketika kepalanya membayangkan bagaimana kemungkinan lelaki itu dipukul dengan salah satu benda tumpul yang Sejeong katakan, sampai lebam begitu parah dibagian bahu, lengan atas, dan pinggang Mark.

Dia bisa membayangkan betapa sakitnya ketika Mark dipukul tanpa ampun seperti itu.

Dia bisa membayangkan lelaki itu teriak minta ampun dan mereka tetap memukulinya sampai puas.

Apa yang membuat manusia bisa berlagak seperti setan? Mengerikan.

"Memangnya ada apa? Kenapa mereka bisa diteror?"

Mina bergumam, dengan sumpitnya yang terus menusuk nasi dalam piring cekungnya.

Sejeong hanya melirik kearah sahabatnya yang lagi-lagi tenggelam dalam fikirannya sendiri. Dia bisa melihat betapa kesal dan marahnya Mina hanya dari bagaimana gadis itu menyorot menu makannanya.

"Aku tidak bisa menjawab, aku bukan anggota 127Gang" gumam Sejeong balik, seraya menyantap makan siangnya.

Mina mendengarnya, membuat dia kemudian melirik kearah sahabatnya yang tengah membawa suapan terakhir kedalam mulutnya.

Mungkin, seharusnya pertanyaan itu ia tujukan pada Mark tadi pagi.

Namun, suasananya.. uh, sangat tidak tepat.

Dia kembali merasakan pipinya merona. Kepalanya dia tundukkan, kemudian membawa satu suapan kecil ke mulutnya.

Dia ingat, ketika jemari itu menyentuh bibirnya dengan lembut, menekannya perlahan, sebelum lelaki itu mendekat dan menabrak hidungnya.

HONEY CHERRY | Mark Lee X Kang MinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang