52. tentang sebuah perasaan (sequel)

3.6K 220 5
                                    

Seorang gadis berdiri di bandara dengan sebuah paspor ditangan kanannya, dan tangan kiri yang memiliki luka jahitan, ia biarkan tak memegang atau membawa apapun. tak ada yang ia bawa.  Hanya sebuah paspor. Ia memandang kosong kearah luar. Ini adalah hari terakhirnya di Indonesia.

"kamu mau kemana dera ? " gadis itu terlonjak saat sebuah suara berat masuk ke dalam pendengarannya

Dera menelan ludahnya gugup.  Posisinya memang membelakangi si pemanggil, namun ia sangat hafal siapa pemilik suara berat namun lembut itu. Perlahan ia membalikan badannya, dan menatap kedua mata orang itu dengan ragu

"ri-rio...."lirihnya

"kamu mau kemana  ?" ujar rio lagi

Dera menggenggam erat pospor ditangannya,  ia kini menatap rio dengan pandangan terluka

"pergi" ujarnya sambil tersenyum miris

"kenapa  ?"

"apanya  ? " dera memandang rio penuh tanya " bukankah ini yang semua orang inginkan. Aku pergi dari hidup mereka " ujar dera pelan

Rio melangkahkan kakinya mendekati dera,  namun gadis manis itu segera mundur, menghindari kontak apapun dengan rio,  cukup mata mereka saja yang saling menatap.

"apa kamu tau  ? Banyak orang yang menderita karena kabar kematian kamu  ?" tanya rio dingin

"hahahahaha " dera tertawa pilu,  bersamaan dengan air matanya yang mulai jatuh

"menderita  ?" ujar dera parau masih diselingi oleh tawa "maksud kamu orang orang yang bikin aku menderita sekarang menderita waktu tau orang yang mereka bikin menderita udah ngak ada  ?" dera terkekeh sinis " so funny" ujar dera dengan nada rendah

"apa kamu tau betapa menderitanya vano saat ini ?" tanya rio datar

Dera kembali terkekeh sambil mendongkak dan menyeka air matanya,  ia kembali menatap rio sambil tersenyum tipis

"menderita  ?" dera memiringkan kepalanya dan memandang rio dengan pandangan bercanda " bukannya dia itu seharusnya bahagia yah ? Karna kalau aku mati,  berarti apa yang dia lakuin udah membuahkan hasil " ujar dera sinis

"terserah kamu mau mikir apapun tentang vano.  Tapi bisa kamu pikirkan perasaan vivi,  sahabat sekaligus-"

"sekaligus harapan dan sandaran aku yang kemudian meninggalkan aku disaat aku sedang hancur hancurnya  ?" potong dera dengan nada rendah

"jujur.... Dia memang sahabat yang baik" ujar dera pelan sambil menatap kearah rio " aku ngak benci dia,  apa yang udah dia lakuin udah aku maafkan, tapi....." dera menunjukan kearah dadanya " luka disini belum bisa sembuh atau bahkan ngak akan pernah bisa" ujar dera sambil tersenyum tipis bersamaan dengan sebutir air mata yang mengalir perlahan

"terserah . tapi kamu ngak boleh egois tentang satu hal . Nenek.   orang yang menyayangi kamu dan ngak pernah menyakiti kamu selama ini. Apa kamu tega bikin dia menderita dengan kematian cucu semata wayangnya  ?"

"dulu nenek memang menjadi alasan aku bertahan, tapi untuk saat ini,  dia ngak akan jadi alasan aku untuk tetap tinggal " ujar dera dengan nada lirih

"kalau gitu pikirin perasaan vio-"

"STOP NYURUH AKU UNTUK MIKIRIN PERASAAN ORANG LAIN  !!!!!" dera berteriak marah, membuat beberapa orang menatap mereka penasaran.  Air matanya mengalir deras

"AKU MUAK  !" bentak dera histeris

"KAMU SELALU NYURUH AKU UNTUK MIKIRIN PERASAAN ORANG LAIN,  TAPI BAHKAN KAMU NGAK MIKIRIN PERASAAN AKU  !!!"

"aku tau kamu menderita..." rio mencoba mendekati dera yang sudah menangis meraung

"KALAU KAMU TAU AKU MENDERITA SEHARUSNYA KAMU NGAK NYURUH AKU MIKIRIN PERASAAN ORANG LAIN,  DAN SEHARUSNYA KAMU PAHAM KENAPA AKU  NGAK MAU TINGGAL LAGI DISINI " dera jatuh terduduk, ia memegang dadanya yang mulai sesak

"dera...."

"aku sakit.....menderita.... Dan tersiksa, disaat aku sehancur itu, orang orang yang aku sayangi malah ikut menghancurkan aku. Bisa kamu pikirin gimana rasanya perasaan aku  ? " tanya dera pilu

"dera.... "

"kepada para calon penumpang dengan tujuan kota seoul korea selatan,  silahkan memasuki pesawat kami akan take off sebentar lagi " suara itu menginterupsi kalimat rio

Dera mendongkak, rio mengulurkan tangannya namun dera malah berdiri dan mengacuhkan uluran tangan rio, ia menatap rio dengan pandangan yang sulit diartikan

"good bye rio..... " ujar dera lalu berbalik dan segera berlari menuju pesawatnya berada

"DERA  !!!!" rio meneriaki nama Dera,  namun gadis itu tetap berlari menuju pesawat. Rio tertunduk sedih dan saat itulah ia melihat bercak darah, luka jahit ditangan kiri dera mungkin kembali terbuka. Seharusnya ia tau bahwa dera lebih menderita dari apa yang ia tau.  Gadis itu amat rapuh namun beban yang ditimpakan Padanya terlalu berat dan kejam hingga pada akhirnya gadis itu menyerah dan memilih untuk pergi meninggalkan semua penderitaan itu,  namun ia gagal, gadis itu gagal untuk pergi meninggalkan dunia ini,  maka dia memilih utuk pergi meninggalkan orang orang yang membuatnya menderita

Vano berjongkok dan menyentuh bercak darah itu,  ia memperhatikannya dengan pandangan kosong.  Lalu mengehela nafas

Wajar jika dera ingin pergi

Tetap tinggal  hanya akan membuatnya semakin terpuruk dan menderita, pergi adalah keputusan terbaik bagu dirinya, setengah dirinya meyakini hal itu namun disisi lain, ia tak rela dera pergi dari negara ini,  walaupun dia tau bahwa jika ia tetap memaksakan dera disini,  maka sama seperti ia tetap menahan dera dinerakannya

Sedangkan disisi lain dera tengah duduk dikursinya,  disamping jendela,  ia Sengaja berusaha mendapatkan kursi disamping jendela, agar matanya bisa menatap negara indah yang sudah menjadi saksi bisu penderitaannya selama ini,  untuk terakhir kalinya

Dera menunduk menatap lukanya yang kembali terbuka ia memanggil seorang pramugari dan meminta sehelai kain untuk menutupi lukanya atau sekedsr menyumbatnya agar tidak terlalu banyak mengeluarkan darah hingga ia sampai di seoul dan kembali menjajitnya dirumah sakit terdekat

Sedangkan disisi lain, Rio bangkit dan berbalik,  lalu pergi meninggalkan bandara dengan perasaan kacau,  ia sudah berusaha menahan dera untuk tudak pergi walaupun dia tau itu adalah hal tereogis yang pernah ia lakukan seumur hidupnya ,  tapi tetap saja hatinya tak rela saat melihat dera tetap pergi meninggalkan indonesia

Rio menepi ditepi jalan,  Ia memandang kosong jalanan yang lumayan lenggang, kejadian kemarinlah  membuatnya ada disini saat ini
Kejadian yang membuatnya shock dan bahkan hampir tak mempercayai paman yang selama hidupnya selalu menjadi orang yang paling ia percaya

TING
Vano melirik nontifikasi di ponselnya ia melihat nama vivi disana

From vivi

Gue lagi ada di rumahnya vio bareng orsng tuanya vano,  lo harus kesini mamahnya vio hampir gila waktu tau vio depresi gara gara dilecehin sama vano waktu itu

For vivi

Gue on the way ke sana

Rio menghela nafasnya dan mulai menginjak pedal gas dengan kecepatan rata rata menuju rumah vio. Gadis itu sudah mendapatkan karma dari apa yang telah ia lakukan

Sad girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang