Chapter 9. Hot and Cold

15.3K 1.2K 136
                                    

Nate tiba-tiba merasa kedinginan, dia menggigil sampai bibirnya bergetar hebat. Sekujur tubuhnya seakan beku sehingga sulit untuk digerakkan. Jangankan itu, untuk menyebut nama Tessa saja dia tidak sanggup.

Kenapa denganku?

Di mana Tessa?

Apakah suhu tubuhnya kembali dingin?

Dengan mengerahkan segenap tenaga, Nate berusaha untuk menolehkan kepalanya. Barulah dia sadar kalau saat ini, dia dikelilingi sekumpulan Vampire bertaring dengan wajah pucat yang begitu seram. Para Vampire itu menyeringai, seakan sedang marah dan ingin menggigitnya.

"Si-siapa kalian?" tanya Nate dengan suara terbata. Saking dinginnya, bibir terasa seperti tidak bisa digerakkan lagi. Dia berupaya mundur, namun tubuhnya menyentuh sesuatu yang terasa hangat. Tessa?

Nate menoleh ke belakang dengan cepat, kedua matanya melebar begitu besar melihat Tessa penuh darah dengan dada sampai perut tercabik-cabik.

"TESSA!" jerit Nate.

✰✰✰

"Nate, kau kenapa?" Tessa menggoyang tubuh Nate, berupaya membangunkan pria itu. Dia menatap cemas pada Nate yang menjerit-jerit dengan mata terpejam.

Nate terbangun dan langsung duduk, nafasnya tersengal-sengal. Ketakutan terlihat jelas di wajahnya, dia menoleh pada Tessa dan langsung memegang pipi wanita itu. Memegang dengan kuat seolah ingin membuktikan kalau yang dipegangnya itu nyata.

"Ini aku, tenang lah. Ada apa?" tanya Tessa memegang kedua lengan Nate.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Nate dengan wajah yang tetap cemas. Dia menarik selimut yang Tessa jepitkan ke bawah ketiak, memeriksa dada dan perut wanita itu. Nafasnya terembus lega melihat tubuh Tessa masih mulus dan utuh.

"Apa kau bermimpi buruk?" tanya Tessa memiringkan kepalanya untuk bisa menatap Nate yang sedang menunduk.

Nate mengangguk dan menghela nafas. "Sangat buruk," jawabnya.

"Seperti apa?"

"Aku melihat banyak Vampire di sini, mereka bertaring dan ingin menggigitku. Selain itu, aku melihatmu berdarah-darah." Nate mengusap wajahnya, berusaha menghalau mimpi itu dari ingatannya.

Wajah Tessa agak sedikit berubah, dia sepertinya mencemaskan sesuatu. Tapi sebelum Nate menyadari itu, Tessa cepat-cepat tertawa sumbang. "Kau ini, mengagetkanku saja. Itu cuma mimpi, Nate, jangan terlalu kau pikirkan."

"Tapi rasanya seperti nyata, Tess."

"Aku baik-baik saja, Kau lihat?"

Nate memperhatikan Tessa begitu lekat, wanita itu memang baik-baik saja. Bahkan masih hangat. Dipeluknya Tessa dengan erat, "Aku sangat mencintaimu, Tessa. Jangan pernah kau tinggalkan aku," bisiknya.

Tessa menepuk-nepuk pundak Nate untuk menenangkan pria itu. Dia tidak menjawab, seperti terlalu berat untuk berjanji. Mimpi Nate tadi, sedikit mengganggunya. Dia penasaran, apakah bangsa Vampire tidak mengetahui tentang hubungannya dengan manusia?

Mustahil rasanya bila tidak tahu.

Tessa terkejut saat Nate melepaskan pelukan dan malah menarik kakinya, dia sampai berbaring lagi. Kedua kakinya berada di pundak pria itu, miliknya tepat berhadapan dengan wajah Nate.

"Aku ingin melupakan mimpi itu dengan melakukan sesuatu yang aku sukai. Nikmatilah," ujar Nate dengan senyum jahilnya.

Tessa mencengkram erat bantal saat lidah Nate menjilati bagian bawah sensitifnya, turun naik secara cepat dan penuh tekanan. Dia melenguh, sembari meremas rambut Nate dan mendorong kepala Pria itu untuk lebih ke dalam.

Nate begitu menikmati jilatannya, dia menyelinginya dengan kecupan. Jarinya ikut bermain, menusuk ke dalam secara pelan dan keluar masuk. Sementara satu tangan lainnya, meremas dada Tessa secara bergantian.

"Ahhhh." Tessa menaikkan bokongnya saat terasa makin berkedut nikmat. Dia menggelinjang hebat, jari Nate menekan dan menghujam di bawah sana dengan cepat.

Belum sampai Tessa pada puncaknya, Nate mengarahkan kejantanannya memasuki wanita itu. Menghujamnya dalam-dalam dan cepat. Dia membungkuk, menjilati puncak dada Tessa sampai mengeras. Lalu menghisapnya seperti bayi. Bokongnya terus bergoyang cepat, memberikan kenikmatan demi kenikmatan untuk mereka berdua.

"Ahhhhh." Keduanya sama-sama merasakan pelepasan. Nate langsung menghadiahi bibir Tessa dengan ciuman yang liar agar gairah wanita itu tidak segera padam.

"Sekali lagi," bisiknya pada Tessa.

Tessa menurut saat tubuhnya dibalik dan Nate kembali menyatukan milik mereka. Kenikmatan kembali datang, tanpa ampun.

✰✰✰

Suhu tubuh Tessa kembali dingin, dia merasa sedikit tidak enak badan. Penglihatannya agak sedikit buram, ini biasa terjadi setiap kali perpindahan suhu dari panas ke dingin.

"Kenapa kau menolak meminum darahku lagi?" tanya Nate protes. Dia sudah menawarkan darahnya untuk Tessa minum, akan tetapi wanita itu menolak.

"Jangan biasakan aku untuk meminum darah manusia, Nate. Aku bisa kembali menjadi monster yang mengerutkan."

"Kau bukan vampire yang jahat, Tessa."

"Aku bisa menjadi jahat saat darah manusia lebih dominan di tubuhku."

Nate menghela nafas. "Apa tidak ada cara lain untuk membuatmu tetap hangat?" tanyanya.

Hanya ada satu cara, Nate.

"Tidak ada," jawab Tessa kemudian. Dia mengalihkan pandangannya ke luar jendela, di mana salju mulai turun. "Aku sebaiknya mengantarmu pulang, kau bisa mati kedinginan saat bersamaku tanpa matahari."

"Tidak. Aku ingin tetap di sini. Kita bisa menyalakan kayu bakar agar aku tetap hangat," tolak Nate.

"Nate, jangan keras kepala."

"Kau saja sangat keras kepala, Tessa." Nate mendekati tungku perapian, dia menyusun kayu bakar dan menyalakan api di situ. Tubuhnya mulai terasa dingin, musim salju sepertinya memicu rasa dingin yang lebih kuat saat bersama Tessa.

"Kemarilah," ajak Nate.

"Tessa menggeleng."

"Kau yang kemari atau aku yang akan menghampirimu," ancam Nate. Entah mengapa dia merasa Tessa akan meninggalkannya, seperti ada yang berbeda dengan cara wanita itu menatapnya.

Tessa pun menyerah dan menghampiri Nate. Mereka duduk bersisian di depan api yang mulai membesar. Bisa dia rasakan tubuh Nate bergetar kedinginan, nyala api itu tidak cukup panas untuk mengalahkan suhu tubuhnya yang seperti es.

Nate memeluk tubuhnya sendiri, matanya sedikit meredup. Dia berupaya menahan kelopak matanya tertutup, namun begitu sulit. "Aku pasti bisa menyesuaikan diri denganmu, beri aku waktu," ujar Nate dengan suara bergetar.

Tessa menoleh pada Nate, dia tidak bisa membiarkan pria itu mati kedinginan. Meski mungkin akan membuat Nate marah dan kecewa, Tessa harus melakukan ini untuk kebaikan pria itu.

"Maafkan aku," ujar Tessa tanpa sebab.

Nate menoleh dengan wajah garang, dia sangat paham maksud permintaan maaf Tessa itu.

✰✰✰

Kapan update lagi?
Jawabnya, tergantung dari antusias kalian buat nge-vote dan Komen.

Kalau sepi, ya ... nanti-nanti aja update-nya.

Soalnya, penulis itu semangat nulis kalau yang baca juga rame kasih semangatnya. Kalau kalian vote dan komen aja males, apalagi Momi yang harus nulis panjang lebar.

Saling menghargai kuncinya.

So, kapan mau update?

Cold Women (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang