36. Threat

3.5K 219 3
                                    

Dera terbangun dipagi hari,  ia melihat beberapa pelayan tengah mempersiapkan  perlengkapannya,  mulai dari tas baju hingga sarapan,  dera turun dari ranjang dan masuk kedalam kamar mandi. 15 menit kemudian ia sudah selesai, dera terdiam kala melihat seorang pelayan tengah menatap tiara di ranjangnya dengan pandangan yang sulit dicerna

"EKHM " dera berdeham keras, dan pelayan itu terlonjak, dera menatapnya dengan pandangan dingin

"keluar dari kamar saya,  mulai sekarang kamu tidak memiliki tugas mengurusi saya,  kamu bertugas di taman belakang" ucap dera tegas, ia langsung mengambil tiara itu dan menaruhnya di brangkas, dera menghela nafas,  hanya felly yang bisa ia percaya untuk mengurusi barang barang mahalnya tanpa harus takut diambil atau dicuri

Dera jadi ingat,  kemarin setelah perbincangan itu,  dera mengantar felly menuju tempat barunya, dimana ia akan bekerja mengurus seorang anak laki laki,  dera sempat melihat anak itu,  tatapannya tampak suram dan menyedihkan, persis seperti dirinya,  hanya saja anak itu tak memiliki bekas luka apapun ditubuhnya.  Mungkin yang sakit adalah batinya, pikir dera.  Hal itu membuat dera semakin lega karena memilih melepas felly. Felly dan keluarga itu mempunyai kesepakatan, ternyata benar,  felly bukan pengasuh sembarangan, ia mengajukan syarat pada hari sabtu dan minggu ia libur dan ia bebas kamanapun, ternyata felly mengajukan hal itu bukan tanpa sebab.  Ia ingin sabtu dan minggu menjadi waktunya bertemu dan bersama dengan dera, mendengar hal itu membuat dera terharu

"dera kamu lagi ngapain, itu vano udah nunggu dibawah" dera tersadar  dari lamunannya ia mengangguk sebentar. Ah ia lupa,  neneknya itu pasti mengenal vano dengan baik,  karena papah vano dan papahnya dulu bersahabat, jadi nenek pasti pernah beberapa kali bertemu dengan vano apa lagi vano sekarang semakin dekat dengannya

Dera turun dengan seragam lengkap,  ia melihat vano yang duduk disebelah kiri neneknya,  tepat dihadapannya.

"good morning nek" dera mencium pipi zura dengan sayang

"aku enggak  ?" vano menunjukan pipinya kearah dera

"ngak "

"kenapa  ?"

" soalnya kakak jelek" ucapnya asal membuat vano tertawa renyah

"kamu orang pertama yang bilang kalau aku itu jelek " melihat hal itu zura hanya tersenyum tipis

Mereka mulai sarapan dalam diam,  setelah sarapan, dera menyalami zura dan mencium pipi wanita tua itu. Ia keluar dari gerbang dengan menaiki motor vano

"besok besok kalau mau bernagkat meningan pake mobil aku aja kak" usul dera " terus nanti motornya tao dibagasi aja"

"ngak ah " tolak vano

"kenapa ?"

"kalau naik mobil,  kamu ngak bisa meluk kakak kaya gini" pipi dera memerah ia melepaskan tangannya dari perut vano namun laki laki itu segera menahanya dan mengembalikannya ketempat semula,  dera bersyukur ia ada dibelakang jadi vano tidak bisa melihat wajahnya yang sudah seperti kepiting rebus,  tapi ia salah, mungkin dera lupa fungsi kaca spion itu untuk apa,  vano yang melihat dera malu dengan wajah memerah seperti itu terkekeh pelan,  adik kecilnya sudah tumbuh menjadi gadis cantik namun tetap menggemaskan

"oke princess,  kita udah nyampe" vano membantu dera untuk turun

"hari ini aku ada acara penting di luar sekolah, kalau ada apa apa telfon aja " kata vano setelah mereka sampai didepan kelas

"ngak usah repot  repot.  Vivi jauh lebih galak dari kakak" vano mengerti maksud dera ia mengangguk lalu mengacak rambut dera penuh sayang

"oke, see you" ucap vano, dera mengangguk ia kemudian duduk dibangkunya

Sad girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang