4. Hukuman

6K 359 7
                                    

Mahesa berjalan menuju pengadilan , penampilannya tampak sangat formal, dengan rambut klimis, kemeja biru polos yang dibalut jas hitam, dasi putih, Celana bahan, dan sebagai sentuhan akhir ia memakai sepasang sepatu pantofel hitam mengkilat, menambah kesan mahal pada dirinya.

Sementara disampingnya terdapat charlote dengan penampilan tak kalah formal, berbalutan drees hitam selutut dengan lengan 1/4, rambut yang digerai rapi dengan bawahan yang dibuat curly serta sepatu hak tinggi ditambah sedikit polesan tipis diwajah, membuat dia jauh terlihat lebih muda dan anggun.

Namun dibalik pakaian formal serta wajah rupawan mereka, terdapat ekspresi dingin yang menusuk tanpa celah ramah sedikitpun. Hari ini adalah hari yang Mahesa tunggu-tunggu, dimana reno akan dihukum sesuai dengan apa yang telah ia perbuat terhadap Dera, putri semata wayangnya yang manis nan cantik dan kini tengah terbaring diruang VVIP karena mengalami cidera serius dikepala dan beberapa bagian tubuhnya.

Mahesa tidak jahat. Ia bukannya bahagia dan sangat mengingikan sahabatnya dihukum, namun melihat apa yang telah ia lukukan pada Dera, yang telah ia anggap seperti anak sendiri, membuatnya muak dan justru berharap Reno mendapatkan balasan yang setimpal atau mungkin lebih, apa lagi saat Mahesa mengingat wajah kesakitan dengan mata terpejam namun bibir mungil yang mengeluarkan rintihan lirih.

Mereka telah sampai disebuah gedung pengadilan setempat, ia tidak datang bersama pengacara pribadinya karena sang pengacara juga tengah terbaring dirumah sakit akibat kecelakaan lalu lintas yang terjadi beberapa minggu lalu, namun melihat barang bukti serta keadaan Dera sekarang, seharusnya itu sudah cukup untuk memastikan Reno mendapatkan apa yang seharunya ia dapatkan, dalam artian hukum tentu saja.

Mereka mulai memasuki ruangan dan seketika atmosfer di sekitar menjadi dingin dan menegang, Charlote yang merasakan hal yang sama segera mengusap pelan lengan atas suaminya, menyemangatinya lewat sentuhan.

"Releks, honey" Ujar Charlote lembut,kemudian Mahesa mengangguk, namun baru saja tubuhnya releks, ia kembali menegang kala matanya melihat pemandangan yang seharusnya ia tatap dengan bahagia kini ia tatap dengan pandangan nanar dan penuh emosi, Charlote yang melihat hal itu segera mengkuti arah pandangan suaminya, dan betapa kaget serta emosinya ia saat melihat Gina, bukan, bukan keberadaan Gina yang membuatnya emosi, melainkan sikapnya yang biasa saja dan malah yang paling parah ia bukan hanya sekedar mengobrol tapi juga tertawa.

SHIT!!! Ibu macam apa yang masih bisa tertawa selepas itu saat anaknya justru terbaring diruang berbau obat dengan alat alat yang entah sampai kapan bisa menampung kedihupannya. Charlote mengumpat dalam hatinya. Tidak mungkin Gina tidak tau mengenai apa yang telah menimpa putri semata wayangnya itu hingga bisa sesantai ini, mustahil.

Belum reda rasa emosinya, kini rasa panas yang tadi membakar hatinya kembali membara saat melihat Reno masuk dengan langkah santai saat memasuki ruangan, bahkan tangan kirinya memegang segelas minuman ringan, seolah ia tengah mendatangi undagan barbeque bukan pertemuan yang akan menentukan kehidupannya.

Ada yang tidak beres

pikir charlote

Beberapa menit kemudian acara pengadilan itu dimulai. mengawali segala kehancuran sebuah persahabatan yang terdiri dari 3 manusia dengan karakter yang berbeda-beda.

Beberapa jam kemudian........

Charlote keluar dengan mata sembap, di susul Mahesa yang berjalan tergesa, wajahnya datar dan dingin, namun pandangannya menusuk dan penuh kebencian serta emosi, Ia masih ingat dengan jelas saat hakim itu mengucapkan sebaris kalimat yang membuatnya naik darah.

"jadi saya putuskan, Bapak Reno Sanjaya diberi hukuman berupa denda sebanyak 15 juta rupiah serta kurungan penjara selama 33 hari"

Tok.....tok....tok..... Suara palu diketuk menandakan keputusan sudah final

"ARRGHHHH" Mahesa menendang sebuah kaleng dengan emosi saat suara ketukan palu itu terngiang-ngiang kembali di dalam fikirannya, seharusnya ia lebih cerdas dan teliti sebelumnya. Mengapa ia begitu bodoh dan naif sampai membiarkan uang besar bermain di balik semua ini. Ya, dia yakin Reno sudah memanipulasi segalanya mengingat dia juga punya banyak uang yang bisa membantunya. Mulai dari pengakuan serta hakim yang ia yakini 100% telah Reno suap, segalanya sudah lebih dulu dimainkan dan di manipulasi oleh Reno.

"AWWW" Sebuah pekikan nyaring mengalihkan pandangannya, ia melihat seorang wanita memegang pelipisnya yang sedikit berdarah akibat kaleng yang tadi ia tendang, wanita itu memundukan kepalanya hingga rambutnya terurai dan menutup setengah wajahnya hingga mahesa tidak bisa manatap wajah wanita itu.

Charlote yang melihat hal itu segera menghampiri wanita tersebut bersama Mahesa, hendak meminta maaf, namun saat wanita itu mendongkak bukannya minta maaf Mahesa malah.......

PLAK!!!!!!
Sebuah tanparan mendarat mulus dipipi kanan wanita itu hingga ujung bibirnya sedikit robek dan mengeluarkan darah, wanita itu membelalak tak percaya begitu juga Charlote, namun ia tidak sedikitpun melarang atau mencegah suaminya saat tau siapa yang Mahesa tampar sekalipun itu perempuan.

"waw" Gina tersenyum sinis menatap mata Mahesa "Liat siapa yang kita temui di sini, yang mulia Mahesa, laki-laki dengan harga diri super tinggi yang baru saja menginjak-injak dirinya sendiri dengan menyakiti seorang wanita yang jelas lebih lemah darinya".

" Memukul wanita memabg sangat memalukan, tapi pengecualian jika wanitanya iblis seperti kamu !"

PLAK!

Gina menampar pipi Charlote yang berani yang menghinanya, dengan sebutan wanita iblis.

"YANG LEBIH IBLIS ITU ORANG YANG MENAMPAR WANITA TAMPA ALASAN YANG JELAS!"

"Dan lebih iblis lagiibu yang meninggalkan anaknya dan membiarkan makhluk kecil tak berdosa itu disiksaoleh ayahnya sendiri" Kalimat datar itu menusuk harga dirinya. "DASAR WANITA JALANG TIDAK BERGUNA! " Suara mahesa menggelegar bahkan Gina sempat mundur beberapa langkah, setelahnya ia kembali mengambil langkah maju dan mendongkak menatap penuh angkuh dan menusuk kearah Mahesa.

"Apa maksud kamu mahesa ?! " jawab Gina itu penuh penekanan.

" DISAAT ANAK KAMU TERBARING DIRUMAH SAKIT KAMU MALAH TERTAWA DAN TERLIHAT BIASA SAJA, DIMANA HATI KAMU, JALANG?! " Mahesa kembali berteriak.

"TAPIKAN BUKAN AKU YANG NYIKSA DERA!, SI BRENGSEK RENO YANG MENYIKSANYA" Kini Gina balas berteriak.

"DIMANA HATI NURANI MU SEBAGAI SEORANG IBU, GINA?! " Ujar Mahesa kembali membentak.

"MEMANGNYA AKU PEDULI TENTANG ANAK SIALAN ITU, HAH?! ENG-GA-K !!!" jawabnya lantang dan menekan kata tidak dalam kalimatnya.

PLAK!!!!
tamparan itu kini mendarat tepat dipipi kirinya sedikit meleset mengenai hidung namun berakibat sangat jauh, awalnya hanya merah namun lama kelamaan berubah membiru.

"Udah puas namparnya? Denger yah, aku emang udah ga peduli sama anak itu dan DIA BUKAN ANAK AKU MAHESA ! "

"Ternyata kamu ga lebih baik dari pada wanita murahan yang dulu sering Reno pakai saat di club malam " Jawab Mahesa dengan nada merendahkan.

"Terserah kamu mau bilang apa" hatinya mulai teriris mendengar penuturan Mahesa yang begitu sadis, menusuk tepat dijatungnya. "Asal kamu tau, Dera itu bukan anak aku ! aku ke guguran tepat 3 hari setelah kamu pergi dari Indonesia dan lebih milih hidup sama keluarga sialan kamu itu !".

"Gin-"

"AKU SUKA SAMA KAMU DARI DULUBAHKAN JAUH SEBELUM JALANG INGGRIS INI DEKETIN KAMU DAN AKHIRNYA KAMU LEBIH MIIH CHARLOTE DAN BIARIN AKU HIDUP SAMA SI BRENGSEK RENO!" Gina melangkah mundur dan berbalik lalu pergi meninggalkannya, namun baru beberapa langkah ia berhenti tanpa menoleh ia berujar "Tapi kalau kamu tertarik, pungut aja anak itu, aku udah gak peduli dan gada yang berharap dia ada didunia ini, kalau kamu gak mau, bawa aja dia kepanti asuhan atau mau kamu buang di pinggir jalan juga aku gak peduli, terserah"

Tangan mahesa kembali terkepal matanya memerah akibat tersulut emosi, mendengar kalimat jahat Gina.

"JALANG SIALAN ".

Sad girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang