Untuk apa sebenarnya kita melakukan ibadah? Apakah itu penting? Bagaimana cara melakukannya dengan benar? Pertanyaan demi pertanyaan yang baru kali ini ingin kuajukan. Ajakan gadis itu masih lengket di sel-sel otakku, diletakkan paling atas agar paling cepat diingat. Aku diam dalam motorku.
Tin. Tin. Tin.
Klakson mobil menyapaku, pengemudinya mengucapkan sumpah serapah agar aku becus mengendarai mobil. Jika dulu mabuk membuatku dalam keadaan seperti itu, kini pikiranku yang rancu juga bisa membuat gaya berkendaraku buruk. Kusadarkan diriku agar jiwa tetap bersama raganya. Aku berkendara dan sampai di mansion mewah.
"Ikuti semua ujianmu minggu depan. Jangan membuatku dalam kesulitan lagi" ayahku berbicara setelah melihatku datang.
"Apa kau tak pergi ke tempat penghibur?" aku tersenyum meremehkan lalu pergi meninggalkannya.
"Watson!! Watson! Arghh dasar anak sialan tak pernah menjawab" dia emosi sambil mengepal tangannya.
Tak berselang lama, seorang gadis datang ke kediaman mereka. Itu adalah Grace, anak pendeta yang sering berkunjung ke panti asuhan. Pak Surya bertanya pada gadis cantik yang masih berpakaian seragam mengenai informasi diri siswa yang berkujung malam-malam ke rumahnya. Ini kali kedua Grace datang ke rumah Watson dengan seragam sekolah.
"Saya Grace om. Temannya Watson" gadis itu menyalami ayah Watson sopan. Sesudah itu dia pergi menuju kamar Watson sedangkan pria yang tadi bersamanya pergi meninggalkan mansion, palingan pergi ke bar langgangannya.
Tok. Tok.
"Watson!"
Arghhrghh
suara gadis itu lagi. Apa dia tidak bosan hampir seharian denganku? Dan apa yang dilakukannya disini malam-malam. Malam minggu ini aku mau mencoba mencicipi aroma tubuh seorang wanita. Aku masih mau mencoba mencari bar yang menyediakan minuman api untuk menghanguskan pertanyaan-pertanyaan tadi. Aku ingin tentram dan damai dengan caraku yang lama dulu. Untuk saat ini saja, ingin kukembali mencicipinya. Pintu kamar kubuka dan melihatnya datar. Aku tak sehangat di atap sekolah tadi.
"Apa kau tak mau ke gereja besok?" ketua UKS ini datang ke mansionku hanya untuk memastikan hal ini. Sepenting itukah membawaku ke gereja.
"Dengar Grace! Mengajakku ke gereja sama halnya aku mengajak dirimu ke bar. Tidak cocok sama sekali. Tidak akan mau. Asal kau tahu saja." Aku memberi penjelasan. Aku memberi tatapan keras dan emosi kepadanya.
"Aku mau jika kau mengajakku" dengan tenangnya dia memberikanku jawabannya
"Oiya? Kalau begitu ayo ke bar malam ini lalu besok kita ke gereja" tawarku tertawa lucu. Dia pikir bar itu sama dengan gereja? Kurasa dia belum mengerti konteks yang kubicarakan.
"Ayo"
What's wrong with this girl? Ayolah Grace jangan stand up comedy. Gadis ini membuat lelucon yang tak lucu sama sekali. Dia dengan mantap menerima tantanganku. Apa dia pikir bar itu semacam pusat perbelanjaan minuman? Bar lebih dari itu. Apalagi yang selalu ingin kujumpai, tidak bisa hanya toko yang menjual minuman keras - harus ada nilai tambahnya. Aku mengangkat tanganku ke atas kepalaku, menjambak setiap rambutku. Aku frustasi dengan sikap anak-anak gadis ini. Dia tidak ingin kesana sama sekali. Aku yakin itu.
"Ayo" dia bersuara lagi.
"Baiklah. Ayo" emosiku sudah naik. Dia terus-terusan memancingnya. Aku tidak memikirkan apa yang akan dijumpainya disana nanti. Aku tahu yang kuajak dan bawa saat ini adalah anak pendeta - pemuka agama. Biarkan saja! Tadinya hanya ingin membuatnya mengerti bahwa aku tidak pantas diajak untuk beribadah seperti dia sebenarnya tidak pantas berada di bar, tempat iblis mulai mencengkram.
Tanganku menghempaskan dia ke dalam mobil hitam secara kasar. Gadis ini keras kepala dan kini dia harustahu bahwa dia salah memilih bergaul denganku. Kami pergi dalam diam bahkanmusik pun tak ada sama sekali. Aku naik pitam melihat dia mau diajak ke bar. Apakahitu demi aku atau sesuatu yang lainnya yang telah direncanakannya? Jujur banyakhal di luar dugaan. Tidak semua yang kelihatan sama seperti ketika bersembunyi.Bisa saja berbeda. Dalam amarahku saat ini, tersirat banyak sekali kekecewaanterhadap sikap Grace.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Atheism, I am (A) Christian
SpiritualCOMPLETE Read first and then you may comment! Mungkin dunia ini bukan untukku. Dia kelam dan juga gelap, penuh derita dan juga rasa sakit, sesak pun terus terasa. Tidak ada kata bahagia selama ini yang mampu mengubah itu semua. Sama sekali tak perna...