Epilog : I am (a) Christian

109 18 2
                                    


Happy Sunday and Happy Reading!

"Sorrow prepares you for joy. It violently sweeps everything out of your house, so that new joy can find space to enter. It shakes the yellow leaves from the bough of your heart, so that the fresh, green leaves can grow in their places. It pulls up the rotten roots, so that new roots hidden beneath have room to grow. Whatever sorrow shakes from your heart, far better things will take their place." – Rumi.

Kata-kata bijak itu tertempel di dinding putih apartemenku. Background dari kata-kata bijak itu sama seperti isinya yaitu pohon. Itu sebagai pengingat bahwa akan ada sukacita setelah dukacita. Disamping itu juga, sebagai pengingat pada ruang tamu yang ada di Panti asuhan Kasih Bapa. Istilahnya dalam bahasa Indonesia hampir mirip dengan 'Habis gelap, terbitlah terang' milik R.A. Kartini. Rasa sedihku atas kebohongan Grace membawakanku pada sukacita atas pengenalan akan Tuhan. Dulu aku bukanlah ateis, hanya saja tak pernah berpikiran untuk sadar akan keajaiban seluruh ciptaan.

"Jika kita tak sadar bagaimana untuk bisa percaya?" itu adalah simbol sikap apatisku dulu.

Lonceng gereja berbunyi untuk pertama kalinya. Aku mendengar itu jelas dari suara apartemen yang kutinggali. Hal itu berarti ini adalah hari minggu pertama setelah kedatanganku di Washington. Kubuka gorden agar sinar terang pagi lebih jelas. Kulanjutkan dengan pergi ke kamar mandi. Air di Washington terasa lebih dingin bagiku. Butir-butir air segar dari Shower menimpa rambut halusku, terus jatuh hingga menyentuh lantai keramik.. Kuolesi dengan cairan harum yang tak begitu mahal. Aku tak begitu suka dengan barang-barang terkenal sekarang ini. Setidaknya sudah berkurang karena tidak ada pelayan yang akan mengurus dan memperbaharui lemariku. Busa sampo yang melimpah kubuat membersihkan seluruh tubuhku.

Selesai.

Aku mengenakan kemeja berwarna biru dongker merk Christian Dior dengan celana panjang yang senada.Tak ketinggalan arloji mahal kuambil sebagai tambahan aksesoris di tubuhku. Tampang gagah dan rapi terlihat di cermin. Pakaian ini adalah pakaian yang pertama kali kupakai ke gereja bersama Grace di Indonesia, seratus persen sama. Satu lagi tambahan. Ada kalung salib yang tergantung dileherku. Itu adalah isi dari kotak merah pemberian Grace. Tak lupa pula Alkitab dalam bahasa Indonesia, juga hasil pemberian Grace kubawa ke gereja.

Letak apartemenku sama sekali tak jauh dari gereja. Aku sengaja memilih tempat ini agar bisa terus-terusan meminta pada Tuhan. Dia selalu punya cara dan jalan yang terbaik bagi kita. Meskipun doa pertamaku yang kurahasiakan mendapat jawaban tidak, tapi doa terbesarku agar Grace bisa sembuh dijawab total olehNya. Bahkan Grace tidak pernah memiliki sakit itu. Jawaban yang luarbiasa, bukan? Aku sudah harus memulai hidup baru. Memulai hidup baru bukan berarti harus meninggalkan hal yang lama tetapi, memperbaiki hal buruk pada kehidupan yang lama. Jika aku harus meninggalkan hidup lama, aku pasti akan meninggalkan Grace juga. Sama halnya dengan kata-kata bijak dari Rumi yang ada di apartemenku. Kesedihan menggoyang daun yang sudah menguning dari cabang agar daun muda segar bisa tumbuh dan mendorong akar yang busuk agar ada ruang bagi akar yang baru yang tersembunyi.

Burung-burung merpati berkeriapan di pekarangan gereja. Pemadangan ini luarbiasa indah. Jauh lebih indah dari pemandangan di atap. Andai Grace ada disini. Jadwal gereja yang pertama telah berakhir dan kini jadwal yang berikutnya. Aku memasuki pintu gereja dengan percaya diri sambil meyakinkan diri bahwa aku adalah Watson yang baru.

No perfect people allowed.

"Orang sempurna dilarang masuk." Ucapku menerjemahkan kalimat yang ada dalam gereja. Benar. Tidak ada orang yang sempurna di dunia ini. Orang-orang yang datang ke tempat ini bukanlah mereka yang sempurna, melainkan para pendosa, sama seperti aku, yang mau mengakui semua dosa. Gereja bukanlah tempat orang yang tertentu, tetapi tempat orang-orang yang mengandalkan Tuhan dan mau mengasihi sesama.

Aku tersenyum membayangkan jika Grace ada disini juga. Dia pasti akan menjelaskan lebih dalam maksud dari kalimat itu. Kembali kulihat kedalam, tempat duduk yang ditengah masih ada kosong. Bangku panjang berwarna coklat itu masih diisi oleh seorang gadis berambut pirang. Aku pergi kesana dan duduk di sebelah gadis pirang yang memiliki mata biru. Dia tersenyum padaku dan aku membalasnya. Kulipat tanganku dan mulai berdoa untuk pembuka. Itu adalah hal yang belum kulakukan saat bersama Grace waktu itu. Mataku terbuka dan kulihat sekeliling. Orang-orang belum banyak. Wajar saja karena masih tersisa waktu 10 menit lagi agar lonceng gereja berbunyi lagi.

Brak.

Tas gadis itu terjatuh ke lantai dan tercampak ke arahku. Aku menunduk dan mengambil lalu mengulurkan padanya.

"Oh, Thank you so much"

"I'm Grace" perempuan itu memberikan tangannya untuk bersalaman. Grace? Ya, tidak salah lagi. Nama ini terlalu banyak dipakai para perempuan di dunia ini. Dunia ini kecil sekali, aku terus-terusan bertemu dengan perempuan yang bernama Grace. Grace sendiri artinya adalah anggun, rahmat atau agung dalam bahasa Indonesia. Ck, apalah rupanya arti sebuah nama sehingga banyak memakai nama Grace, pikirku.

"And you? What is your name?" Bule yang satu ini menanyaiku balik. Aku gelagapan melihatnya. Aku tak yakin sekarang adalah waktunya.

Dia berekspresi menunggu. Gadis ini banyak mengingatkanku pada Grace Indonesia. Tidak cukup hanya namanya, raut wajahnya pun mirip. Dia sangat lucu kalau menungguku memberikan jawaban. Gadis ini juga sama.

"I...... I..."

Aku masih ragu.

"Kalau kau sudah siap, berjanjilah untuk mengenalkan dirimu sebagai Christian." ingatan mengenai permintaan Grace berputar di sel-sel otakku. Mungkin ini pengaruh dari nama gadis bule ini. Pada saat itu, aku mengiyakan permintaannya. Apakah sekarang waktunya?

"Hmm... I'm.." Aku adalah anak hilang yang telah berhasil temukan dan penjahat yang memohon pengampunan dan itu semua adalah identitasku kini. Aku bukan sampah yang minta dibakar. Aku bukan anak broken home yang berperilaku sesuka hati juga bukan berandal atau apapun itu yang kusebut dulu. Cause'..

"I am Christian"

***

-THE END-



Finally, ceritanya lengkap.

SEE YOU ON PART II

Dear Atheism, I am (A) ChristianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang