Chapter 6. Hipotermia

11.8K 1.4K 32
                                    

Baru satu minggu berdekatan dengan Tessa, Nate mengalami Hipotermia hingga harus dilarikan ke rumah sakit. Awalnya menggigil, sesak nafas, hingga menurunnya tingkat kesadaran.

Tessa, Rob dan Tom menungguinya di depan pintu Ruang pemeriksaan. Mereka bertiga cemas saat tiba-tiba Nate jatuh pingsan di Kampus.

"Apa Nate pernah mengeluh sakit?" tanya Tom pada Rob.

"Seingatku dia sangat sehat, terutama belakangan ini. Semangatnya seperti akan menghadapi perang," sindir Rob mengenai hubungan Nate dan Tessa.

Sejak tadi Tessa hanya diam dengan wajah cemas dan menjaga jarak dari kedua teman Nate ini.

Dokter keluar, Rob dan Tom langsung menghampiri. Sementara Tessa hanya mampu berdiri cukup jauh karena tak ingin mereka semua kedinginan. Dia meremas tangan, menatap cemas dan menajamkan pendengarannya.

"Dok, apa teman kami baik-baik saja?" tanya Rob sambil melongo ke dalam.

"Untungnya tidak ada komplikasi, jadi keadaan Nate akan segera pulih. Tapi..." dokter nampak ragu melanjutkannya.

"Apa, dok?" tanya Rob dan Tom bersamaan.

"Apakah Nate bepergian ke tempat yang bersuhu rendah akhir-akhir ini?" tanya dokter itu.

Rob dan Tom menggeleng dengan kening berkerut. Nate hampir setiap hari terlihat di Kampus, bersama Tessa tentunya.

"Cukup aneh, mengingat kita berada di musim panas dan Nate terkena Hipotermia," jelas dokter dengan wajah bingung. Kemudian dia mendesah dan berkata, "mungkin saja dia terlalu lama mengenakan pakaian basah atau berenang."

Rob dan Tom refleks menoleh ke arah Tessa di belakang mereka. Wanita itu juga refleks mundur.

"Untuk saat ini yang bisa kita lakukan adalah membiarkan Nate tetap hangat. Jadi, ingatkan dia untuk tidak pergi di malam hari, apalagi saat sedang hujan."

Rob dan Tom mengangguk.

"Kalian boleh masuk," suruh dokter menepuk pundak Rob dan Tom.

"Terima kasih, dok."

Dokter pun meninggalkan tempat itu. Awalnya dia merasa sangat dingin saat melewati Tessa, namun belum sempat memikirkannya suhu menjadi normal kembali ketika telah melewati Tessa.

"Tess, kau tidak ingin masuk?" tanya Rob, masih memegangi pintu agar tidak tertutup.

Tessa menggeleng, "kalian saja," suruhnya tersenyum kecut.

✿ ✿ ✿

"Mana Tessa?"

Rob dan Tom mendengkus. Mereka baru saja masuk dengan wajah cemas bukan kepalang, Nate malah menanyakan Tessa.

"Kau tidak ingin melihat kami?" tanya Rob menggerutu.

"Aku senang kalian di sini. Tapi mana Tessa?" ulang Nate lagi. Dia yang sakit, tapi dia juga yang terlihat cemas.

"Tenang Nate, kau seperti laki-laki yang baru saja mengenal cinta. Tessa ada di liar, dia tidak ingin masuk," beritahu Tom.

Nate terlihat gelisah dan terus menoleh ke arah pintu. Dia sedang menunggu. "Bisa kalian ajak dia masuk?" mintanya. "Bilang padanya aku sangat ingin bertemu."

Rob dan Tom saling pandang. Lalu Tom bertanya lebih dulu, "apa kalian sedang bertengkar?"

Cklek.

Pintu ruangan itu terbuka dan Tessa muncul. Nate lupa, bahwa dia tidak perlu meminta kedua temannya menyampaikan, Tessa bisa mendengar percakapan mereka.

"Ehm, kami sepertinya akan ke kantin. Kalian bicara saja," ujar Tom menarik Rob.

Tessa masih berdiri di dekat pintu saat Tom dan Rob pergi. Dia tidak ingin mendekat. Kedua tangannya saling meremas, ada kegundahan yang terpendam di hatinya.

"Kau tidak ingin mendekatiku?" tanya Nate.

"Aku di sini saja. Kondisimu akan semakin buruk kalau aku mendekat," beritahu Tessa.

Nate memandang lekat pada sorot mata Tessa. Dia yakin, wanita itu pasti sedang merasa bersalah saat ini. Tidak bisa dipungkiri, Nate memang terkena Hipotermia karena terlalu lama berada di suhu rendah saat berdekatan dengan Tessa.

"Tess..."

"Baru tujuh hari, Nate," potong Tessa. "Bagaimana kalau sebulan? Setahun?"

"Apa masksudmu?"

"Sejak awal seharusnya kita sadar kalau ini tidak mungkin, Nate. Kau dan aku, kita terlalu berbeda."

Nate tidak suka mendengar itu. "Kemarilah," suruhnya dengan tegas.

Tessa justru melangkah mundur.

"Tessa..." panggil Nate dengan penuh emosi.

Melihat Tessa tetap keras kepala, Nate melepas masker oksigen dan infus di tangannya. Dia turun dari ranjang, melangkah lebar mendekati Tessa.

"Nate, kau akan..."

Tessa memejamkan matanya saat Nate menariknya dan menciumnya. Bibirnya dilumat sedemikian rupa, Nate sedang melampiaskan emosi lewat ciuman itu.

"Aku tidak perduli, kau dengar? Jadi jangan pernah mencoba mengakhiri ini, Tessa." Nate mulai merasa sesak nafas.

"Nate..." Tessa menatap cemas pada pria itu.

Sangat cepat, tanpa bisa dirasakan, Nate sudah berbaring di atas ranjang rumah sakit.

"Tetaplah di sini, aku akan memanggil dokter," ujar Tessa. Dia pun keluar dari kamar itu.

Dokter dan dua pesawat datang untuk melihat kondisi Nate. Begitu masuk ke ruangan itu, mereka menggigil. Tessa ingin keluar, tapi Nate memberikan kode lewat gelengan kepala agar dia tetap di sana.

"Natalie, apakah pendingin ruangan ini baru diganti? Kenapa sangat dingin?" tanya dokter terkejut.

"Saya tidak tahu, dok," jawab perawat itu.

"Dok, bisa tolong matikan saja AC-nya? Saya merasa kedinginan," minta Nate. Padahal penyebab rendahhya suhu bukan karena pendingin ruangan itu.

Salah seorang perawat langsung menuju lemari dan mengambil remote. Dia menekan off pada remote sehingga pendingin ruangan itu mati.

"Kenapa dilepas, Nate? Kau membutuhkan ini untuk pemulihan," ujar dokter sambil memasang kembali jarum infus ke tangan Nate.

"Aku hanya tidak terbiasa dok," jawab Nate asal.

"Sebaiknya kau tetap memakai ini agar segera pulih. Suhu tubuhmu masih sangat dingin," beritahu dokter itu.

Nate mengangguk patuh.

Setelah memastikan Nate baik-baik saja, dokter dan dua perawat itu pergi. Tessa bisa mendengar bisik-bisik tentang keadaan dingin yang tidak normal di ruangan itu.

"Kau masih tidak ingin mendekat?" tanya Nate dengan nada sedikit mengancam. Dia akan melepas infus itu kembali bila Tessa menantangnya. Nate tidak lagi takut, dia punya cara untuk membuat Tessa datang seandainya wanita itu memilih untuk menghilang.

"Aku akan di sini, mengawasimu. Bila aku mendekat, kesehatanmu akan memburuk dan mereka semua akan mengetahui penyebabnya," urai Tessa.

Nate menghela nafas. "Kau mau tahu cara agar bisa berdekatan denganku, Tessa?" tanya Nate.

Tessa menatap Nate lekat.

✿ ✿ ✿

Cieeeeee digantung cam jemuran belum kering, xoxo.

Biarin, sengaja. Biar kalian makin penasaran dan menebak-nebak.

Pssttttt, bocoran next part bakal ada adegan ehem-ehem, baru akan update setelah vote 1k+

Spam komentar yuk...

Cold Women (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang