16 : You're never alone in the world

71 11 2
                                    

10 tahun yang lalu.

"Christian, namamu berarti pengikut Kristus. Ibu yang memberikannya. Kamu harus memiliki kepercayaan walau selama ini ibu tidak pernah mengenalkanNya padamu. Berjanjilah untuk tinggal bersama ayah, ya?" dia mengelus kepala anaknya lembut. Dia menahan air matanya yang sudah memerah berkaca-kaca. Wanita itu menahan rasa sakit, perih, pedih dan banyak lagi perasaan menyedihkan di dadanya. Kedua sudut bibirnya pecah, mengeluarkan darah segar. Itu adalah bekas tamparan dari suami tercintanya. Tapi itu tak seberapa dibandingkan dengan luka yang ada di dalam hatinya.

"Jangan nakal dan jaga ayah untuk ibu! Janji?" dia meminta tautan jari kelingking anaknya. Anaknya menautkan kelingking kecilnya dan belum sepenuhnya sadar. Dia baru saja terbangun dari tidurnya karena mendengar suara yang menganggung tidur malamnya. Tak tahan, akhirnya setetas air mata wanita itu menetes, membasahi pipi merahnya. Betapa malangnya nasib anaknya, pikirnya. Pekarangan mansion yang terang dan juga indah tak bisa memberi pertahanan bagi wanita yang sekarat itu.

"Sekarang pergi sama om supir ya" anak yang berusia 7 tahun itu pergi meninggakan mansion mewah itu. Pak supir yang disebutkan ibunya tadi menggendong lelaki kecil yang menangis, menolak untuk berpisah dengan ibunya. Sedang ayahnya masih dengan amarah yang di ubun-ubun di dalam mansion. Vas bunga dan tumpahan berbagai barang yang dicampakkannya mengotori lantai marmer mahal. Pertengkaran itu sempat terhenti karena anak mereka terbangun dari tidurnya.

"Apa mas gak akan berubah? Aku istrimu mas, masih hidup. Setidaknya jangan membawa wanita simpananmu ini ke rumah, ada Christian mas" wanita cantik itu terisak melihat wanita lain yang ada di mansion. Dia baru saja masuk lagi ke dalam mansion setelah menitipkan anak semata wayangnya pada supir.

"Masih hidup? Kamu sekarat Nabila! SEKARAT! Orang tuamu itu licik seperti ular. Mereka menjodohkanku dengan wanita yang berpenyakit. Hahahahhah, salah, salah hampir mati lebih tepatnya" pria itu membela diri. Tangannya menunjuk-unjuk istri yang telah dipersuntingnya 9 tahun yang lalu.

"Orang tuaku tidak tahu masalah itu mas. Lagian kenapa mas tidak menolaknya dan justru membahasnya sekarang?"

"Hah? Menolak? Kamu pikir harta orang tuamu itu bisa ditolak? Aku hanya menolakmu saja. Sekarang jangan pedulikan aku, cukup persiapkan pemakamanmu sendiri" Suaminya itu pergi menggandeng wanita malam. Dia ingin memuaskan nafsunya sambil menghanguskan amarahnya. Di malam yang terang oleh bulan purnama itu, pria itu untuk pertama kalinya terang-terangan membawa kupu-kupu malam ke dalam mansion. Dia terlalu rakus untuk semua hal. Habis manis sepah dibuang. Setelah dia menggerogoti dan menyatukan 2 perusahaan besar milik kedua orang tuanya dan mertuanya, dia ingin mencampakkan istrinya apalagi keadaan istrinya memang sudah sekarat, tak terharapkan lagi.

***

Anak kecil itu menangis tersedu-sedu di kerumunan lansia. Kini dia duduk di sebuah ruangan lebar, tempat berkumpulnya orang-orang yang berambut putih itu.

"Apa ini anak Nabila? Siapa namamu nak?" seorang wanita tua yang memakai syal di lehernya bertanya lembut. Dia merupakan pendatang baru di panti jompo ini. Kemarin ketika dia datang, Nabila, ibunya Christian, banyak membantunya sebelum menjemput Christian dan pulang. Satu hari berkenalan dengan Nabila sudah mampu membuatnya nyaman dengan perawatannya.

"Iya. Dia adalah anaknya. Dia sering dibawa kesini setelah dijemput dari sekolah. Ayo, nak sebutkan namamu" lansia umur 65 tahunan menyemangati anak itu untuk mau menjawab nenek yang baru sehari di panti jompo itu.

"Chris..... Christian Watson, nek" suara serak akibat menangis terdengar menjawab. Suaranya yang tersenggal-senggal membuat para lansia itu menatap kasihan.

"Kemarilah! Duduk di samping nenek" nenek yang tadi menggeser tempat duduknya. Christian kecil duduk dan kemudian dipeluk oleh nenek tersebut. Usapan demi usapan dan belaian demi belaian yang lembut dirasakan oleh anak yang kasihan itu. Matanya mulai berat untuk terbuka dan kantuk berhasil bersemayam pada dirinya. Akhirnya dia tertidur di pelukan nenek asing itu. Dia belum mengenalnya sama sekali, tidak seperti lansia lainnya yang sudah sering diajaknya bicara.

Matahari pagi muncul di ufuk timur, anak kecil itu bangun tepat di samping kiri ibunya. Ibunya masih dengan telaten mengelus lembut rambut halus anaknya itu. Wanita itu melihat wajah sembab dan bekas aliran air mata dengan nanar. Dia tidak tega dan tidak tahu bagaimana kelanjutan hidup anaknya jika dia sudah tiada.

"Ibu" orang yang dipanggilnya itu senyum berseri.

"Hmm"

"Kenapa kita tidur disini? Kita kan sudah sering datang kesini setiap kali ibu menjemputku. Apa itu tidak cukup? Apa ayah tidak marah?"

"Christian, kalau kau punya masalah, kau boleh datang kesini. Sering-seringlah datang kesini untuk mendengar pengalaman dari orang tua. Disini kita selalu punya orang tua, ayah tidak akan marah" saran ibunya sambil menahan rasa sakit yang mulai muncul di kepalanya.

Mereka turun kebawah untuk bersiap-siap mengantarkan Christian kecil ke sekolah. Tiba-tiba kepalanya semakin berat dan sangat pusing, pandangannya buram dan badannya kaku mau bergerak. Dia jatuh ke lantai, terkapar kalah melawan tumor yang ada di otaknya.

"Tolong! Nek, tolong! Ibu....i..bu, hiks hiks hiks. Bangun bu!" tangis anak kecil itu pecah memenuhi panti jompo itu.


to be continued ...

Dear Atheism, I am (A) ChristianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang