Tessa terlihat semakin gugup ketika Nate terus menatapnya di sela-sela makan siang mereka. Makanan yang sudah dikunyah jadi sulit tertelan, membuatnya minum berkali-kali. Tessa memegang dadanya, ada debaran aneh yang terasa akan meledak di dalam sana.
"Nate, sekarang kau harus ceritakan apa yang terjadi pada kami." Sang Ayah meminta.
Fokus Nate pun teralihkan. "Tentang apa, Ayah?" tanyanya.
"Segalanya. Tentang kau yang pergi ke mana dan Tessa yang hilang ingatan." Juliet yang menjawab.
"Baiklah, aku akan memulai dengan Tessa lebih dulu." Nate sudah menyusun banyak kebohongan di kepalanya sejak lama. Dia tahu hari ini pasti akan datang.
Tessa memandang sesekali ke arah Nate, dia pun penasaran tentang dirinya sendiri.
"Tessa mengalami kecelakaan mobil. Dia koma selama berbulan-bulan, hingga akhirnya terbangun dan kehilangan ingatannya." Ini terdengar masuk akal, sering terjadi pada kecelakaan fatal pada umumnya.
"Kenapa saat aku terbangun, aku ada di apartemenmu, bukan rumah sakit? Lalu kenapa tubuhku tidak ada bekas luka sama sekali?" tanya Tessa.
Tessa ternyata sangat pintar. Kecerdasan otak wanita itu tidak berkurang meski bukan vampire lagi. "Itu karena kau sudah keluar dari rumah sakit. Kau mungkin lupa dengan apa yang terjadi sebelumnya, Tessa." Nate mulai berbicara tidak jelas. "Soal luka, memang tidak ada. Hanya kepadamu yang terbentur, karena mobilmu menabrak pembatas jalan dan ada benturan yang sangat keras." Apakah itu masuk akal? Nate mulai meragukannya.
Tessa pun tampaknya tidak percaya. Tentu saja cerita Nate sedikit janggal.
Sementara orang tua Nate malah sangat meyakini kebenaran cerita itu, mereka menunjukkan rasa iba pada Tessa. "Lalu kenapa kau meninggalkan Tessa, Nate? Dia seperti orang linglung saat kami datang," tegur Juliet.
"Aku mengunjungi Ibu dan adiknya di desa, Ibu. Mereka harus tahu kabar tentang Tessa, itu sebabnya ..."
"Mereka ada di kota ini?" potong Tessa. Dia lebih tertarik mendengar tentang keluarganya ketimbang kecelakaan itu.
"Ya, ada di apartemenku."
"Kenapa tidak kau ajak ke sini?" tanya Owen tak habis pikir.
"Aku pikir Tessa memerlukan waktu untuk mengingat kembali tentang keluarganya, Ayah. Dia pasti akan kaget bila dipaksa untuk mengingat."
"Kau benar." Owen dan Juliet mengangguk.
Semakin janggal, Tessa menunjukkan ekspresi yang sulit digambarkan.
"Nate, kau memakai contact lens?" tanya Juliet begitu memperhatikan.
Ah, ya! Ini yang berbeda dari foto Nate, yang Tessa pikirkan sejak tadi. Warna mata Nate berbeda dengan di foto dan rasanya itu jenis warna yang aneh, meski sangat indah.
"Iya Ibu, mataku sedikit bermasalah. Jadi aku memakai contact lens." Nate mengerjapkan matanya.
"Kenapa warnanya sangat aneh? Seperti gunung es. Apakah itu transparan?" Juliet semakin menatap lekat.
Nate berusaha menghindari tatapan semua orang. "Ini sedang trend, tidakkah kalian tahu?" kekehnya.
"Kau seperti vampire," celetuk Owen.
Seketika Nate tersedak. Dia baru tahu kalau ternyata Vampire bisa terkejut juga. "Ayah, leluconmu sangat konyol," omelnya sambil minum.
Owen dan Juliet tetap saja membahas mata Nate yang menurut mereka tidak bagus. "Cobalah cari warna yang sama dengan matamu, biar tidak aneh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Women (SELESAI)
VampireWarning: Banyak adegan dewasa di dalamnya (Adult romance) Tessa Volta, dia adalah Mahasiswi yang sangat sulit didekati, sehingga mendapatkan predikat Anti Sosial. Cantik, berkulit putih dan sedingin es. Meski tidak memiliki teman, Tessa merasa hidup...