Chapter 13. Lepas Kendali

7.5K 730 103
                                    

Tessa menepati janjinya untuk tidak pergi dari apartemen Nate. Meski dia merasa bosan, tapi tetap bertahan di sana. Merapikan apartemen pria itu sudah dilakukan dalam sekejap, bahkan kamar mandi pun dia sikat sampai tidak ada lagi noda.

Meski tidak berkeringat, Tessa tetap melakukan hal-hal normal yang biasa manusia lakukan, yaitu mandi setelah bekerja.

Berdiri di bawah pancuran air dengan mata terpejam, Tessa membayangkan sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Nampaknya, akan ada perang besar setelah dirinya menolak untuk pulang ke Kerajaan Vampire. Orang tuanya pasti akan menjemputnya secara paksa nanti.

"Kau harus pulang atau mereka akan membuat kekacauan dengan menjemputmu langsung ke sini nanti." Lion sudah mengingatkan tadi.

"Ayah dan Ibu tidak akan setuju hubunganmu dengan manusia, mereka hanya mengizinkanmu bersenang-senang selama ini. Tapi sudah waktunya kau kembali menduduki singgasanamu, Tessa."

Lamunan Tessa buyar saat tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka. Tessa langsung mematikan shower dan bergegas memakai handuk. Nate pasti sudah pulang, sesuai janji pria itu bahwa mereka akan melanjutkan yang tadi. Mengingatnya membuat Tessa sudah sangat senang.

Tessa tersenyum melihat gaun tipis yang tergantung di belakang pintu kamar mandi, sengaja dia bawa untuk dipakai di depan Nate.

Tok. Tok. Tok.

"Tunggu, aku baru selesai mandi!" Tessa langsung meraih gaun itu dan memakainya.

Sebelum keluar, dia menyempatkan diri untuk bercermin. Rambutnya yang basah menetesi hingga pundak dan membuat gaun itu kian menerawang. Ini pertama kalinya Tessa memakai gaun tidur seperti ini.

Setelah itu Tessa membuka pintu dan keluar. "Cepat sekali kau kembali, apa teman-temanmu tidak marah?" Bibir Tessa langsung terkatup rapat melihat bukan Nate yang ada di sana, tetapi Rob.

Rob duduk di sofa, menyilakan satu kaki ke atas dan tersenyum pada Tessa. "Nate menyuruhku ke sini, katanya aku harus menjagamu karena dia sedang mabuk."

Tessa tidak sepenuhnya percaya. Rasanya tidak mungkin Nate bertindak seperti itu. "Aku tidak perlu dijaga, kau bisa pergi," usirnya dengan halus.

Rob terkekeh. Matanya mengamati tubuh Tessa dari atas hingga bawah. Tessa dengan gaun tipis itu sangatlah menggoda. Ditambah lagi wanita itu tidak memakai bra.

Sadar akan apa yang Rob lihat, Tessa pun ingin masuk kembali ke kamar mandi dan memakai pakaiannya semula. Tapi baru saja berbalik, Rob sudah menahan tangannya.

"Lepaskan," desis Tessa.

"Kau tahu, aku dan Nate biasa berbagi dalam segala hal. Termasuk wanita. Dia selalu memberikanku kesempatan untuk mencicipi wanitanya di saat dia merasa bosan." Rob membelai pundak Tessa dengan jari-jarinya.

"Nate tidak akan menyerahkanku padamu," desis Tessa.

"Kau seyakin itu? Menurutmu bagaimana aku bisa masuk ke sini bila bukan Nate yang menyuruhku?"

"Aku tidak percaya. Pergilah!"

"Ayolah Tessa, aku bisa lebih baik dari Nate soal sex. Kau harus membuktikan ucapanku dan aku jamin kau akan ketagihan."

"Lepaskan, Rob!"

Rob malah menyeret Tessa ke atas ranjang dan membaringkan wanita itu dengan mudah. Dia naik ke atas tubuh Tessa, menduduki paha dan memegangi kedua tangan Tessa dengan kuat.

Tessa berupaya melepaskan diri layaknya seorang manusia biasa, tapi kekuatan Rob tidak tertandingi. Dia ingin memakai kekuatannya, tapi sahabat Nate itu akan mengetahui kalau dia berbeda.

"Kau memang nikmat," ujar Rob dengan kedua mata menghitam. Dia merunduk hendak mencium bibir Tessa tapi perlawanan wanita itu membuatnya kesulitan.

"Kau ingin aku melakukannya dengan cara yang kasar?" Rob pun gelap mata dan membuka ikat pinggangnya. Dia melilit kedua tangan Tessa, lalu mengikatnya di besi ranjang di pucuk kepala Tessa.

Tessa menggeliat ingin melepaskan diri tapi Rob berhasil membuatnya tak berdaya.

Tidak Tessa, kau tidak boleh menunjukkan jati dirimu pada manusia seperti dia.

Rob tersenyum menjijikkan, dia kembali merunduk dan mencium bibir Tessa. Tetap sulit karena Tessa terus saja memiringkan wajah. Tidak mau menyerah, rob menciumi telinga dan leher wanita itu secara rakus.

"Nate akan membunuhmu, Rob!" erang Tessa.

"Dia tidak akan melakukan itu pada sahabatnya," kekeh Rob.

Sekejap mata, gaun Tessa telah terbelah dua dirobek oleh Rob. Nafasnya memburu melihat busung dasa Tessa yang turun naik. Tanpa berpikir panjang Rob meraup keduanya dan mengulum puncaknya bergantian.

"Lepaskan!" teriak Tessa.

Seakan tidak perduli, Rob terus melakukan aksinya. Dia meremas dada Tessa, mengisapnya dengan kuat. Nafsunya sudah berada di puncak kepala dan tidak akan bisa dibendung lagi.

Tessa berontak, dia berupaya tetap menjadi manusia meski rasanya ingin membunuh pria ini. "Lepaskan atau aku sendiri yang akan membunuhmu, Rob!" ancam Tessa.

Bukannya mengindahkan ancaman Tessa, Rob malah semakin menjadi-jadi. Dia menarik celana dalam Tessa, lalu membuka celananya sendiri. Diangkatnya melebar kedua kaki Tessa, bersiap memasukkan kejantanannya.

Tessa tidak bisa diam kali ini. Dia tidak ingin tubuhnya disentuh oleh pria menjijikkan itu.

BRAK!

Rob terkejut saat tiba-tiba tubuhnya sudah terjengkang di lantai. Begitu cepat sampai dia tidak bisa melihat apa yang terjadi. Saat berdiri dan melihat ke ranjang, Tessa sudah tidak ada. Ikat pinggangnya masih terikat di besi itu dan wanita itu menghilang.

Dada Rob bergemuruh ketakutan. Dia menoleh ke setiap penjuru apartemen, semua masih tertutup rapat. Tidak ada embusan angin atau apapun di sana. Hening.

"Wanita macam apa dia?"

***

Nah loh, kira-kira Rob bakalan bongkar identitas Tessa nggak ya...

Masih suka cerita ini?

Apa yang paling kalian suka?

Apa yang bikin kalian penasaran?

Spam komen ya!

Cold Women (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang