14. Regret and punishment

3.9K 278 0
                                    

Dera terbangun dari tidurnya, ia tidak langsung beranjak dari ranjang. Ia menatap plafon diatasnya dengan pandangan menerawang

Kemarin setelah mengatakan hal itu ia langsung pergi ke kamarnya dan tidur, mengabaikan rasa lapar dan mencoba melupakan segalanya

Ada rasa penyesalan besar didalam hatinya setelah mengatakan hal yang seharusnya tak ia katakan. Jujur sebenarnya ia tak bermaksud seperti itu, ia hanya terbawa emosi dan suasana

Ia berjanji dalam hatinya mulai hari ini ia akan kembali bersikap baik dan sopan dan tidak akan balas berteriak saat papahnya memarahi ataupun membentaknya

Dera menghela nafas, ia bangkit dan meliat jam disampingnya, menunjukan pukul 06.15 ia harus buru buru, hari ini ada sesuatu yang penting

Ia bangkit dan segera mandi setelah itu ia memasak dan makan lalu bersiap pergi namun dera berhenti saat ia melihat alexa didepannya

"mamah  ? Ada apa? "

"dera. Bisa bicara sebentar. ?" kata alexa lembut

"maaf mah tapi aku buru buru, " ucapnya dengan tidak enak hati

"aku janji setelah pulang sekolah aku langsung ngobrol sama mamah, oke" dera segera meralat ucapan sebelumnya

"oke" alexa mengangguk lalu membiarkan dera pergi

Disekolah dera segera dipanggil keruang guru. Hampir semua guru berada disana dan itu artinya semua kelas sedang freeclass, karena dirinya tentu saja.

"dera silahkan duduk" kepala sekolah mempersilahkannya duduk disalah satu kursi disamping bu lisna dan berhadapan langsung dengan guru ppkn nya pak eko

"dera disini kami ingin membicarakan tentang kejadian kemarin, bisa kamu ceritakan kembali kejadian kemarin. ?"

Dera mengangguk dan mulai menceritakan semuanya dari awal ia disuruh oleh bu lisna hingga lelaki brengsek itu mencoba melakukan pelecehan seksual kepadanya

"jadi pak eko apakah yang diceritakan oleh dera itu benar. ?" tanya kepala sekolah

"ti-tidak. ! Dia bohong, saya tidak melakukan hal menjijikan seperti yang diceritakan oleh anak pembohong itu" katanya setengah berteriak

"jadi Siapa yang benar ?" tanya kepala sekolah itu

"pak eko tidak mungkin mengaku jika memang ia benar benar melakukannya. Seperti istilah 'mana ada maling yang akan mengaku bahwa dirinya seorang maling' pak eko juga pasti tidak akan mengaku karena jika ia mengaku maka karirnya sebagai guru akan berakhir dan ia juga akan dijarat hukum dengan tuduhan percobaan pelecehan seksual terhadap anak dibawah umur" kata bu lisna

"saya tidak pernah melakukan hal nista semacam itu, bu lisna" pak eko mengelak tidak terima

"mohon maaf pak tapi saya adalah wali kelasnya saya sudah tahu dan faham dengan sifat dan sikap dera. Ia adalah tipe anak yang cerdas dan baik, tidak mungkin ia menuduh atau bahkan melapor jika tidak ada alasan yang jelas" kata bu lisna sengit

"anak itu tidak selamanya baik. Bisa saja saya pernah berbuat salah padanya lalu ia memfitnah saya karena mempunyai dendam entah apa. ?"

"dera bukan tipe anak seperti itu" bu linsa terus saja membela dera dengan apa yang ia ketahui, guru guru mulai beradu pendapat, kebanyakan dari mereka mendukung bu lisna dan sebagian kecilnya membela pak eko

Dera mengedarkan pandanganya matanya menajam saat melihat benda kecil yang akan menjadi bukti kuat dan akurat. Dera tau kecerdasannya akan membantu ia memecahkan masalah, dera terkekeh sinis, ia melihat kearah guru ppkn itu dengan pandangan menusuk lalu bibir mungilnya mulai berdeham untuk mengambil alih perhatian

"cctv" ia berujar singkat membuat semua orang membelalak takjub dengan kecerdasannya. Lama sekali mereka berdebat tentang siapa yang salah, namun anak kecil itu justru menemukan hal yang bisa memecahkan masalah tanpa harus berdebat

"bagus dera" bu lisna tersenyum bangga sedangkan pak eko mulai pucat pasi didepannya

Mereka semua berjalan kearah komputer

"baiklah mari kita lihat rekaman cctv pukul  14.30"

Rekaman itu mulai diputar memperlihatkan dera yang sedang mengkoreksi dengan guru ppkn nya yang mencuri pandang padanya lalu semakin lama semakin jelas siapa yang bersalah

Klik

Rekaman dihentikan, semua mata tertuju pada guru ppkn itu

"jadi pak eko, sepertinya anda telah melakukan hal menjijikan dan nista " ujar bu lisna sinis

"sa-saya tidak melakukan hal itu"

"anda sudah terbukti salah masih saja mengelak" kata bu titi selaku kepala sekolah

Setelah itu semua anak anak disekolah dikumpulkan dilapangan upacara lalu didepan berdiri bu titi, bu lisna, pak eko, dan juga dera

"baiklah anak anak, hari ini pak eko akan diberhentikan secara tidak hormat oleh pihak sekolah karena telah melakukan percobaan pelecehan seksual terhadap ananda Derani"

Bu titi lalu berbicara panjang lebar. Setelah itu pak eko digiring menuju kantor polisi untuk dimintai keterangan dan hari ini pak eko telah resmi diberhentikan oleh pihak sekolah dan ia juga telah menerima ganjaranya di penjara, jadi dera tidak perlu takut lagi mulai sekarang.

Bel pulang sudah berdering, dera segera membereskan bukunya dan pulang kerumah ia sedikit terburu  buru, ia punya janji kepada mamahnya untuk bicara setelah pulang sekolah, sebenarnya ia juga penasaran dengan apa yang akan ibu tirinya itu bicarakan denganya

"dera pulang" dera berjalan memasuki rumah, ia melihat alexa sedang menonton tv

"dera. ? Sini duduk" dera mengangguk lalu duduk disebelah alexa

"mau cemilan " alexa menunjuk cemilan didepannya namun dera menggeleng, rasa penasaranya jauh kebih besar ketimbang rasa lapar

"mamah mau ngomong apa sama dera. ?" ucapnya to the point

"oh itu" mimik wajah alexa menjadi berubah serius, ia meletakan cemilannya lalu menatap dera dengan intens

"dera" panggilnya seraya memegang kedua bahunya

"kamu taukan kalau papah kamu itu orangnya keras kepala dan susah untuk mengkontrol emosinya. ?" dera mengangguk

"jadi mamah mohon sama kamu, tolong jangan ambil hati dengan apa yang papah kamu katakan, apapun itu" dera berteriak tidak terima dalam hatinya, bagaimana mungkin ucapan tajam dan menusuk itu tak bisa ambil hati, mustahil. Dera menatap alexa dengan datar, ia masih saja diam tak bersuara

"mamah mohon jangan usir kami dari rumah ini yah, sayang" ujar alexa

jadi itu tujuan utama alexa bicara dengannya, agar tidak diusir. ? Apakah ia takut jika dera juga mengelurkannya dari rumah ini  ? Baiklah kalau begitu

"mamah tenang aja selagi papah bersikap manusiawi dan mamah ngak berbuat macam macam sama dera, rumah ini adalah rumah kita semua" kata dera lembut namun sarat akan sindiran

"oke mamah janji ngak bakalan berbuat hal yang bisa membahayakan kamu dan mamah juga akan berusaha mencegah agar papah kamu tidak melakukan hal yang tidak di inginkan" alexa tersenyum lalu memeluk dera

Entah itu hanya perasaan dera saja atau memang pelukan alexa terasa berbeda dengan pelukan charlote, pelukan itu tidak setulus yang ia rasakan, dera menggeleng mungkin itu hanya perasaanya saja

"mah"

"hm  ?"

"boleh aku tanya sesuatu. ?"

"of course"

" tapi mamah harus jawab"

"iya"

"mamah tau ngak alamat rumah keluarga daddy di amerika"

Alexa tampak tegang ia menatap mata dera, ia menarik nafasnya lalu mengangguk

"sebentar"  ia berdiri lalu mengambil sebuah pulpen dan kertas lalu menulis sesuatu disana

"ini" alexa menyodorkan secarik kertas kecil kearah dera " emangnya buat apa. ?"

"aku mau kirim surat buat mommy" kata dera


Sad girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang