Chapter 16. Kingdom

4.6K 589 48
                                    

Nate terpelongo melihat apa yang Lion sebut dengan Istana Vampire. Jauh di luar ekspektasinya tentang bangsa penghisap darah itu, kerjaan ini sangat megah layaknya dunia dongeng. Terletak di dalam hutan yang luasnya tidak akan terjangkau oleh manusia, di sinilah bangsa Vampire bersembunyi dan menikmati hidup mereka.

"Welcome to our kingdom," ucap Lion sambil merentangkan tangan.

Kekaguman Nate seketika lenyap saat beberapa kawanan Vampire keluar dari gerbang besar itu. Mereka sangat seram dengan taring terselip di sudut bibir, bola mata seindah gunung es dan pucat seperti mayat. Satu hal yang baru Nate sadari, dia tidak merasakan dingin sama sekali setelah meminum darah Lion.

"Bersikaplah santai, atau mereka akan menerkammu." Lion berkata dengan gerakan bibir datar.

Nate meneguk ludah.

"Pangeran." Kelima kawanan Vampire itu membungkuk di depan Lion. Lalu menoleh pada Nate dengan wajah tidak bersahabat.

"Dia pengabdiku yang baru," beritahu Lion.

Para kawanan vampire itu sepertinya tidak percaya, mereka mengendus Nate dengan teliti. Sekujur tubuh Nate meremang, dia lebih siap menghadapi ribuan preman daripada Vampire.

Ini adalah prosedur yang memang harus dilewati seorang manusia ketika datang ke Istana. Sekalipun dibawa langsung oleh Pangeran. Manusia dianggap ancaman bagi kepunahan bangsa Vampire, itu sebabnya mereka harus berhati-hati.

"Baiklah Pangeran, silakan masuk." Semua langsung mundur setelah yakin Nate bersih.

Lion melangkah, diikuti Nate di belakangnya. "Ingatlah, kau seorang pengabdi, jadi jangan banyak bicara. Hanya menjawab bila ditanya."

"Aku mengerti. Di mana Tessa?"

Lion menghentikan langkah dan melotot pada Nate. "Kenapa Tessa bisa mencintai manusia bodoh sepertimu? Sudah kubilang, jangan sembarangan menyebut nama Tessa. Dia calon pewaris kerajaan ini, Ratu dari segala Ratu Vampire. Kau akan dihukum bila menyebut namanya lagi."

Nate meneguk ludah. "Di mana Ratu Tessa?" ulangnya.

"Kau bahkan tidak berhak mencaritahu tentangnya. Jangan tunjukkan kalau kalian saling mengenal." Lion kembali melangkah.

Nate mendengkus. Kalau saja dia tidak dibawa oleh Lion yang berjasa ini, sudah dia taburi garam tubuh vampire itu. Oh ya, Nate baru mengetahui kalau Vampire akan kehilangan kekuatannya bila terkena garam. Terdengar sangat mudah seandainya yang kau hadapi hanya satu orang Vampire. Jadi, itu sebabnya mereka selalu berkelompok. Mereka sangat cepat, belum sempat kau menyiram garam ke tubuh mereka, tulangmu pasti sudah patah.

"Lion, dari mana saja kau? Ayah mencarimu!" Seorang wanita Vampire datang dengan tergesa-gesa.

"Di mana Ayah?" tanya Lion balik.

Sebelum menjawab wanita itu lebih dulu menoleh Nate. "Siapa dia?" tanyanya sembari mengedus kecil.

Nate memasang ekspresi datar.

"Akan aku ceritakan nanti."

"Ayah ada di istananya."

Lion mengangguk. Melangkah kembali. Nate kembali mengikuti dari belakang. Dia sudah Lion ajari cara berjalan yang tegap, menatap lurus ke depan, tidak menoleh tanpa diperlukan.

Bisa Nate rasakan, wanita Vampire tadi terus menatapnya dari belakang. "Dia siapa?" tanyanya pelan.

"Emily, saudara kami."

"Pantas dia memanggilmu tanpa embel-embel pangeran."

"Apa itu penting untuk dibahas?"

Nate pun bungkam.

***

"Aku hampir saja tertangkap oleh sekawanan manusia pemburu, tapi di saat yang tepat dia menyelamatkanku. Awalnya, aku berniat membunuhnya setelah kami berhasil keluar dari wilayah itu, tapi aku merasa berhutang budi. Aku menawarkannya untuk menjadi pengabdiku. Dia bersedia, aku memberi darahku dan dia meminumnya."

Nate berpikir, Lion bisa menjadi aktor bila saja bukan seorang Vampire. Cara pria itu berbohong sangat tidak tampak keraguan, sehingga dirinya saja seakan tenggelam dalam situasi di cerita itu. Seperti benar adanya.

"Apa kau yakin dia bisa menjaga rahasia?" tanya Raja yang duduk di atas kursi berlapis emas itu.

"Aku bisa menjamin, Ayah."

Semua Vampire menoleh pada Nate. Semua yang dimaksud adalah berjumlah ribuan orang, membuat bulu kuduk Nate kembali meremang. Tapi di mana Tessa?

"Soal pernikahan Tessa, apa kau sudah bicara dengannya tentang persyaratan yang diminta Pangeran Philips?"

Mendengar nama Tessa, tubuh Nate pun bereaksi. Namun dia berupaya keras agar tidak terpengaruh, menahan ekspresinya tetap datar. Jantungnya bergemuruh, ingin sekali bilang kalau Tessa tidak akan menikahi Philips karena mencintainya.

"Aku baru akan menemuinya, Ayah." Lion membungkuk.

"Tessa hanya dekat denganmu. Dia hanya ingin bicara padamu. Aku harap kau bisa mengubah pikirannya."

"Aku akan berusaha, Ayah." Setelah mengatakan itu, Lion pun pergi dari sana.

Nate mengikuti langkah Lion di tengah pandangan semua Vampire di sana. Dia harus benar-benar mempersiapkan mental atau bisa mati sebelum berjuang.

"Bersiaplah, kita akan menemui Tessa."

***

"Lion, kalau kedatanganmu untuk ..." Mata Tessa terbelalak lebar melihat siapa yang datang bersama Lion. Seperti kilat, dia dengan cepat datang mendekat dan mengendus-endus pria itu.

"Tessa, akhirnya aku bertemu denganmu lagi." Nate merentangkan tangan ingin memeluk Tessa, tapi kerah bajunya ditarik Lion dari belakang.

"Kau gila?!" Mata Tessa yang tadinya indah, berubah jadi merah. Taringnya keluar, pertanda dia marah.

"Dia yang memaksa ikut," beritahu Lion dengan santai.

"Kenapa kau turuti? Bukankah sangat mudah untukmu menolak dan pergi, Lion? Kau ingin membunuhnya di sini, di depanku?" amuk Tessa kembali.

"I miss you," ucap Nate kemudian. Dia menatap Tessa lekat, penuh rindu dan cinta.

Tessa membeku.

Lion menatap keduanya bergantian, rasanya masih tidak percaya dengan hubungan terlarang itu. "Aku beri kalian waktu untuk melepas rindu, tapi ingatlah kalau waktunya tidak lama." Dia pun pergi setelah mengatakan itu.

"Tessa." Nate mendekati Tessa dan memegang tangan wanita itu. "Aku senang kau baik-baik saja. Satu bulan ini aku begitu frustasi mencarimu."

"Pulanglah Nate, tempatmu bukan di sini." Tessa terlihat dingin. Dia menepis tangan Nate dan menjauh.

Nate terkejut. "Beginikah penyambutanmu setelah kita lama tidak bertemu? Aku melewati berbagai macam bahaya untuk datang ke sini," ucapnya kecewa.

"Itu sebabnya tidak seharusnya kau datang, Nate! Ini bukan tempat yang bisa kau datangi sesuka hati, apakah Lion tidak mengatakan seberapa bahayany tempat ini?"

"Lion sudah menceritakan segalanya, hingga hal terburuk yang mengancam nyawaku. Tapi aku tidak peduli, selama masih bisa melihatmu. Jauh darimu merupakan kematian yang sebenarnya bagiku."

Tessa tertegun.

"Kau tidak merindukanku, Tessa?" tanya Nate berbisik. Dia sudah berdiri di belakang Tessa, memegang pundak wanita itu.

"Bagaimana mungkin aku tidak merindukanmu, bodoh!" Tessa berbalik dan lantas mencium Nate.

Nate menyambut ciuman itu sama cepat dan bergairah. Tubuh mereka bergerak aktif, menyenggol apa saja yang berada di dekat sana. Membuat semua barang-barang Tessa berjatuhan. Ini adalah ciuman rakus yang membuat tubuh mereka cepat terbakar.

***

Cold Women (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang