Hari ini, Putri Emily membawa seorang pengabdi yang ditemukannya di hutan saat berburu. Total sudah ada sembilan orang pengabdi yang melayaninya. Dia memang Putri yang suka bertindak semana-mena, manja dan penindas tak berhati nurani.
"Ibu, kenapa Tessa tidak memiliki pengabdi? Bukankah dia seorang Putri dan sudah seharusnya dilayani?" tanya Emily dengan nada meremehkan.
Vampire hanya dilayani oleh pengabdi yang berasal dari manusia, karena sesama Vampire derajatnya dianggap sama. Perbedaan hanya terdapat pada kasta siapa yang di atas dan di bawah. Namun sekalipun sangat di bawah, mereka tidak akan dijadikan pelayan.
"Emily benar, aku pun berpikir kalau seharusnya Tessa memiliki satu orang pengabdi." Ratu Anela membenarkan.
Raja Volta tidak mengurusi hal sekecil ini, dia lebih sibuk membahas tentang kerajaan bersama menterinya. Obrolan ringan antar keluarga ini terjadi di ruang santai kerajaan, hanya dihadiri oleh para kerabat saja.
"Aku tidak membutuhkannya, Ibu. Aku bisa melakukan segalanya sendiri," tolak Tessa.
Emily tersenyum sinis. "Kau benar-benar tidak mewarisi darah Vampire, Tessa. Tingkahmu seperti manusia." Sejak dahulu dia memang tidak menyukai Tessa, karena Ayah dan Ibunya yang lebih menyayangi adiknya itu.
"Sejak kecil memang terlihat siapa yang lebih mewarisi darah Vampire," balas Tessa sinis.
"Sudah-sudah. Kenapa kalian meributkan tentang darah yang sama di tubuh kalian? Itu tidak ada gunanya." Ratu Anela menyela. "Tessa, kau tetap akan mendapatkan seorang pengabdi. Aku sudah meminta Lion menyerahkan satu pengabdinya padamu."
Seketika Tessa mengerti maksud terselubung Ibunya itu. Dia pun tidak menentang lagi, malah rasanya senang sekali.
Lion datang bersama Nate. "Ibu, aku sudah membawakan yang kau minta." Nate maksudnya.
"Bagaimana Tessa, dia sepertinya tidak buruk untuk melayanimu?" tanya Ratu Anela.
Emily menatap curiga pada Nate yang dirasa tidak asing. Dia merasa ini suatu kebetulan. "Bukankah kau baru saja membawa dia ke kerajaan ini? Bagaimana mungkin orang yang tidak berpengalaman kau jadikan pelayan Tessa?" tanyanya penuh sindiran.
"Ibu yang memintanya, Emily. Tessa dan Lion memiliki perbedaan, tentu Tessa tidak akan nyaman bila pelayannya cenderung mengikuti gaya Lion. Jadi, Ibu harap pengabdi baru ini akan belajar mengikuti cara-cara Tessa."
Emily tidak dapat berkata apa-apa lagi. Dia diam saja saat Nate disuruh mendekat oleh Ibunya. Seperti biasa, pengabdi baru harus dipastikan memang seorang pengikut vampire. Nate perlu membuktikan itu dengan meminum darah majikannya.
"Berikan darahmu, Tessa." Anela memerintah.
Tessa memandang Nate, ingin rasanya dia tertawa melihat ekspresi pria itu.
Nate meneguk ludah. Dia kembali teringat bagaimana meminum darah Lion, membuatnya mual kembali. Apa darah Tessa akan sama menjijikkannya seperti itu?
Tessa mengambil pisau kecil, lalu menyayat telapak tangannya. Agar Nate tidak bertambah mual melihat luka dari sayatan, digenggamnya tangannya dan darah mulai menetes.
Lion mendorong Nate, membuatnya tak bisa berkutik lagi. Dipegangnya tangan Tessa, sambil menahan nafas mengarahkan tetesan darah ke mulutnya yang menganga.
Tessa tersenyum.
Nate terpana. Aroma darah Tessa tidak seperti Lion, rasanya pun sangat manis seperti late harvest. Jangankan sedikit, kalaupun harus meminumnya sampai kenyang Nate tidak menolak. Seakan sudah mabuk, Nate mengisap langsung dari luka yang menganga. Rakus dan tak mau berhenti.
"Cukup!" suruh Ratu Anela. "Kau telah membuktikan pengabdianmu." Dia memberikan kode lewat kibasan tangan agar Nate menjauh.
Nate mengelap bibirnya, tersenyum menyeringai pada Tessa.
"Mulai sekarang, kau harus setia pada Putri Tessa Volta, calon pewaris tahta kerajaan Volta. Perlu kau ketahui bahwa statusmu tetaplah seorang pelayan sekalipun kau melayani calon Ratu."
"Baik, Ratu. Saya akan mengingatnya dengan baik." Nate membungkuk penuh hormat. Bisa dia lihat Tessa tersenyum.
"Dia belum tentu menjadi Ratu," sinis Emily.
"Apa maksudmu, Emily? Kau lupa kalau Ayahmu telah menunjuk Tessa menjadi Ratu di kerajaan ini, menggantikannya? Atau kau masih belum puas dengan keputusan Ayahmu?" Ratu Anela memang terlihat pilih kasih, mungkin karena itu Emily sangat membenci Tessa.
"Selama dia tidak menerima syarat dari Pangeran Philips, maka posisi itu masih harus diragukan, Ibu. Tessa bisa saja meruntuhkan kerajaan ini karena sifat pembangkangnya itu."
"Diam saja kau!"
Emily mendengkus dan pergi dari situ. Sebelumnya, dia lebih dulu menatap Tessa sinis, juga Nate. Kepalanya pasti berisi rencana jahat.
***
"Bagaimana bisa darahmu semanis itu? Maksudku ... aku sudah mencicipi darah Lion dan rasanya ..." Nate masih harus memikirkan kalimatnya agar tidak terkesan kasar. Lion saudara Tessa.
"Menjijikkan?" tanya Tessa di sela tawa.
Nate tercengir.
"Aku tidak meminum darah manusia. Tidak seperti mereka yang menjadikan itu sebagai menu utama. Jadi mungkin itu sebabnya."
"Ah iya ... istilahnya kau ini vegetarian. Sementara mereka pemakan segala, sama seperti aku." Nate tergelak.
Tessa ikut tertawa.
Sejak Nate menjadi pelayan Tessa, mereka jadi punya waktu bersama nyaris 24 jam setiap harinya. Tessa yang memang jarang keluar dari kamar sejak kedatangannya, tidak membuat siapapun curiga.
"Nate, apa kau menuruti permintaanku nanti?" tanya Tessa sembari naik ke pangkuan pria itu.
"Permintaan seperti apa?"
Tessa menurunkan wajah mencium bibir Nate. Dia menyesap bibir atas dan bawah bergantian, memancing hasrat pria itu. "Apapun. Kau bersedia?" tanyanya di sela ciumannya pada daun telinga Nate.
Nate mendesah, "Tidak semuanya. Kau berhak meminta apa saja kecuali memintaku meninggalkanmu." Kini gilirannya mengambil alih ciuman, melumat bibir Tessa dengan rakus.
Tessa mendesah. Tubuhnya terbanting ke atas kasur dan dikuasai penuh oleh Nate. Pakaiannya dilicuti dengan kasar dan dilempar begitu saja. "Kau benar-benar berani dengan calon Ratu kerajaan Vampire, Mr. Hawkins."
"Aku pandai membuat calon ratu ini mendesah," ucap Nate sebelum akhirnya melesak masuk ke dalam tubuh Tessa.
Nate benar, Tessa mendesah dengan kerasnya.
***
Ehem 🤭
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Women (SELESAI)
VampirWarning: Banyak adegan dewasa di dalamnya (Adult romance) Tessa Volta, dia adalah Mahasiswi yang sangat sulit didekati, sehingga mendapatkan predikat Anti Sosial. Cantik, berkulit putih dan sedingin es. Meski tidak memiliki teman, Tessa merasa hidup...