"hei" dera merasakan bahunya disentuh. Ia mendongkak dan melihat anak laki laki itu mengulurkan tangannya sambil tersenyum
dera mengernyit tak faham, beberapa menit yang lalu mereka baru saja bertengkar dan bahkan anak itu mendorongnya dan rubi, tapi sekarang .....
"lo kenapa ?" anak itu kembali bicara namun tangannya tetap terulur
Dera menyambut uluran tangan itu, lalu bangkit, ia berdeham sebentar lalu kembali menoleh anak laki laki itu.
"kenalin, nama gue havier ekspier panggil aja gue rio"
"hah ?!"
"bercanda" ia terkekeh sebentar lalu kembali melanjutkan " nama gue rio de janeiro"
"itukan nama kota "
"bercanda lagi" ia kemudian tertawa renyah
"bercandanya kamu itu ga.ring" ucap dera namun ia tetap terkekeh lembut setelahnya
"oke serius, nama gue Riova Mulia Ananta, nama lo? "
"dera, Liana Derani Stevilla" katanya
"oke dera, jadi kenapa lo ngak pulang bareng sama orang yang tadi lo panggil papah? " tanya rio membuat dera diam membisu, ia bingung harus menjawab apa
"ekhm itu, engghh a-aku emm"
"tingkah lo bikin gue curiga"
"curiga ?"
"lo punya masalah ?"
"eh, eng-enggak kok, jangan sok tau" dera menunduk menatap ujung sepatunya, lalu kemudian ia berdeham sebentar lalu berbalik hendak pergi namun tanganya dicekal oleh rio
"lo ngak boleh pulang sebelum cerita sama gue" kata rio tegas
"a-apa? Emangnya kamu siapa nyuruh nyuruh aku ? " bentak dera
Sedetik kemudian ia menyesali ucapannya, entah mengapa akhir akhir ini ia berubah menjadi pribadi yang..... kasar ?
"ekhm, sorry a-aku ngak bermaksud ngebentak kamu-"
"tenang aja, ngak masalah kok" ucap rio seraya memasukan salah satu tangannya kesaku celana
Satu tangannya yang lain menyentuh bahu kiri dera membuat dera menoleh heran,
"denger" rio menarik nafasnya lalu menyentuh kedua bahu dera "manusia itu mahluk sosial, satu individu butuh individu yang lain supaya dia bisa tetap bertahan hidup" rio tersenyum penuh arti
"percaya sama gue, setelah lo ceritain semua yang udah lo pendam sendirian, pasti beban hidup lo jadi lebih ringan, karena bagai manapun seperti yang gue bilang tadi, manusia itu mahluk sosial, dengan lo cerita, itu berarti lo udah membagi beban lo ke orang lain tanpa harus menjadi beban bagi orang tersebut"
Dera tercengang, anak smp kls 1 itu benar benar cerdas, dari cara bicara dan gerakan tubuhnya ia benar benar membuat dera terkagum. Anak itu benar benar ajaib, ia bisa menjadi pribadi yang menyebalkan sekaligus memotivasi
"ekhm" dera berdeham mencoba memahami semua yang telah rio katakan
"jadi, lo udah mau cerita ?" tanya rio yang membuat dera menatapnya dengan tegang
"a-aku harus ke kantor pos, ada surat yang harus aku kirim ke amerika, bye" dera segera pergi, ia berlari untuk menghindari rio
Dera terengah, ia sudah sampai di kantor pos, setelah menyelesaikan semuanya ia bergegas pergi, dijalan ia terus saja memikirkan apa yang dikatakan oleh rio, dera memiliki banyak teman namun ia tidak pernah bercerita apapun pada mereka dan lebih memilih memendamnya sendirian, apakah jika ia bercerita bebannya akan terasa lebih ringan ?
Dera memasuki rumah, ini adalah hari yang melelahkan, dera tidak menemukan papahnya alexa atau rubi dimanapun, dera mencoba untuk tidak peduli ia naik kekamarnya dan matanya membelalak tidak percaya saat semua benda didalam kamar itu berserakan, ruangan itu menjadi seperti tempat sampah
Bajunya berserakan dilantai, sprei kasurnya berada dibawah, selimutnya diatas meja belajar, buku buku yang ia tata dengan rapi sudah tidak pada tempatnya, dan satu satunya yang membuat ia tercengang adalah....
"KAK BASTIAN" dera berlari memungut fotonya dengan bingkai yang pecah, ia melihat foto itu robek tepat diujung kiri bawah
Dera mencoba untuk tidak menangis, ia tidak akan cengeng lagi ia, harus tegar, dera menarik nafas lalu mengedarkan pandangannya ia mulai memebereskan satu persatu kekacauan itu
"dera" dera menoleh dan melihat papahnya sedang berdiri sambil bersidekap didepan pintu
Jatungnya berdebar ketakutan saat sang papah mulai mendekat kearahnya dengan pandagan menusuk
"pa-papah ?"
Reno berjongkok untuk menyelaraskan tinggi badannya dengan dera yang sedang memungut foto itu, ia mendekat lalu mencengram rahang dera hingga kedua pipinya terasa perih akibat kuku reno yang terlalu dalam menusuk ke pipinya
"pah, sa-sakit" dera mencoba melepaskan cengraman itu, namun nihil, tenaga reno jauh lebih besar
"apa yang sudah kamu lakukan pada rubi hingga dia menangis seperti tadi" ucapannya sarat akan ancaman
"a-aku ngak nyakitin ru-rubi pah" dera menggeleng kuat, matanya sudah berkaca kaca, pipinya terasa sangat perih
"jangan belajar jadi pembohong kamu dera !!!"
"de-dera ngak bohong pah" air matanya mulai mengalir deras
"AHHH " dera memekik kaget saat wajahnya diludahi oleh sang papah
Setelah melakukan hal menjijikan itu, reno bangkit lalu pergi dari kamarnya. Dera membersihkan bekas ludah diwajahnya dengan ujung kemeja seragam, dera memegangi dadanya, ia harus kuat , ia sudah berjanji tidak akan menyakiti atau membentak papahnya lagi
"sebegitu bencinya kah papah sama aku ? Aku pernah salah apa sama papah sampai papah terus terusan nyakitin aku" dera terisak, kepalanya kembali berdenyut sakit
Dera bangkit lalu duduk disamping ranjangnya, ia menatap langit sore yang mulai menguning. Dera terdiam, ia ingin sekali menyalahkan takdir atas apa yang telah ia alami selama ini"tuhan, ambil dera, dera udah ngak sanggup untuk tinggal didunia mu yang penuh rasa sakit ini" dera kembali menangis
"dera mohon.... " ia merintih sambil menunduk sangat dalam
"dera mohon tuhan...... Ambil dera" ia kembali terisak
Dera memejamkan matanya sejenak, saat dirasa Kepalanya sudah tidak berdenyut lagi, dera bangun lalu membereskan sisa kekacauan yang ia yakin disebabkan oleh ayahnya sendiri
"dera" dera menoleh dan melihat alexa sedang berdiri sambil menggendong rubi yang tertidur didalam dekapannya
"mamah ?"
Alexa mendekati dera lalu menatap matanya dengan sorot yang sulit diartikan
"kalau boleh tau, rubi kenapa nangis waktu tadi pulang sekolah ?" tanya alexa, ia pun akhirnya menceritakan semua kejadian tadi dengan rinci
Dibalik pintu kamarnya ada reno yang sedang menguping pembicaraan mereka, ada sedikit rasa sesal dalam hatinya karena telah melakukan hal kasar yang pasti melukai hati anak itu
"ohhh, kalau gitu, makasih yah udah jagain rubi disekolahnya"
"iya" alexa menatap dera kembali dengan pandangan heran
"dera, mata kamu kenapa sembap gini, kamu habis nangis yah ?"
"eh, eng-enggak kok mah, tadi mata aku kepentok pintu lemari jadinya merah sama bengkak gini deh" ucap dera mencoba beralibi
"ohh yaudah lain kali kamu hati hati ya"
"iya mah" setelah itu alexa meninggalkan dera sendirian
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad girl
Teen FictionNamanya Liana Derani Stevilla. Gadis cantik yang bernasib jelek. Terlalu banyak orang yang menoreh luka dalam kehidupannya membuat ia terkadang berfikir mengapa tuhan sejahat itu padanya dan terkadang sekelebat niat untuk mengakhiri hidupnya juga da...