33. cabe and the geng

3.7K 218 1
                                    

Mereka sampai disekolah tepat pukul 07.45. Vano menggenggam tangan dera dengan erat,  ia mengantarkannya bukan hanya sampai kelas namun hingga kursinya. Teriakan histeris yang biasanya mengiringi langkah vano kini entah kemana, biasanya vano akan terus tersenyum dan tertawa, namun sekarang jangankan tersenyum,  wajahnya justru menyiratkan rasa khawatir dan datar,  ditambah kondisi mata dera yang sembap seperti baru selesai menangis, membuat para fans vano seketika bungkam

"kalau ada apa apa,  kamu bisa hubungin aku, don't be sad princess" vano mengeratkan genggamannya lalu perlahan melapasnya,  vano mengeluarkan sesuatu dari saku celananya,  sebuah sapu tangan ungu muda dengan gambar mahkota dan namanya

Setelah vano menghilang dibalik pintu,  cleo, cilla, dan vivi segera mendekat, mereka menatap dera yang masih menunduk dengan tatapan kosong

"dera lo kenapa  ?" tanya cleo

"der,  lo gapapa kan  ?" tanya cilla dan dera hanya menggeleng

Dera bangkit ia, berjalan menuju kamar mandi,  ia berniat membasuh wajah sembapnya sebelum bel berdering,  karena jika dera mengikuti acara MOS dalam keadaan seperti itu akan sangat memalukan. Dera membuka pintu kamar mandi,  untung saja tidak ada siapa siapa disini, hanya dirinya dan pantulan bayangannya dicermin. Dera membasuh wajahnya diwestafell saat menatap kecermin ia melihat dibelakangnya ada vivi yang diam dengan tangan bersidekap,  ganyanya memang terlihat sombong namun tatapan dan raut wajanya menggambarkan kesedihan

"vi-vivi  ? Lo la-lagi ngapain di-disini  ?" tanya dera gugup

"gue ngak bakalan biarin sahabat gue sedih sendirian, karena kalau itu terjadi, berarti gue ngak berguna, mendingan gue ngak usah jadi sahabat lo" vivi mulai mendekati dera,  ia merentangkan tangannya dan dera dengan senang hati masuk kedalam pelukannya, ia merasakan vivi yang mengusap lembut punggunya

"gue ngak bakalan maksa lo buat cerita, cukup bisa nemenin dan jadi sandaran lo pas lagi sedih,  itu udah lebih dari cukup buat gue" vivi merasakan seragamnya mulai basah

Vivi mencubit pinggang dera hingga gadis itu terlonjak kaget, ia melihat vivi sedang kacak pinggang dengan wajah dibuat seolah merasa kesal

"ck,  lo tuh jangan nangis,  nih liat " ia menunjukan seragamnya " seragam gue jadi basahkan, nanti kalau basah jadi tembus pandang,  lo mau gue diliatin sama cowok cowok yang matanya kaya burung hantu gara gara baju gue Mendadak tranparan  ?" dera terkekeh geli ia malah kembali memeluk vivi lalu menggeleng gelengkan kepalanya sambil menyusutkan ingusnya pada bahu vivi

"ASTAGA  ?! SERAGAM GUE?!  " vivi berteriak kencang membuat dera tertawa lebar

"lo pikir seragam gue tisu apa  ?! Ahhhh baru kenal 2 hari aja lo udah berani nyusutin ingus bin najisin lo itu ke seragam gue,  gimana kalau lo kenal gue bertahu tahun, astaga ngak kebayang gue  bakalan jadi tisu berjalan kaya nya" vivi mengomel ngomel seperti emak emak yang kekurangan duit belanja

"lebay, udah ah,  bentar lagi bel nih,  nanti kita dimarahin kak citra" kata dera sambil menarik lengan vivi

"eh,  bentar - bentar, gue kebelet pipis nih" tanpa menunggu persetujuan  dera,  vivi segera masuk kedalam salah satu bilik wc perempuan yang konon katanya sih sangat seram,  dera menunggu sekitar 15 menit,  ia mondar mandir, bell sudah berdering dari 10 menit yang lalu dan si tisu berjalan itu belum kunjung keluar dari bilik wc. Dera menyentuh tengkuknya yang terasa seperti ditiup, dera segera berjongkok dan mengubur kepalanya dibalik lutut

"AAA, TOLONG,  PLEASE KUYANG JANGAN MAKAN GUE,  DAGING GUE PAITT"  dera berteriak histeris,  ia teringat cerita cilla jika dikamar mandi ini konon ada seorang hantu tanpa badan yang sering disebut kuyang itu

Sad girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang